Olahraga koq gak pake otot ?
Olahraga koq gak bikin keringet ?
Olahraga cuma jempol nya doang ?
Begitulah nyinyiran netizen mengenai masuk nya e-sports ke dalam salah satu cabang olahraga di Asian Games 2018
Maka muncul lah pertanyaan mendasar dari ane :
Pantaskah E-Sports masuk sebagai cabang olahraga Asian Games 2018 ?
Beberapa dasar agar masuk ke dalam cabang olahraga di pertandingan Asian Games maupun Olimpiade :
Quote:
1. Ada turnamen rutin yang digelar
Agar pemain dapat mewakili negara, tentu harus ada jenjang kualifikasi sehingga terpilih pemain mana yang paling jago atau yang paling pantas di game masing-masing. Nah, yang perlu diatur lebih lanjut dan harus bekerja sama dengan developer / publisher game masing-masing adalah bagaimana mengatur adanya turnamen official / resmi yang bersifat rutin.
Mungkin turnamen e-sports yang menjadi panutan dan sangat familiar untuk gamers Indonesia adalah turnamen dota2, dimana turnamen berlangsung selama setahun dan dibagi menjadi turnamen major dan minor. Untuk masuk ke dalam turnamen major, tentu saja ada syarat bahwa team tersebut harus memenangkan beberapa pertandingan minor, hal ini agar tercipta regenerasi untuk team-team baru yang ingin bergabung atau ingin menjadi pro team. Begitu juga sebaliknya, team yang sudah tergabung dalam grup major, biasanya dilarang untuk mengikuti turnamen minor. Karena ini untuk mencegah agar pro team tidak mengikuti semua turnamen yang diadakan hanya karena ingin mengincar hadiah semata (bounty hunter)
Quote:
2. Ada wadah organisasi yang menaungi
Sama seperti sepakbola Indonesia yang memiliki PSSI, Bulutangkis Indonesia yang memiliki PBSI dan Basket Indonesia yang memiliki wadah PERBASI.
Begitu juga dengan e-sports Indonesia yang memiliki IESPA untuk mewadahi semua turnamen e-sports di Indonesia. Memang fungsi IESPA masih bersifat abu-abu karena banyak turnamen yang tidak terdaftar di IESPA dan apa bentuk dukungan yang diberikan untuk team-team pro Indonesia. Apakah mereka bisa mengatur untuk sparing atau lawan tanding dengan team pro di luar negeri sehingga menambah pengalaman team Indonesia
Quote:
3. Olahraga tidak hanya sekedar otot tapi juga otak
Setiap cabang olahraga membutuhkan strategi agar dapat menang dari lawan nya, bahkan olahraga seperti sepeda saja memiliki strategi team agar dapat menang.
Nah, seperti yang diketahui tahun ini, Asian Games memiliki cabang olahraga baru yaitu Bridge, dimana hampir sama seperti e-sports yang tidak memerlukan otot tapi otak untuk memenangkan pertandingan. Bahkan untuk olimpiade, Bridge dan catur juga dijadwalkan untuk masuk ke dalam cabang olahraga. Begitu juga dengan e-sports yang didaftarkan untuk mengikuti di Olimpiade
Quote:
4. Ada pemain dan komunitas yang terbentuk
Ini merupakan salah satu faktor yang penting, seperti yang kita ketahui games itu seperti memiliki 'usia' dimana para pemain nya sudah merasa bosan dan meninggalkan games itu sendiri dan beralih ke games lain nya yang sedang booming. Pemain akan tetap bermain apabila mereka sendiri ada komunitas atau grup untuk main bareng.
Disinilah peran penting devoloper games itu sendiri, bagaimana mereka menjaga ekosistem dari games itu, mendengarkan keluhan para pemain dan melakukan update secara berkala sehingga pemain tidak merasa bosan.
Regenerasi juga penting untuk games yang dimainkan, apabila tidak ada lawan baru yang masuk maka penonton juga merasa bosan karena yang bertanding hanya dia-dia saja yang bertanding
Nah, pertanyaan selanjutnya,
siapakah developer atau publisher yang mulai peduli & mau bekerja sama
dengan perkembangan e-sports di Indonesia ?
Berdasarkan thread yang ane baca juga di kaskus :
Mau berharap apa jadi atlet e-sports Indonesia ?dan
nasib Timnas AOV Indonesia di Asian Games maka ane dapet beberapa kesimpulan :
Menilai dari kekalahan yang sangat cepat dari Timnas AOV Indonesia dan ini bukan hanya games AOV tapi juga Dota 2, PUBG n dll.
Team-team esports Indonesia sangat cepat tergusur dari pertandingan international, kenapa ? Kurang nya jam terbang dan sparing dengan lawan-lawan yang berasal dari luar negeri merupakan alasan utama. Alur permainan (meta) team luar negeri sangat berbeda jauh dengan yang biasa dilakoni oleh team-team lokal. Kombo hero team luar negeri sangatlah di luar kebiasaan pada umumnya.
Quote:
Tencent Games turun tangan untuk Indonesia
Tencent menyadari bahwa Indonesia memiliki peluang untuk berkembang, melihat dari sejarah bahwa tidak sedikit orang berbakat yang berasal dari Indonesia, seperti hampir setiap tahun adanya pelajar Indonesia yang menyumbangkan emas di olimpiade sains. Selain itu, banyak juga orang Indonesia yang tidak ter ekspose yang berhasil berkarya di luar negeri
Nah, Tencent sendiri mengumumkan secara resmi bahwa
mereka akan membagi turnamen AOV menjadi 2 tingkatan, yaitu major dan minor. Di mana untuk minor sendiri ada turnamen untuk para pelajar, yaitu Arena Pelajar Indonesia. Ada juga untuk para perempuan, yaitu Princess Cup. Sedangkan untuk turnamen major alias team yang sudah memiliki pro player atau sudah sering bertanding, maka akan mengikuti liga mereka, yaitu ANC (AOV Nation Championship) di beberapa kota di Indonesia.
Para pemenang ANC dari beberapa kota akan mengikuti ASL (AOV Star League), dimana pemenang ASL sendiri akan ditandingkan di kejuaraan International mereka. Tentu saja mereka harus menjadi yang terbaik dahulu untuk region South East Asia (Asia Tenggara) dan Asia.
Selain itu,
Tencent AOV berniat membuat boot camp alias pusat pelatihan sehingga para pro player yang dimiliki oleh Indonesia memiliki tempat untuk berlatih, adu tanding dan membahas permainan mereka selama ini. Tentu saja untuk boot camp ini akan mendatangkan beberapa pelatih luar negeri sehingga membantu para pemain Indonesia menjadi lebih berkembang.
Bagaimana dengan orang Indonesia yang tidak bisa main AOV ?
Tentu saja, tidak semua orang bisa berhasil menjadi pro team. Tetapi apabila kalian menyenangi game AOV, kalian bisa saja menjadi caster dimana Tencent juga menyediakan
jenjang karir untuk menjadi caster alias komentator pertandingan AOV itu sendiri. Mungkin dimulai dari caster untuk pertandingan amatir terlebih dahulu hingga menjadi caster national maupun international untuk game ini
Selain itu ada
jenjang karir untuk para pelatih team AOV, yup ! kalian bisa belajar tentang bagaimana menjadi pelatih dimana membantu untuk menjadi 'mata ketiga' dari pemain yang bertanding, membantu para pemain menentukan sususan hero yang digunakan ketika bertanding serta belajar untuk membantu menjaga mental para pemain agar tetap terjaga meskipun dalam kondisi kalah.
Untuk para cosplayer, juga disediakan jalan agar dapat go-international, bukan hanya menjadi cosplayer lokal tetapi akan diundang untuk disetiap acara Tencent AOV di beberapa belahan dunia sehingga para cosplayer ini juga mendapatkan ilmu dari cosplayer-cosplayer international.
Keren kan ? tidak hanya itu, Tencent juga berjanji untuk membentuk ekosistem e-sports Indonesia. Dimana mereka akan membantu untuk menaikan kesejahteraan pemain, pelatih dan cosplayer. Jadi mereka membantu untuk membentuk harga pasar untuk harga transfer pemain dan pelatih serta minimal pembayaran para cosplayer AOV. Hal ini sudah terbukti berhasil di China sendiri, dimana ada satu pemain AOV, yaitu
Zhang 'Lao Shuai' Yuchen yang berhasil memecahkan transfer $ 1,2 juta atau setara 16 milliar rupiah untuk pemain moba mobile
Ane pikir ini adalah peluang bagus dan gamers perlu bersatu
karena setelah Asian Games akan ada Olimpiade dan AOV sendiri sedang dipertimbangkan
untuk masuk menjadi salah satu games e-sports yang dipertandingkan
Gimana menurut agan-agan ?
Pantaskah Esports masuk cabang olahraga Asian Games bahkan Olimpiade ?
&
Apakah langkah Tencent untuk membantu gamers Indonesia ini sangat membantu ?
#GamersBersatuUkirSejarahBaru
#FightForIndonesiaGlory