Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

xenovalkryiumAvatar border
TS
xenovalkryium
Bagaimana Caranya Menangani Korban Kesurupan Secara Medis ?

Fenomena kesurupan, jika ditilik dari sudut pandang hipnotis adalah respon yang ditunjukkan oleh seorang subjek dalam kondisi hipnotis akibat lepasnya emosi negatif dari bawah sadar, atau yang dalam bahasa hipnotis disebut Abreaction (Abnormal Reaction) atau reaksi tidak normal.

Bentuk kesurupan bisa bermacam-macam, subjek bisa menangis maupun berteriak histeris, marah, meronta bahkan tingkah lakunya mirip binatang seperti yang sering anda saksikan pada tayangan reality show. ilmu psikiatri dapat digolongkan sebagai gangguan disosiatif.

Kesurupan menurut Dr.Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.

Mengapa Wanita Lebih Berisiko Kesurupan?

Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Mereka yang memunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk kesurupan atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis.

ketika kita melihat orang makan buah asam, hanya dengan memperhatikan saja, maka kita pun merasakan ikut merasakan keasaman.

Proses kesurupan masal, aslinya boleh jadi hanya seorang saja yang kesurupan. Jika kemudian menular pada (wanita) disekitarnya yang menonton, ini tidak beda dengan ikut keasaman karena melihat orang makan asam.

Prof.Dr. dr. H.Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada yakin kesurupan bukan disebabkan makhluk halus. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, santunan tunai langsung, kesenjangan yang sangat mencolok, disebut Soewadi sebagai faktor penekan.

Gejala-Gejala Kesurupan :beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.

Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali.

Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.

Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan.

Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang dirasakan pada tubuhnya.

Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya.

Stadium ketiga disebut stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.

Kemampuan yang perlu ditingkatkan pada para korban kesurupan adalah mengajar dan melatih korban mengelola stres dan konflik dengan cara yang baik dan benar. Artinya, bila di kemudian hari mengalami stres atau konflik, atau diberi tanggung jawab yang berat, cara penyelesaiannya tidak lagi dengan kesurupan, tetapi dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu, perlu pula meningkatkan toleransi terhadap stres.

Para guru saat menghadapi kesuruan adalah jangan panik. Ketika guru panik, ia terfokus pada satu persoalan, bingung, takut, serta emosi yang tidak tergambarkan, akhirnya malah ikut kesurupan. Sadarilah kesurupan hanyalah fenomena psikologis, bukan fenomena mistis.

Kedua, jauhkan anak anak dari siswa yang mengalami trance. Ini agar subconscious mereka tidak terinduksi . Ada baiknya guru mengisolasi anak yang kesurupan di ruang yang tak dapat dimasuki siswa lain. Guru yang menangani, usahakan tetap dalam kesadaran penuh.

Lalu , bagaimana dengan korban? Orang yang berada dalam kondisi hypnosis state umumnnya akan mengekspresikan kondisi bawah sadarnya. kalau pas takut, ia akan histeris menjerit njerit. Mereka juga bisa hanya lemas pengin tidur atau sering disebut tidur hypnosis. Kedua duanya tidak berbahaya, yang penting diketahui orang yang sedang dalam kondisi ini sangat sugestif.

Pahamilah bahasa dia dan karakter sehari-harinya , berbicaralah dalam cara seperti itu, sebab dalam fase ini Anda tidak berbicara pada kesadaran, tetapi dengan bawah sadar. Ketika mengajak berbicara pakailah kata kata sugestif, hindari kata jangan tidak dan akan. Tepatnya pakai present counsinuous tense, kalau anda berhasil mengajaknya berbicara ia akan tunduk. Kalau sudah tunduk,

suruh dia tidur tenang, sebentar kemudian dia akan sadar. Atau lebih mudahnya, anggap saja ini adalah sebuah sesi Hypnotherapy, dan anda sedang menghadapi subyek yang mengalami abreaksi.

Satu hal yang perlu digarisbawahi, dalam ilmu hipnotis, kesurupan bukan diartikan sebagai fenomena masuknya roh jahat ke dalam tubuh, namun dimaknai sebagai kacaunya gelombang fikiran manusia, hingga tidak berada pada posisi gelombang yang seharusnya. Terkadang gelombang tersebut lebih pelan daripada normalnya, sehingga korban hanya tidur dan seperti pingsan, terkadang gelombang tersebut lebih cepat daripada biasanya, sehingga korban akan memberontak, banyak gerak, dan lain sebagainya.

Yang bisa dilakukan pada kondisi “kesurupan” ini adalah pisahkan dia dari kerumunan, bawa di tempat yang nyaman, sejuk serta awasi (tidak perlu beramai-ramai) agar tidak ada benda berbahaya di sekitarnya. Tidak perlu keadaan ini diekspos berlebihan karena orang lain yang memiliki kecenderungan histerikal dapat terpengaruh (menular seperti yang sering terjadi pada kesurupan siswa sekolah). Suasana yang nyaman juga berupa wangi-wangian lembut, air dan musik yang relax dapat juga diberikan.

Percayalah lama-lama orang yang mengalami disosiatif akan sadar kembali. Walaupun disosiatif relatif tidak berbahaya, saya sarankan agar penderita berkonsultasi ke psikiater setelah kembali sadar karena tidak jarang keadaan disosiatif ini hanya menjadi sebuah tanda dari problematika psikologis yang lebih besar misalnya depresi dan membutuhkan penanganan segera sehingga mampu mengenal cara mengatasi stress.

Tips untuk menangani kasus kesurupan yang terjadi secara spontan.

1. Jika subjek melotot, maka elektrolit pada Air Garam dapat membantu matanya untuk segera menutup, atau jika subjek dalam keadaan merem maka ia akan segera membuka matanya. Dengan menutup matanya, subjek telah aman dari kepanikan orang-orang disekitarnya dan ia menjadi lebih mudah untuk merasakan rileks.Semburkan saja air garam ke daerah wajahnya.Air garam bisa juga anda gantikan dengan air kelapa.

2. Jika tangan subjek mengepal, bukalah perlahan!. Tidak seorangpun dapat merasakan rileks saat mengepalkan tangan kecuali orang yang sedang marah atau emosinya meledak.

3. Ujung jempol kaki merupakan refleksi untuk syaraf otak.Pijitlah daerah itu agar syaraf otaknya tidak tegang.

https://yankeskotapas.wordpress.com/...ani-kesurupan/
0
15.6K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan