Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Kota Tanpa Traffic Light Ada Di Thimphu Bhutan


Hidup di sebuah kota besar dengan keruwetan jalan yang dihadapi, dimana pertumbuhan populasi kendaraan semakin tinggi pastinya membutuhkan traffic light.



Apalagi di kota besar seperti Jakarta nampaknya hal yang tak mungkin dilakukan, karena populasi pertumbuhan kendaraan di jalan semakin lama semakin tinggi, mudahnya kredit kendaraan memang menjadi masalah tersendiri. Bahkan ketika traffic light mati di daerah perkotaan pastinya kemacetan panjang pun terjadi, bukan tak mungkin pak polisi pun tak sanggup untuk menangani jalan bila semua traffic light di kota besar mati. Sudah pasti akan banyaknya kendaraan yang tersendat karena ingin lebih dulu berjalan di persimpangan kota-kota besar.



Tapi nampaknya traffic light tidak berlaku di negara Bhutan, tepatnya di Thimpu, ibukota Bhutan. Wilayah Tibet yang satu ini memang tidak ada Traffic Light sama sekali. Lucunya satu-satunya Traffic Light yang pernah dipasang malah bikin pusing pengendara. Warganyapun lebih memilih polisi lalu lintas untuk mengatur jalan daripada lampu triwarna. Lagipula pak polisi disana bisa menilang pengendara yang tak memakai sabuk pengaman.

Mengapa polisi menilang pengendara yang tak memakai sabuk pengaman ? Karena masyarakat takut bila memakai sabuk akibat jalanan disana sempit dan sering terjadi kecelakaan pengendara akan susah keluar ketika kendaraan masuk ke dalam jurang, maklum saja jalanan yang berada di balik-balik bukit dan gunung daerah Himalaya memang cukup ekstreem.

Sistem lalu lintas di Bhutan pun cukup sederhana, karena jumlah mobil dan penduduk yang juga tidak banyak di dalamnya yaitu dengan populasi kendaraan mobil hanya 75.000 untuk total penduduk 750.000, maka tak heran jalan raya disana biasanya cukup kosong dari lalu lalang kendaraan dan cukup dipasang rambu-rambu lalu lintas saja masyarakat sudah mengerti.

Sebenarnya pada tahun 1960-an Bhutan tidak memiliki jalan raya, mobil telepon pos dan listrik. Imbasnya negara tersebut menjadi salah satu negara yang terisolasi dari peradaban hingga akhirnya adanya perubahan ketika Reformasi muncul di negara ini.

Reformasi ini membuat Bhutan lebih terbuka baik itu adanya infrastruktur, maupun telephone dan internet. Dan juga tentunya kendaraan bermotor.

Dan saat ini Bhutanpun memiliki listrik berlimpah dan ramah lingkungan dari PLTA hingga perdana menteri Bhutan memperkenalkan mobil listrik Nissan LEA, dan mendorong masyarakat Bhutan untuk memakai mobil listrik, dengan menaikan pajak tinggi untuk kendaraan berbahan minyak.



Bhutan memang unik seunik mantan yang pergi dan tak bisa bersama lagi walau rasanya berat ketika ditinggal mantan, karena Bhutan sangat menghormati budayanya. Uang dan kekayaan bukan hal utama yang mereka kejar. Tidak seperti kebanyakan negara yang bergantung pada pendapatan Domestik Bruto, bahkan negara kapitalispun meradang dengan banyaknya negara berkembang yang banyak tak bahagia, walau katanya negara itu kaya, warganya ramah, bahkan disebut tanah surga. Bhutan adalah satu-satunya negara yang sangat mempertimbangkan prinsip Gross National Happiness. Bukan hanya sekedar kekayaan negara, setiap keputusan yang diambil oleh kerajaan haruslah mempertimbangkan kebahagiaan rakyatnya dan uniknya banyak pertimbangan yang alih-alih modern dianggap akan membuat stress masyarakatnya seperti halnya masuknya TV di Bhutan baru ada pada tahun 1999.



Kembali lagi ke lalu lintas di Bhutan dan berhubungan tentang fakta ingin membahagiakan rakyatnya maka banyak sekali rambu yang di pasang dengan kata-kata jenaka alias kalimat lucu, bisa membuat agan tersenyum simpul bahkan tertawa.



Rambu tersebut terkadang ditulis dalam bahasa bahasa Inggris dan juga bahasa Dzhongka, yakni bahasa resmi Bhutan. Setidaknya dari rambu lalu lintas saja sang raja ingin masyarakatnya tidak terbawa suasana stress, kebahagiaan adalah kunci Bhutan menjadi negara yang layak dikunjungi.



Negara ini memang negara kecil bahkan kotanyapun terlihat sederhana, namun sukses menjadi negara peringkat 8 terbahagia di dunia. Apakah Indonesia sudah bahagia ? Nampaknya masih jauh panggang daripada api ketika kriminalitas tinggi disana terbukti bahwa negara ini belumlah bahagia, terjadi gap tinggi antara si kaya dan miskin juga akan menciptakan kecemburuan sosial.



Semoga saja ada pemimpin di Indonesia nanti yang berusaha untuk membahagiakan rakyatnya dengan kebijakan yang lebih baik, dimana tingkat stress masyarakatnya dapat berkurang, tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan di dunia, masih banyak warga yang stress hingga bunuh diri itu semua bukan karena miskin tapi gaya hidup yang menciptakan suasana tersebut. Semua manusia memang saat ini dipaksa menjadi budak harta, tanpa uang agan tak kan bahagia.



Bagaimana menurutmu juragan ingin hidup bahagia atau hanya stress mengejar uang yang katanya agar bahagia ? Duh jadi bingung kan gan sebab uang zaman now memang perlu juga, ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang emoticon-Big Grin

Monggo seruupuutt dolo



c4punk@2018

Referensi


https://lifestyle.okezone.com/read/2...pu-lalu-lintas




Diubah oleh c4punk1950... 30-08-2018 04:48
3
10K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan