BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Gus Mus, pejuang hak asasi manusia

Gus Mus
KH Ahmad Mustofa Bisri menerima Yap Thiam Hien Award 2017 dari Yayasan Yap Thiam Hien. Penghargaan pejuang hak asasi manusia kepada Gus Mus --sapaan akrab Mustofa Bisri-- diselenggarakan pada Rabu (24/01/2018) di Aula Perpustakaan Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

"Pak Mustofa bukan kiai abal-abal, ilmunya luar biasa. Tidak pernah menggunakan agama sebagai alat politik. Puisi dan tulisan beliau bisa mengubah masyarakat, mengubah pandangan masyarakat. Pak Mustofa Bisri adalah sedikit masyarakat Indonesia yang bisa mendamaikan masyarakat," ujar Zumrotin K. Suilo, Ketua Dewan Juri Yap Thiam Hien Award 2017, saat memberikan sambutan.

Zumrotin juga mengungkapkan, dari semua kandidat, kelima juri sepakat memilih Gus Mus sebagai penerima penghargaan Yap Thiam Hien karena pemilik Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang, ini memperjuangkan keadilan dengan jalan damai dan tak menyulut pihak lain melalui ceramah, tulisan, dan puisi.

Sedangkan Todung Mulya Lubis, Ketua Yayasan Yap Thiam Hien, mengatakan bahwa pria kelahiran Rembang, 10 Agustus 1944, lebih dari seorang kyai, ulama, dan cendekiawan besar. Dengan caranya sendiri, Gus Mus menegakkan hak asasi manusia untuk beragama, memelihara keberagaman, dan memperjuangkan keharmonisan sosial.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, memberikan piagam penghargaan kepada Gus Mus.

Gus Mus --yang mengaku tidak mengerti tentang HAM-- berbicara mengenai ilmu keadilan dan kemanusiaan yang ia peroleh ketika belajar di pondok pesantren.
"Yayasan dan pengurus lebay memilih saya. Meskipun ini lebay dan tidak pantas, saya ucapkan terima kasih kepada Yayasan Yap Thiam Hien. Jadi, sebenarnya saya HAM itu nggak tahu. Saya itu lebih rendah sedikit dari pendidikan Bu Susi. Saya hanya sampai kelas satu Tsanawiyah," kata Gus Mus setelah menerima penghargaan.

Dalam kesempatan tersebut, tokoh Nahdlatul Ulama ini menceritakan kehidupan dirinya selama di pesantren. Ia mengaku tak mengerti tentang HAM dan nasionalisme. Di sisi lain, ia mendapatkan pelajaran dari kyai-kyai bahwa 'Indonesia itu rumahmu'. Sehingga bapak tujuh anak ini berkeyakinan akan menjaga rumahnya, negaranya.

Sambil berkelakar Gus Mus mengatakan, "Saya nggak ngerti nasionalisme, sedangkan HAM ngerti baru saja. Setelah ketemu dengan orang milenial-milenial itu." Ia juga menyinggung soal keadilan dan kemanusiaan. Menurutnya, ketidakadilan membuat seseorang marah. Kemarahan seseorang membuatnya menjadi radikal. Mengenai kemanusiaan, ia berujar bahwa Tuhan memuliakan manusia tetapi terkadang manusia tidak menghormati dirinya sendiri sebagai manusia. Untuk memuliakan manusia lain, seseorang harus berbuat sesuatu supaya orang lain tidak marah.

"Saya di pesantren diajari kyai-kyai saya yang sederhana, hidup yang santai, beragama yang santai, nggak usah petentengan. Allah itu tahu kok potonganmu kayak apa. Nggak usah belagak sok-sokan segala macam. Jadi meskipun saya menghormati manusia, menghormati hukum, tapi kalau kanan-kiri saya tidak menghormati manusia, penegak hukum tidak menghargai hukum, ya saya tidak bisa berbuat apa-apa. Menurut saya yang pertama harus menghargai hukum, menghargai keadilan, orang-orang hukum."
Catatan redaksi: Beritagar.id merupakan mitra media Penghargaan Yap Thiam Hien 2018


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-asasi-manusia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Aksi Kopassus gigit dan minum darah ular di depan Menhan AS

- Badai e-KTP dan suara Golkar yang terdongkrak pada Pemilu 2019

- Konflik internal Hanura cuma seumur jagung

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
10K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan