faktajokowi.comAvatar border
TS
faktajokowi.com
Rupiah Makin Terpuruk, Kemampuan Tim Ekonomi Jokowi Dipertanyakan
Bank Indonesia menyebut nilai tukar rupiah, yang dalam beberapa hari terakhir bergerak di rentang Rp13.700 sampai Rp13.800 per dolar AS, sudah berada di bawah nilai fundamentalnya, dan sudah berlebihan. Jika keterpurukan rupiah terus berlanjut dikhawatirkan negeri ini akan dilanda krisis ekonomi, memperbesar

defisit transaksi berjalan. Akibatnya, hal ini akan semakin melemahkan kurs rupiah. Kemampuan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan tim ekonomi pemerintah dipertanyakan.

“Terpuruknya rupiah akan memperbesar defisit transaksiberjalan. Akibatnya akan semakin membuat rupiah melemah. Krisis ekonomi bosa terjadi apabila penanganan yang dilakukan otoritas keuangan tidak baik,” kata pengamat ekonomi Gede Sandra kepada Harian Terbit, Jumat (2/3/2018).

Soal keterpurukan rupiah terhadap dolar AS jadi sorotan di dunia maya. Mereka mempertanyakan kemampuan Sri Mulyani dan tim ekonomi pemerintah.

Pengamat politik Hendri Satrio di akun Twitter @satriohendri berkicau, "Rupiah melemah, mari kita tunggu menteri terbaik beraksi." Menteri yang dimaksud Hendri tentu saja Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Ekonom Rizal Ramli di akun Twitternya,"Setelah dipuja puji IMF, kok jadinya gini? Killing me softly..." kicau ekonom senior Rizal Ramli di @RamliRizal, Kamis (1/3).

Banyak netizen yang mencoba memberi jawaban kepada Rizal Ramli. Akun milik Ca[r]pe Diem! menyebut pangkal masalahnya ada di Menteri Keuangan Sri Mulyani.

"Sri Mulyani itu ibarat debt collector yang baik buat kreditor. Maka kalau kreditor bilang Sri Mulani numero uno ya kita yang kredit jangan senang dulu," kicau dia.

Akun @NanangWeb menyebut tidak perlu aneh rupiah melemah. Hal ini justru bagian dari janji kampanye Jokowi di Pilpres 2014 lalu.

"Ini baru hebat pak @RamliRizal rupiah semakin meroket," kicau akun bernama Nanang HT itu.
Gede Sandra, pengamat ekonomi dari Universitas Bung Karno mengatakan, dengan nilai tukar rupiah yang belum stabil maka Pemerintah, terutama BI harus berhati-hati dan siap untuk melakukan intervensi terhadap dolar. Karena nilai tukar telah cukup jauh melewati ekspektasi di asumsi makro APBN Rp13400/dolar.

"Kondisi pelemahan kurs ini, yang berbarengan dengan keringnya likuiditas dapat menyebabkan tekanan pada neraca perdagangan akibat kondisi net importir minyak bumi," kata Gede Sandra.

Gede menuturkan, dengan pelemahan kurs rupiah tentu akan memperbesar defisit transaksi berjalan. Akibatnya hal ini akan semakin melemahkan kurs rupiah. Kurs dapat meluncur melemah lebih jauh terhadap dolar bila penanganan otoritas terhadap kondisi ini kurang hati-hati. Sehingga seperti pusaran yang tidak ada habis-habisnya. Terkait apakah krisis ekonomi bisa terjadi lagi di Indonesia jika nilai rupiah terus melemah, Gede menilai hal tersebut tergantung dari penanganan otoritas keuangan.

"Saya cukup optimis Gubernur BI dan para deputinya dapat mencegah terjadinya hal yang lebih buruk," paparnya.

Sementara itu Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) Sya'roni mengatakan, jatuhnya nilah rupiah terhadap dolar identik dengan keluarnya arus modal keluar negeri. Bisa jadi para investor khawatir akan masa depan politik Indonesia karena tahun ini adalah tahun politik.

Indonesia akan berturut-turut menyelenggarakan even politik mulai dari Pilkada, Pileg dan Pilpres. “Bertumpuknya tiga momentun politik sekaligus menjadikan para investor untuk waspada terhadap gejolak politik yang kapan pun bisa terjadi. Apalagi, lanjutnya, suara-suara yang menghendaki perubahan makin hari makin lantang,” ujar Sya’roni.

Dia mengemukakan, emerintah dapat segera menenangkan pasar dan dapat menjamin keamanan meskipun Indonesia memasuki tahun politik. Bila pemerintah gagal menenangkan pasar bukan mustahil rupiah terus terpuruk. Tapi mudah-mudahan pemerintah mampu menahan gejolak pasar dan mampu menggiring rupiah ke nilai sebelumnya. Sehingga ekonomi kembali stabil seperti harapan banyak rakyat Indonesia.

Berlebihan

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat, mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir sudah berlebihan dan bank sentral siap melakukan stabilisasi di dua pasar, yakni pasar valas dan pasar Surat Berharga Negara (SBN).

"Kalau menurut BI rupiah sebelum fluktuasi sekarang ini sudah undervalued. Kalau ada fluktuasi dalam beberapa hari terakhir, ya memang rupiahnya undervalued," kata Mirza.

Mirza membantah BI sengaja membuat rupiah undervalued untuk mendorong nilai ekspor, dan menekankan bahwa bank sentral terus berada di pasar untuk bersiap melakukan stabilisasi.

"Kalau sudah undervalued buat apa BI membuatnya undervalued lagi. BI selalu ada di pasar untuk lakukan stabilisasi," ujarnya.

Mirza menegaskan pelemahan rupiah terhadap greenback hanya bersifat sementara. "Ini bukan fenomena Indonesia saja. Krona Swedia itu dari awal Februari sampai akhir Februari 2018 melemah 4,9 persen, dolar Kanada 3,8 persen, Australian dollar 3,6 persen. Kalau kita lihat negara berkembang, pada waktu awal Februari sampai akhir Februari, rupiah melemah 2,6 persen," ujar Mirza.



http://nasional.harianterbit.com/nas...-Dipertanyakan

Pelemahan Rupiah, kenaikan BBM dan Listrik yang sistemik...
kebanggaan rezim keboongan ini cuma angka UTANG


kwokkk...emoticon-norose
0
2.6K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan