Masih ingat tentang kartu kuning untuk Presiden dari seorang mahasiswa Universitas Indonesia, ada yang menarik tentang warning suku asmat yang terkena gizi buruk dan campak. Lalu tanpa tahu permasalahan kenapa disana bisa terjadi seperti itu, langsung mengeluarkan kartu kemudian dibalas dengan cuitan sang penguasa untuk mengirimnya kesana, tapi kita tak mau bicarakan tentang kartu kuning namun lebih membuka tabir gelap suku asmat disana.



Sebenarnya apa yang terjadi disana ?? Kok bisa sih terjadi gizi buruk ?? Memang bantuan pemerintah kemana ??



Yuk lah kita kulik lebih dalam masalah ini, karena pembangunan di papua sedang gencar-gencarnya. Dari banyaknya nongkrong, sambil membaca di warung kopi ternyata ada beberapa masalah yang terjadi disana.



Masyarakat disana khususnya asmat dengan pendidikan rendah, dan kurangnya kesadaran dari masyarakatnya sendiri menjadi kunci, kenapa daerah tersebut sering terjangkit gizi buruk.



Selain itu kota seribu papan dengan rumah dan jalanan terbuat dari papan, memang didirikan di daerah rawa dengan sanitasi pembuangan limbah air kotor tidak ada, malaria pun menjadi masalah disana.



Tak hanya itu kawan, kalian harus tahu kalau bantuan pemerintah seperti beras, bahan pokok, dll yang diberikan mentah kepada mereka, pastinya jangan harap mereka memasak barang yang diberikan yang ada malah dijual kembali untuk membeli rokok dan kopi. Kalau sudah begini salah siapa ??



Para bidan dan dokter disana pun paham, kesadaran masyarakat yang kurang menjadi masalah utama. Bahkan makanan yang diberikan secara matang untuk anak mereka yang terkena gizi buruk, malah dimakan orang tuanya dahulu ya kawan, jadi si penderita gizi buruk dapat sisa-sisa, lah gimana si anak mau cepet sehat, biasanya anak yang menderita pun tak cepat di bawa ke puskesmas, seakan tak perduli mungkin karena memang disana anaknya banyak-banyak dalam satu keluarga, entahlah ?? Kalau bidan dan dokter disana tidak keras berbicara jangan harap masyarakat mengikuti anjuran mereka, bisa jadi akan lebih banyak yang mati, karena orang tuanya sendiri yang kurang peka dan peduli.



Ini realita dan fakta yang terjadi disana, anda bisa lihat masyarakat yang tak perduli dengan bantuan pemerintah dan hanya memikirkan perut sendiri. Tidak hanya suku asmat buktinya di ibukota sendiri tak mau menjaga lingkungan, yang sudah bagus dibangun malah dirusak entahlah yang dikota saja primitif apalagi yang di daerah terpencil, yang tak bisa dilalui lewat jalan darat. Harus lewat udara dan perairan, itulah sekelumit cerita dari suku asmat yang tidak pernah kita tahu, bantulah negeri ini dengan cara menjaga lingkungan dari diri sendiri, dan pahami karakter masyarakat negeri ini kawan...



Bagaimana pendapatmu, seruupuutt dolo kawan...





By c4punk

Foto dari om Google