SURABAYA, Polrestabes Surabaya resmi menetapkan notaris Sugiharto, tersangka kasus penipuan dan penggelapan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Kini, Notaris Sugiharto tengah diburu petugas kepolisian untuk ditangkap.



Kepastian notaris Sugiharto masuk dalam DPO tertuang dalam surat bernomor DPO/R/227/XI/2017/Reskrim yang diterbitkan oleh Polrestabes Surabaya. Dalam bukti DPO tersebut, tertulis perintah agar petugas kepolisi segera melakukan penangkapan terhadap Sugiharto.



“Untuk (diawasi / diminta keterangan / ditangkap /diserahkan) kepada KA Unit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya,” bunyi perintah dalam surat DPO tersebut.



Selain perintah memburu Sugiharto, dalam surat DPO tersebut juga tercantum ciri-ciri fisik pria yang bertempat tinggal di Jalan Darmahusada Permai ini. Dalam bukti DPO itu, juga terpampang foto Sugiharto yang bekas pendeta tersebut mengenakan baju tahanan Polrestabes Surabaya.



Dikonfirmasi soal DPO itu, Iptu Bima Sakti, Kanit Resmob Polrestabes Surabaya membenarkan bahwa pihaknya telah memasukkan nama notaris Sugiharto dalam daftar DPO kepolisian.



“Iya benar, yang bersangkutan (notaris Sugiharto) sudah ditetapkan sebagai DPO,” tegasnya saat dikonfirmasi via ponsel, Senin (27/11/2017).



Sementara itu, Yen Jet Hwa, istri Soejono Candra meminta agar Polrestabes Surabaya lebih serius dalam memburu Sugiharto.



“Notaris Sugiharto statusnya sudah DPO, kami ingin polisi segera menangkapnya. Tidak ada alasan lagi,” katanya.



Diterangkan Yen Jet Hwa, akibat perbuatan Sugiharto sebagai notaris yang memalsukan akta pernyataan utang menjadi akta jual beli membuat suaminya dijadikan tersangka kasus penipuan dan penggelapan.



“Padahal suami saya (Soejono Candra) tidak tahu menahu mengenai pembuatan akta tersebut, karena saat itu suami saya hanya disuruh tanda tangan akta saja,” terangnya.



Yen Jet Ha menduga Sugiharto sengaja disembunyikan untuk menyudutkan Soejono yang tengah diadili atas kasus penipuan dari laporan Soekoyo



“Buktinya selama ini notaris Sugiharto tidak pernah dihadirkan sebagai saksi di persidangan. Padahal keterangan notaris Sugiharto sangat penting untuk membuktikan bahwa suami saya tidak bersalah dalam kasus ini,” tegasnya.



Perlu diketahui, kasus ini berawal dari pembelian buldoser yang dilakukan oleh Soejono dan Yen Jet Ha kepada Soekoyo dengan harga sebesar Rp 350 juta. Harga tersebut masih ditambah bunga dan jika ditotal maka seluruhnya menjadi Rp 660 juta.



Kemudian Soejono dan Yen Jet Ha yang merupakan pasangan suami istri ini membuat akta pernyataan utang kepada notaris Sugiharto yang berkantor di Jalan Bubutan, Surabaya. Namun 10 tahun kemudian kemudian muncul akta jual beli tanah antara Soejono dan Soekoyo yang dibuat oleh Sugiharto.



Tak cukup sampai disitu, Soejono dan Sugiharto ternyata dilaporkan Soekoyo ke Polrestabes Surabaya. Hingga akhirnya, polisi menetapkan Soejono dan Sugiharto sebagai tersangka kasus penipuan dan penggelapan.



Namun sejak kasus ini berada di meja penyidik, Sugiharto terkesan mendapat perlakuan istimewa. Meskipun sempat ditahan beberapa hari, namun Sugiharto akhirnya justru dibebaskan karena ada penangguhan penahanan dari penyidik.



Hal berbeda justru didapatkan Soejono. Penyidik tetap menahan Soejono, meski telah mengajukan penangguhan penahanan. Tak hanya itu, kasus Soejono ternyata lebih dulu dinyatakan sempurna (P21) oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Tanjung Perak.



Akibatnya, saat ini Soejono telah disidangkan di Pengadilan Negeri Surabaya. Sedangkan kasus yang menjerat notaris Sugiharto sampai saat ini tak kunjung dinyatakan P21 oleh Kejari Tanjung Perak. (Han)

http://beritalima.com/2017/11/27/not...esmi-jadi-dpo/

Ajaran kasih