Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

buncitbubarAvatar border
TS
buncitbubar
Jokowi vs Prabowo dan Alternatif Calon di Pilpres 2019


Nama Jokowi dan Prabowo selalu muncul dalam survei elektabilitas untuk Pilpres 2019. Tapi tak menutup kemungkinan ada nama alternatif yang bisa dimunculkan. (CNN Indonesia/Christie Stefanie).
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto lagi-lagi muncul dan saling berhadapan dalam survei elektabilitas calon presiden untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.

Survei terbaru dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) hanya menampilkan dua nama capres, yaitu Jokowi dan Prabowo pada survei yang dilakukan di wilayah Jawa Barat.

Hasilnya, elektabilitas Jokowi sebesar 48,8 persen, unggul dari elektabilitas Prabowo sebesar 43,5 persen.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan tren saat ini memang masih berkutat pada dua nama saja, yaitu Jokowi dan Prabowo.

Pangi bahkan menyebut ada kemungkinan, dua nama tersebut akan benar-benar saling berhadapan pada Pilpres 2019 mendatang. Jika itu skenarionya, maka akan mengulang pertarungan mereka di Pilpres 2014 lalu.

Meski demikian, Pangi berpendapat masih akan ada nama lain yang berpotensi muncul untuk ikut bertarung dalam gelaran Pilpres 2019 mendatang.

Lihat juga:Survei SMRC: Elektabilitas Jokowi Salip Prabowo di Jawa Barat

"Masih memungkinkan ada tokoh alternatif, masyarakat Indonesia masih menginginkan ada 'varian menu' yang cukup variatif, jadi mereka tidak mau hanya tokoh lama saja di tiap pilpres," kata Pangi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (3/11).

Pangi menilai nama-nama baru akan muncul di masa injury time, ketika partai politik (parpol) sudah mengalami kebingungan dalam menentukan siapa tokoh yang akan diusung.

"Mereka biasanya daripada enggak sama sekali ikut berpesta, daripada sebagai penonton, mereka mengusung poros baru, ketika mereka tidak deal dengan poros Jokowi atau Prabowo," ujar dia.

Alternatif calon itu bahkan sudah mulai muncul saat ini. Sebut saja Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, elektabilitas kedua nama tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Jokowi dan Prabowo.

Senada dengan Pangi, pengamat politik dari Unveritas Padjajaran Idil Akbar menyebut nama-nama lain kemungkinan masih akan muncul mengingat masih ada waktu yang cukup panjang sampai pelaksanaan Pilpres 2019.

Menurut Idil, sampai saat ini konsolidasi yang dilakukan oleh parpol masih terus dilakukan untuk menentukan siapa nantinya yang akan diusung untuk maju sebagi capres.

Kaderisasi Gagal Parpol

Di sisi lain, Pangi tak menampik kegagalan kaderisasi yang dilakukan oleh parpol menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan hanya nama Jokowi dan Prabowo saja yang selalu masuk perhitungan sebagai capres.

Dari kaca mata Pangi, hampir semua parpol mengalami kesulitan untuk bisa melahirkan sosok seorang pemimpin, terutama dari kalangan kadernya sendiri.

Pangi melihat hal tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan rekrutmen yang dilakukan oleh parpol atau memang murni ada kesalahan dalam proses pengaderan.

"Ini catatan buruk karena parpol kekurangan stok," ujar Pangi.

Parpol kini dituntut memperbaiki sistem rekrutmennya, kata Pangi, karena kegagalan kaderisasi menjadi problem serius.

Ketiadaan stok kader pemimpin ini yang menjadi masalah kronis dan ironis. Apalagi fenomena belakangan ini, parpol cenderung lebih mengutamakan figur di luar partai yang dilihat dari sisi popularitas.

Pangi melihat, figur berasal dari luar partai kini bukan lagi sesuatu yang penting. Parpol melihat hal terpenting dalam kontestasi pemilihan umum adalah figur itu lebih bisa 'menjual'.

"Belakangan (parpol) memprioritaskan figur. Persoalan figur tidak penting dia dari partai manapun, yang penting figurnya menjual," ucapnya.

"Parpol realistisnya mereka tidak punya stok, tidak punya pemimpin yang bisa dimajukan, akhirnya mengambil figur alternatif yang bukan kader, ini habitus politik tidak baik," ujar Pangi.

Idil pun punya pandangan sama, bahwa parpol saat ini punya kecenderungan mengusung tokoh dari luar partainya sendiri. Wajar, ketika untuk pesta demokrasi sekelas Pilpres 2019, hanya muncul dua nama, Jokowi dan Prabowo.

"Memang (pemilihan) presiden beda lagi konteksnya, tentu mereka akan berpikir lagi mencalonkan orang lain. Tapi saya kira (memunculkan nama lain) ini juga harus jadi pertimbangan (parpol)," kata Idil.

Ketiadaan nama lain selain Jokowi dan Prabowo karena kegagalan kaderisasi parpol itu sejatinya juga tercermin dalam gelaran pilkada serentak 2018.

Dalam menyambut pilkada serentak 2018, tak cuma satu dua parpol saja yang mengusung bakal calon kepala daerah yang berasal dari eksternal parpol. Faktanya, banyak parpol menempuh langkah serupa tersebut.

Padahal di satu sisi, ada beberapa figur di internal masing-masing parpol yang sebetulnya cukup cakap untuk bertarung di arena pilkada tapi tak dipertimbangkan, bahkan tak masuk perhitungan. (osc)

https://www.cnnindonesia.com/nasiona...-pilpres-2019/

==============================================================================================
Semoga bukan wowo atau wiwi, cukup sudah 2 orang ini bikin 5 tahun war nastak-nasbung
Polling
0 suara
Pilih siapa pilpres 2019?
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
2K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan