Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bambang1203Avatar border
TS
bambang1203
Uji Kesaktian Pancasila ala Ramadan

"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu di atas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran Ayat 103).
Hadirnya Ramadan sudah dinantikan sebagian umat beragama yang taat agama sebagai ejawantah ketakwaan hamba kepada Sang Pencipta. Bulan yang di dalamnya penuh dengan rahmat, magfirah, dan ampunan bagi segenap hamba bertakwa. Inilah bulan penyelamat sekaligus penyegar ingatan akan kasih sayang Allah swt kepada hamba.
Memaknai Ramadan ibarat mengarungi samudera lautan yang bebas nan luas. Saat di tengah lautan, tak ada ujung pangkal, hanya kemampuan memaknai alam raya beserta segala isinya. Dalam keadaan merenungi alam raya, itulah maksud Tuhan mengirim ibadah bulan suci, agar bersyukur apa yang dilimpahkan kepada kita. Bulan Ramadan yang menginjak usia ke-1439 H ini mampu mendorong dan memotivasi kita meningkatkan keimanan agar meraih takwa kepada Allah swt.
Karena itu, datangnya bulan suci ini menguak kisah pengembaraan manusia sungguh-sungguh menjalani samudera ketuhanan, imannya diuji, nafsu makan-minum, seks semua dibatasi untuk melatih agar ibadahnya bukan hanya untuk dirinya di dunia. Lebih dari itu, kejujuran kepada Pencipta melaksanakan puasa secara bersungguh-sungguh. Sehingga, jika dipercaya oleh rakyat menjadi pemimpin, lebih takut kepada Tuhan yang Mahaagung daripada rakyat. Dengan sikap demikian, sudah pasti korupsi mustahil terjadi di bumi pertiwi.


Ramadan dalam Pancasila
Islam merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Islam datang dari Allah swt melalui utusan-Nya, Nabi Muhammad saw. Islam hadir bukan hanya untuk mengislamkan bangsa Arab, melainkan juga untuk umat manusia di mana dan kapan pun mereka berada. Islam bukan monopoli bangsa, suku, daerah, ataupun ras tertentu. Universalitas Islam sebagai agama langit melampaui sekat-sekat teritorial dan perbedaan.
Ramadan menjadi tonggak amalan sirri bagi orang-orang yang melaksanakannya. Ajaran agama yang telah merasuk, mengendap, kemudian dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari merupakan pemahaman yang bisa dianggap paling mendekati sempurna. Takwa adalah hasil dari olah internalisasi nilai transendental Ilahiah yang diperoleh dari filosofi sirri puasa.
Pemahaman seperti inilah yang mampu membentuk moralitas agama yang berkomitmen pada tindakan nyata dengan amal saleh, peduli pada sesama tanpa mengenal orientasi nilai untung-rugi. Dengan kepedulian dan aksi nyata inilah, Islam membedakan umatnya.
Namun, saat ini bangsa sedang tersakiti oleh ulah polah para “anak durhaka” yang secara lantang dan berani menyakiti hati ibu kandung bangsa. Begitu getol dan menelanjangi ibu di depan umum dunia tanpa mampu merasakan malu dan tangis yang dirasakan oleh Ibu Pertiwi. Susah payah dilahirkan, besar menjadi anak durhaka yang menyakiti Pancasila sebagai ibu  perekat dan pelindung Nusantara.
Kebinekaan Indonesia saat ini diuji kembali oleh anak durhaka yang melupakan dan berusaha menyingkirkan Pancasila sebagai ruh dan ideologi kebangsaan sekaligus perekat keutuhan anak bangsa. Bagaimana anak bangsa dengan sombong dan congkak menginjak–injak ibu kandung bangsa untuk merontokkan kebersamaan Nusantara. Bahkan, tanpa malu mulai menuduh dan memfitnah anak berbakti Ibu Pertiwi lantaran tidak seiya dan sekata dengannya. Dengan sikap tegas pemerintah dalam membubarkan organisasi termasuk organisasi yang katanya Islam tapi tidak paham akan Islam itu sendiri adalah bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap Ibu Pertiwi dan Tuhan.
Pemerintah dan Ujian Pancasila
Indonesia yang majemuk dan beraneka ragam mulai diusik segelintir pihak dengan merasa paling benar sendiri. Walau kita pahami gerakannya sangat terstruktur, terencana, masif, serta tanpa menggunakan kekerasan fisik, mereka merongrong keutuhan bangsa dengan menyakiti Ibu Pertiwi.
Bukan fisik caranya tersebab pasti kalah, tapi menusuk dari belakang dan mengadu domba senjata utama gerakannya. Dengan pola dan cara halus tanpa disadari anak saleh dan berbakti lainnya mereka dengan seenak hati melenggang di atas ketertindasan dan perkelahian sesama anak berbakti.
Akan tetapi, sangat disayangkan ormas yang dibubarkan pemerintah terus melakukan manuver fitnah dengan melabeli pemerintah telah zalim, padahal ormas Islam dan lebih dahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan seperti NU dan Muhamadiyah yang nyata-nyata kontribusi terhadap lahirnya Pancasila tidak pernah menggugat apalagi mengubah Pancasila dengan khilafah sesat. Sebab, bagi ormas Islam seperti NU dan Muhamadiyah, ini merupakan bentuk final dalam merekat persatuan dan persatuan anak bangsa, bukan mau menang sendiri apalagi meresa benar sendiri.
Dari itu semua, tersadarlah sebagai anak berbakti untuk membela Ibu Pertiwi dari penyiksaan anak durhaka yang mencoba mengubah Pancasila dengan ideologi khilafah yang saat ini sangat jarang dan mampu menjadi teladan di tengah kemajemukan bangsa.
Bukan khilafahnya yang durhaka, melainkan anak–anak pengikut khilafah yang menunggangi kepentingan duniawi melalui jalan khilafah. Pada akhirnya, sistem khilafah akan jelek hingga kapan pun jika anak–anak durhaka yang menunggangi masih berada.
Karena bagaimana dan sesempurna apa pun suatu sistem akan jelek dan buruk lantaran eksploitasi kehidupan sangat jauh dari cerminan mengakomodasi kemajemukan bangsa. Hingga pada akhirnya kebinekaan yang religius akan sirna teroleh implementasinya sangat buruk bagi kehidupan bersama. Ini sekaligus pikulan bagi penggiat Pancasilais untuk merontokkan nafsu–nafsu angkara murka yang menyelimuti tiap persendian pembangunan bangsa dalam mengeruk keuntungan pribadi maupun berjemaah.
Semoga dengan hadirnya Hari Kelahiran Pancasila di bulan Ramadan semakin menambah semarak kebersamaan dan keutuhan sesama anak kandung bangsa. Dalam hal ini, Islam harus selalu mawas diri terhadap apa pun akar yang merongrong kebersamaan sesama umat beragama. Terakhir, pemerintah dalam hal ini mandataris warga bangsa negara berusaha semaksimal mungkin menyejahterakan dan pengabdi yang baik bagi tuannya (rakyatnya). Semoga!

 [url=http://www.lamposS E N S O Rberita-uji-kesaktian-pancasila-ala-ramadan.html][img]https://s.kaskus.id/images/2018/06/08/10170858_20180608105254.gif[/img][/url]
0
395
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan