Berdasarkan pilihan Kaskuser dalam ajang Kota Pilihan 2017, Kota Online jatuh pada Jakarta Pusat, DKI Jakarta dengan 815 dukungan dari 1.949 peserta. Selanjutnya diikuti Bekasi dengan 653 dukungan, lalu baru Yogyakarta di tempat ketiga dengan 149 dukungan.

Pada 2014, pengguna internet terbesar Indonesia berada di Jawa dan Bali dengan 52 juta pengguna, tingkat penetrasinya mencapai 35 persen. Saat itu pengguna internet di DIY mencapai 2 juta, sementara jumlah penduduknya 3,5 juta, ini berarti tingkat penetrasinya mencapai 54 persen. Posisi DIY masih di bawah DKI sebagai peringkat pertama dalam hal tingkat penetrasi.

Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2016 mencatat ada 132,7 juta pengguna internet dari total penduduk Indonesia 256,2 juta orang. Berdasarkan data mikro Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, penetrasi internet di Yogyakarta merupakan yang tertinggi dibandingkan kota lainnya dengan 54,32 persen. Angka ini diperoleh berdasarkan perbandingan pengguna internet dari rentang usia 13 hingga 70 tahun dengan jumlah keseluruhan penduduk kota.




Statistik ini tidak terlepas dari fenomena yang terjadi di RT 36 RW 09, Kelurahan Patehan, Yogyakarta yang dikenal juga dengan nama Kampung Cyber. Kampung ini sukses memberdayakan warganya dengan cara memanfaatkan teknologi internet.

Mulai awal 2017, perangkat RT dan RW di Kelurahan Patehan menggunakan Sistem Informasi Warga Patehan (Siwargapatehan) yang aplikasinya, siwargapatehan.com, bisa diakses melalui komputer maupun smartphonedengan jaringan internet. Siwargapatehan digagas oleh Antonius Sasongko (Ketua RT 36) dan Irvan Yudantoro (Ketua RT 27) yang didasari kesibukan sehari-hari mengurus persoalan administrasi kependudukan warga kampung.

Hanya warga kelurahan yang bisa mengakses sistem ini. Untuk log masuk, warga harus mengetikkan nomor tanda kependudukan dan kata kunci. Setelah seluruh proses lengkap, warga tinggal datang ke kantor kelurahan untuk mendapat surat yang diinginkan. Siwargapatehan memangkas proses di tingkat RT dan RW. Bahkan, masing-masing ketua RT dan RW memiliki barcode sebagai pengganti tanda tangan.



Mulanya, Sasongko membagi jaringan internet di rumahnya ke tetangga sekitar. Perlahan, ia mengedukasi warga se-RT tentang pentingnya internet. Hasilnya, 30 rumah di RT itu kini memiliki sambungan internet. Kampung yang dihuni 158 jiwa itu memanfaatkan internet sebagai sarana kehidupan sehari-hari. Mulai dari berhubungan dengan sesama warga hingga mempromosikan kreasi dan produk industri rumahan.

Selasa 24 Oktober 2017 lalu, sistem informasi yang menyabet juara I Anugerah Iptek Kota Yogyakarta 2017 ini dipresentasikan di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta. Selain pejabat Bappeda, pertemuan yang digelar di ruang Code lantai 3 kantor itu juga dihadiri perwakilan Dinas Perizinan, Dinas Kependudukan, dan Dinas Komunikasi. Pemerintah kota berencana mengadopsi sistem ini serta mengembangkan dan memberlakukannya sebagai sistem pengurusan dokumen kependudukan.

Siwargapatehan, layanan kependudukan terintegrasi dalam jaringan hadir sebagai pionir untuk membuka mata masyarakat bahwa sudah saatnya internet diberdayakan untuk kemaslahatan hidup ketika justru saat ini orang masih ramai-ramai dipusingkan dengan penyebaran berita hoax melalui media sosial. Tak dapat dipungkiri memang bahwa media sosial masih mendominasi penggunaan internet.


Ingin tahu seperti apa selengkapnya kisah Sasongko dan Irvan? Baca di: https://beritagar.id/artikel/laporan...kasi%20canggih