Bicara tentang Palestina nampaknya sedang rame dan heboh saat ini, karena Yerussalem disahkan Trump menjadi Ibukota, bahkan pemimpin-pemimpin dunia pun mulai bicara termasuk negara yang bersebelahan kubu dengan Amerika.



Tak perduli mereka agamanya apa dan ras apa namun bagi negara yang tak suka dengan gaya otoriter Amerika semakin buka suara.

Di iringi dengan Turki, Rusia, China, Indonesia, OKI dan kini Korea Utara.

Bicara Korea Utara pastinya tak lepas dari pemimpinnya yang benci dengan Amerika.



Penjajahan yang dilakukan Israel memang tak berkesudahan hingga kini, namun yang menarik di Gaza disebuah restoran terpampang salah satu foto pemimpin korea itu.

Tampaknya Palestina menghormati negara-negara yang mendukung mereka, tak perduli negara itu beda ras, suku, agama bahkan bahasa mereka terima kasih atas bantuan dunia dengan mengibarkan bendera negara pendukung atau memajang foto sang pemimpin negara yang mendukung kemerdekaan mereka.

Kim Jong Un pun terpampang di Gaza dan menjadi kebanggaan warga di sana, karena di dunia politik penuh intrik ada yang konsisten dari seorang pemimpin negara yang terang-terangan berani menghardik Amerika, sang negara adi kuasa yang saat ini merasa menjadi polisi dunia.

Walau Rusia yang punya pengalaman bertentangan dengan Amerika sudah hancur, tak seperti di masa lalu ketika menjadi Uni Soviet namun kekuatannya tak boleh diremehkan, tapi jelas Rusia masih malu-malu untuk menghardik Amerika, bicaranya selalu diplomatis tidak seperti korea utara yang lebih frontal tanpa rasa takut bicara tentang Amerika.



Itulah yang membuat rakyat Palestina kagum, dan Jong Un menjadi pahlawan buat mereka di gaza walau sebenarnya ada Erdogan yang lebih aktif bicara dari panggung ke panggung nampaknya tidak sefrontal Jong Un.

Delegasi yang dikomandoi Erdogan memang tak mengecam langsung, namun ingin membuka Dubes di Yerussalem timur, ini di sepakati oleh OKI dan Indonesia yang ingin Palestina Merdeka, namun aksi nyata belum terlihat maklum saja kalau gerakan militer yang dilakukan otomatis membuka pintu untuk perang dunia ke tiga.



Berbeda dengan korea utara yang selalu melakukan tekanan militer di banding jalur perundingan, namun hal heroik itu malah disuka warga Gaza.

Astaga benar kata kawanku bicara Palestina bukanlah hal yang mudah, dua kekuasaan dan banyaknya idiologi bermain akan membuat bingung siapa kawan ...siapa lawan.

Bahkan yang seiman pun belum tentu kawan, bahkan yang berbedapun belum tentu musuh inilah dunia politik tidak pernah mengenal latar belakang, yang bermanfaat bagi negara itulah kawan yang bertentangan dengan negara itulah lawan.

Bahkan setan pun pusing kalau bicara politik, sebab manusia tak bisa ditebak ada di pihak mana, namun setan selalu konsisten menjadi lawan dari dulu hingga kini.

Daripada pusing yukk kita sruuppuutt kopi dolo kawan...



Penulis c4punk