BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Hukuman bagi Dwi Hartanto atas laku dustanya

Dwi tengah menunjukkan hadiah atas prestasinya. Namun, hadiah itu adalah kebohongan lain yang dilakukan Dwi. Sebab cek hadiah itu adalah buatannya sendiri.
Akhir pekan lalu, Sabtu (7/10), mungkin bakal menjadi hari yang akan terus terngiang di benak Dwi Hartanto, mahasiswa program doktoral di Delft University of Technology. Sebab, di hari itu, semua kebohongan mengenai capaian yang telah ia sebutkan di sejumlah media, terbongkar.

Di hadapan belasan alumni dan pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Delft di ruang Hive, perpustakaan Delft, lulusan Institut Sains dan Teknologi AKPRIND, Yogyakarta itu, mengakui semua dusta yang telah ia buat. Bukan cuma satu atau dua, namun--setidaknya--ada 29 kebohongan yang telah ia lakukan.

Kebohongan itu, mulai dari hal yang remeh--macam unggahan berbagai prestasi palsu di media sosial Facebook-nya (kini sudah deaktivasi)--hingga klaim memiliki beberapa paten dan terlibat dalam pembuatan pesawat tempur generasi keenam. Itu semua terangkum dalam surat pernyataan bermaterainya yang diunggah di laman PPI Delft.

Sebenarnya, dalam surat pengakuan itu, Dwi menjabarkan lebih dari 29 kebohongan, tepatnya 36. Namun, Beritagar.id menemukan beberapa di antara pengakuan tersebut sama.
Pengakuan lisan #DwiHartanto dilakukan di depan BP PPI Delft dan bbrp alumni pada rapat kekeluargaan PPI Delft 7 Okt [URL="https://S E N S O RnsqiFolePd"]https://S E N S O RnsqiFolePd[/URL] [URL="https://S E N S O RDsrOGZU6p7"]pic.twitter.com/DsrOGZU6p7[/URL]
— vine (@vinedict) October 8, 2017
Nama Dwi sebenarnya mulai mentas di berbagai media nasional sejak 2009. Kompas.com sempat memberitakan prestasi Dwi soal peluncuran nanosatelit yang dinamakan Delfi-n3Xt.

Lama tak terdengar, pada 2015 nama Dwi kembali wara-wiri di media nasional. Penyebabnya, saat itu Dwi diketahui berhasil mengorbitkan Wahana Peluncur Satelit (SLV) dengan teknologi mutakhir yang diberi sandi The Apogee Ranger V7s (TARAV7s).

Tempat peluncurannya pun tak main-main. Yakni di fasilitas tes roket dan alat tempur Kementerian Pertahanan Belanda. Capaian itu, disebutkan Dwi kepada Detik.com. Selain itu, sejumlah media lain juga memberitakan hal serupa.

Pada 2016, pemberitaan mengenai Dwi pun semakin gencar. Beberapa di antaranya adalah soal permintaan Presiden ketiga Indonesia--B. J. Habibie--untuk bertemu dengannya, hingga wawancara dengan Najwa Shihab di acara Mata Najwa.

Semua itu--termasuk pernyataan di Mata Najwa--diakui Dwi adalah sebuah kebohongan dalam surat keterangan tadi.

Bahkan, Habibie sampai bersuara mengenai klaim Dwi tadi. "Saya tidak tahu (tidak kenal Dwi). Saya kenal dia hanya (sekitar) 10 menit yang dibawa oleh duta besar (Belanda)," kata Habibie Senin kemarin, seperti dikutip dari Merdeka.com.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi era Presiden Soeharto itu pun menyayangkan sikap tak terpuji Dwi. Menurut Habibie, seorang ilmuwan tidak boleh melakukan kebohongan. "Semua orang tak boleh berbohong, ilmuwan tidak boleh berbohong," ucapnya.

Pihak lain yang ikut terseret dalam tindakan tak terpuji Dwi adalah Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Maklum, Dwi adalah peserta Visiting World Class Professor (VWCP), salah satu program yang digagas Kemenristekdikti.

"Kami terus melakukan evaluasi yang berkelanjutan, tidak hanya pada program ini, tetapi kepada seluruh program dan kebijakan," ucap Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghufron Mukti, seperti dikutip dari Antaranews.com.

Bila di dunia nyata reaksi pihak terkait masih biasa saja, bahkan hanya memberi himbauan, tidak demikian di dunia maya. Warganet bersuara keras atas kebohongan yang diperbuat Dwi.
DWI HARTANTO, mhs dr Indonesia di TU DELFT, langgar ETIKA & HUKUM dg BERBOHONG ttg prestasinya. Akibatnya MEMPERMALUKAN bangsa!
— MUHAMMAD AS HIKAM (@mashikam) October 9, 2017 Dwi Hartanto is Annisa Hasibuan of science.
— ☄☄☄ (@agunsux) October 8, 2017
Annisa Hasibuan adalah pemilik First Travel, penyedia jasa perjalanan umroh yang kini telah dijadikan tersangka karena diduga melakukan penipuan kepada ribuan jamaah.

Tak semua warganet melulu menyalahkan kelakuan pemuda kelahiran tahun 1982 itu seorang.
couldn't agree more with le abang ipar on #dwihartanto's case [URL="https://S E N S O RhuhBniYPSA"]pic.twitter.com/huhBniYPSA[/URL]
— Raisa Kamila (@raikala) October 9, 2017 Jangan cuma salahkan Dwi Hartanto, tp salahkan juga pers yg gak becus menjalani tugasnya.
— Rakhmad Hidayat (@dayatia) October 10, 2017 It is unseemly to condemn only #DwiHartanto for his faux claims; careless journalists also made a huge contribution for his false success.
— Dira Zarra (@dnzarra) October 10, 2017
Dwi pun kini telah menerima hukuman atas perbuatannya itu. Selain menjadi bahan pembicaraan masyarakat, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda juga mencabut penghargaan yang telah mereka berikan kepada Dwi pada 17 Agustus kemarin.

Selain itu, FU Delft pun menunda sidang disertasi Dwi, yang sejatinya dilaksanakan pada 13 September kemarin. Bahkan, sejak 25 September hingga berita ini diturunkan, pihak TU Delft tengah melakukan serangkaian sidang kode etik terhadap Dwi.

"Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi yang tidak benar," ucap Dwi dalam surat pernyataannya.
Motif berbohong
Sayang, dalam surat pernyataan itu, Dwi tidak menyebutkan motif dia melakukan kebohongan. Dia hanya mengatakan bahwa perbuatannya tersebut atas dasar khilaf dan tidak segera membenarkan berbagai berita yang beredar.

Bahkan beberapa pihak mulai mengaitkan Dwi dengan mythomania (satu istilah dalam ilmu psikologis mengenai kebohongan patologis). Tapi apakah benar Dwi mengidap mythomania? Belum tentu. Untuk membuktikan itu, harus dilakukan tes psikologis.

Menurut psikolog Ratih Zulhaqqi, orang yang memiliki gangguan psikologis ini kadang melakukannya tanpa sadar. Malah, menurutnya, mereka tak merasa bersalah karena sudah terlalu sering berbohong dan jadi hal yang wajar.

"Sifatnya candu, dia harus selalu melakukan itu untuk membuat dirinya puas," ucap Ratih, seperti dikutip dari Tempo.co.

Beritagar.id berusaha menguhubungi Dwi untuk menanyakan soal motif kebohongan tersebut. Pesan aplikasi lintas platform, Whatsapp, yang Beritagar.id kirimkan ke nomor +31 6 579****1 milik Dwi, belum dijawab.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-laku-dustanya

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Kejar Rp500 triliun, pemerintah sandera penunggak pajak

- Mesin sensor Internet bukan mesin sadap untuk memata-matai

- Jawa Barat daerah paling rawan

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
62K
285
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan