Dua orang warga mengamati puncak Gunung Merapi dari pos pemantauan kawasan Bukit Klangon, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, sehari setelah erupsi freatik, Sabtu (12/5/2018). Merapi kembali mengeluarkan erupsi freatik pada Senin (21/5).
Gunung api strato paling aktif di Indonesia, Merapi (2.968 meter dpl), mengeluarkan erupsi freatik lagi, Senin (21/5/2018). Bahkan letusan freatik terjadi dua kali.

Ini adalah letusan freatik lanjutan dalam kurun kurang dari dua pekan setelah yang pertama terjadi pada Jumat (11/5). Namun, seperti letusan pertama, aktivitas terbaru tak mengubah status normal gunung di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta tersebut.

Menurut informasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) Yogyakarta, erupsi freatik terbaru muncul pertama kali pada pukul 01.25 WIB. Letusan berlangsung selama 19 menit dengan mengeluarkan asap hingga 700 meter dari puncak.

Erupsi freatik kedua terjadi pada pukul 09.38 WIB selama enam menit. Tinggi asap mencapai 1.200 meter dari puncak dengan tiupan angin condong ke arah barat.

Menurut informasi BPPTKG Yogyakarta yang dirilis dalam siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dua letusan itu menghasilkan amplitudo seismik maksimum 20 mm dan 23 mm. Ini adalah angka normal.

Bila letusan freatik menjadi pendahulu letusan besar, seperti pada erupsi besar 2013 dan 2014, amplitudo seismik (jarak gelombang dari titik awal dalam seismograf) bisa mencapai 130 mm hingga 200 mm.

Seperti erupsi freatik pada dua pekan lalu, erupsi freatik terbaru pun memicu hujan abu tipis. Pada letusan pertama; hujan abu turun di daerah Srumbung, Kaliurang, dan Kemiren. Sementara dari letusan kedua, hujan abu diperkirakan turun di wilayah Kabupaten Magelang dalam jarak yang tak jauh dari puncak Gunung Merapi.

Lantaran ciri-ciri seismiknya tak meningkat signifikan, misal aktivitas kegempaan dan vulkanik, status Gunung Merapi tetap normal (Level I). Itu sebabnya BNPB mengimbau masyarakat sekitar gunung tidak panik dan tak perlu pula mengungsi meski tetap harus mewaspadai hujan abu dengan mengenakan masker.

Namun, erupsi freatik menggenapi "kebiasaan baru" Merapi. Menurut Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida kepada Tempo.co, Merapi sudah sembilan kali mengeluarkan erupsi freatik sejak letusan besar pada 2010.

Bahkan dalam 10 hari terakhir, erupsi freatik terjadi tiga kali. "Dari sejarah letusan freatik Merapi, belum pernah sesering ini," tukas Hanik.

Di sisi lain, jalur pendakian ke Gunung Merapi sempat dibuka hingga Pasarbubar--kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian dalam upaya mitigasi bencana. Penutupan jalur pendakian lebih jauh lantaran kawasannya rawan longsor.

Namun, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) tetap tak akan mengizinkan siapapun dari kalangan sipil yang ingin mendaki untuk sementara waktu. Kepala Sub Bagian Tata Usaha BTNGM Sleman Akhmadi kepada Kumparan menjelaskan bahwa pembukaan jalur pendakian ditangguhkan.

"...erupsi freatik dikhawatirkan akan terjadi dan hari ini terjadi lagi erupsi. Maka kami tidak bisa memastikan sampai kapan akan dibuka lagi," katanya.

Meski demikian, masyarakat masih bisa mengunjungi kawasan wisata Kaliurang yang terletak di kaki Gunung Merapi. Penutupan ditegaskan hanya untuk kegiatan pendakian.

Erupsi freatik terbaru juga tak menganggu operasional bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Dilaporkan detikcom, seluruh jadwal penerbangan berjalan normal.

Communication and Legal Section Head Bandara Adisutjipto, Liza Anindya Rahmadiani, mengatakan seluruh 177 jadwal penerbangan dari dan menuju Bandara Adisutjipto berjalan seperti biasa. Jarak pandang pilot pun cukup normal, serta belum ada laporan hujan abu di landasan pacu.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...i-freatik-lagi

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Pekerjaan konstruksi jalan dihentikan pada H-10 Lebaran

- Diduga rem blong, truk tewaskan 12 orang

- Lepaskan saham bir demi halalan toyiban