n4z1Avatar border
TS
n4z1
Mengapa Warga Keturunan Cina Punya Nama Tionghoa dan Pribumi?
Mohon dibaca dengan bijaksana untuk menambah wawasan para pendengki dan para intoleransi.


Mengapa Warga Keturunan Cina Punya Nama Tionghoa dan Pribumi?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga yang memiliki darah keturunan Cina, hampir seluruhnya memiliki dua nama. Pertama nama Tionghoa dan kedua nama Indonesia atau pribumi. Lalu bagaimana sejarahnya?

Sejarawan Jakarta, Alwi Shahab merawikan, pada zaman Belanda sekitar medio 1740, banyak warga Cina yang tinggal di Batavia memeluk agama Islam.Salah satu masjid yang menjadi saksi banyaknya warga Cina meninggalkan agama nenek moyangnya adalah Masjid Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Kota.

"Masjid itu masjid peninggalan sejarah. Kini, masjid yang berdiri sejak 1786 ini oleh Dinas Kebudayaan dan Permusiuman dilestarikan sebagai salah satu cagar budaya," kata Alwi Shahab.

Abah Alwi, begitu Alwi Shahab biasa disapa, menuturkan, masjid yang menjadi 'markas' Jamaah Tabligh tersebut didirikan Muslim berdarah Cina. Tuan Tschoa namanya. "Ia mengepalai Muslim Cina di Batavia antara 1780-1797," kata Abah Alwi.


Di masjid tua yang telah diperluas ini kita masih dapat menemukan beberapa unsur asli, yang telah berusia lebih 200 tahun. Sebut misalnya empat tiang bersegi empat yang menopang atap yang indah dan jendela ukir di atas pintu-pintu tua. Kendati masjid telah diperluas, tapi unsur asli ini tetap dilestarikan.

Ketika terjadi kerusahan dan pembantaian orang Cina yang diperkirakan menewaskan 5.000 hingga 10 ribu warga Cina pada September 1740, banyak keturunan Cina yang masuk Islam. "Mereka menyelamatkan diri dari penganiayaan. Akibatnya, penguasa kolonial Belanda menjadi tidak senang dan mengambil langkah-langkah untuk menyetop warga Tionghoa menjadi Muslim," cerita Abah Alwi.

Menurut pria berusia 80 tahun ini, alasan Belanda melarang orang Cina masuk Islam karena dianggap sangat merugikan pemerintah kolonial. Karena mengurangi jumlah penduduk yang tidak terkena pajak. Pasalnya, saat itu pribumi tidak dikenai pajak.


"Di samping masuknya ke dalam Islam mempermudah pembauran antara mereka dengan pribumi," ujar dia.

Apalagi, masih kata Abah Alwi, orang Cina yang masuk Islam kemudian mengganti nama Cina dengan nama Islam atau nama pribumi. Sehingga mereka pun memiliki dua nama. "Sebagai realisasi dari tindakannya itu, pemerintah kolonial Belanda pada 1745 melarang warga Cina untuk bercampur dengan pribumi."

Di Jakarta, paling tidak terdapat tiga buah masjid tua yang dibangun para Muslim keturunan Cina. Dua masjid lainnya adalah Masjid Krukut di Jl Gajah Mada dan Masjid Tambora di Glodok, Jakarta Barat. Di bagian belakang Masjid Kebon Jeruk, terdapat sebuah makam tua yang batu nisannya didapati unsur-unsur Arab dan Tionghoa. Makam ini adalah Makan Nyonya Cai, istri kapiten Cina pendiri masjid ini.
http://www.republika.co.id/berita/selarung/breaking-history/17/04/03/onud35282-mengapa-warga-keturunan-cina-punya-nama-tionghoa-dan-pribumi


==========================

Sejarah pada dasarnya memberi pelajaran berharga pada kita, sebagai bangsa yang majemuk, yang berdiri dari pilar perbedaan. Bahwasanya Indonesia memang ditakdirkan berdiri diatas perbedaan adalah atas Kemurahan Allah. Manusia diberi kelebihan untuk melihat perbedaan warna semata-mata untuk menunjukan bahwa pelangi itu indah karena warna-warni. Bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda semata-mata untuk mengenal satu sama lain dan beranak pinak menghasilkan keturunan dalam jenisnya, tidak perlu mencari pasangan diluar kodratnya sebagai manusia, entah dengan hewan ataupun dengan bangsa jin. Lalu kenapa Indonesia yang penuh dengan sejarah toleransi harus diganggu dengan kedengkian-kedengkian? Mengapa harus dinistakan hanya dengan ego semu sebuah silsilah keturunan?

Jelas pada dasarnya kata pribumi adalah konotasi negatif yang diberikan oleh bangsa kolonial kepada orang Indonesia, apapun sukunya. Pribumi, yang dikenal dengan inlander adalah sebutan penghinaan dan nista oleh bangsa kolonial, tapi dipuja-puja sebagai sebutan kebanggaan bagi sebagian orang koplak? Pribumi, yang saat itu tidak dikenai pajak, bukankah itu sebenarnya karena pribumi dianggap bangsa hina yang tidak mampu dan tak punya apa-apa buat dibebankan pajak?

Jadi, yang paling penting itu, nama atau agama? Agama atau nama? Nama atau jiwa nasionalis? Jiwa nasionalis atau nama?

Catat! Indonesia dibangun bukan hanya oleh satu suku, atau satu agama.
Jika ada yang membanggakan sebuah keturunan stratanya lebih tinggi dari keturunan lain, maka apapun alasannya, keturunan adalah keturunan, tidak bisa diubah! Mau keturunan tapir, onta, naga, beruang, anjing, maka keturunan tetaplah keturunan. Lalu apa yang membedakan? Cinta tanah air! Keturunan tanah Nabi sekalipun, jika tidak bisa mencintai tanah pertiwi ini, maka enyahlah dari Indonesia! Jika tidak bisa menghargai identitas sebuah bangsa, maka pergilah dari tanah ini, jangan pernah memakan apapun dari hasil bumi Indonesia! Indonesia tidak memerlukan bahwa setiap isi kepala warga negaranya seragam dalam hal keimanan, seragam dalam hal pakaian. Yang dibutuhkan Indonesia adalah, bahwa didalam dada setiap warga negaranya adalah mencintai Indonesia, mencintai Merah Putih. Silakan dirikan Khilafah jika tulang anda berwarna hijau atau darah anda berwarna hitam! Tapi jika tulang anda masih berwarna putih, darah anda masih berwarna merah, stop berbuat macam-macam! Stop menggoreng isu-isu murahan!

Pada dasarnya, semua suku dan keturunan yang ada di Indonesia ini sudah menyumbangkan darahnya bagi kemuliaan bumi pertiwi. Sudah menumpahkan darahnya bagi berdirinya Indonesia, melalui sejarah terdahulu. Akankah ini ditutupi terus menerus? Demi kepentingan apa? Kepentingan siapa?

Jika ada politisi yang mudah menebar senyum, berbicara tentang kebangsaan, tapi akrab dan menghamba pada kelompok intoleran, maka itu tak ubahnya bagai musang berbulu ayam!
Jika ada politisi yang tidak setuju dengan isu SARA tapi ikut menikmati hasil dari isu SARA itu, maka itu tak ubahnya dengan manusia munafik!
Jika ada politisi mengaku terhormat tapi tetap memakan uang hasil korupsi, maka tidak ada bedanya dengan manusia pemakan bangkai!

Bodoh sah-sah saja, tapi jangan nyolot!
Sejarah telah membuktikan bahwa pembauran itu sudah sejak lama berjalan, dan tidak ada yang murni di Indonesia ini. Apalagi bagi sebuah suku yang paling belakangan hadir di Indonesia ini, hasil dari pembauran itu, jangan pernah merasa sebidang tanah yang pernah dikuasai pihak lain adalah haknya hanya karena lahir disana. Bahwa Islam, bukan hanya milik keturunan tertentu dan suku tertentu. Bahwa nasionalisme, tidak tegak lurus dengan garis keturunan atau agama tertentu. Tetaplah setia dengan Indonesia dan Merah Putih. Tetaplah bangga dengan Pancasila.


Diubah oleh n4z1 09-03-2018 18:15
0
72.9K
428
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan