Saya tidak bilang kalau pasti tidak ada.

Qatar negara kerajaan yang korupsinya rendah.

UAE negara kerajaan islam yang korupsinya rendah dan makmur meskipun tanpa minyak.

Dan you know, suatu waktu nanti mungkin ada negara demokratis berdasarkan agama yang tidak korupsi. Kan tidak semua keinginan kita sama. Suatu waktu nanti bikin negara sendiri atau negara gabung dan pecah jadi negara lain akan menjadi lebih gampang. Negara bukan lagi sesuatu yang sakral.

Bikin negara sendiri akan seperti mendaftarkan perusahaan di PBB. Hello, saya mau bikin Republik Indonesia 2.0. Daftar ya jadi negara baru. Okay. Kita tetep subsidiari dari Republik Indonesia 1.0 kok. Iya cabang timur. Dan semuanya semacam branch dari Asean 3.0

Kalau bisa begitu saya tidak khawatir. Yang mau syariah ya booking wilayah sendiri bikin sendiri ntar kita liat jalan tidak. Yang mau kapitalist booking wilayah sendiri, bikin sendiri. Yang mau kapitalis punya wilayah sendiri.


Dan itu artinya negara bisa beragama demokratis dan tidak korupsi. Soalnya kalo korupsi ya yang nggak suka tinggal pindah ke wilayah lain.

Tapi sekarang ini belum begitu.

Untuk bikin negara sendiri harus ya ribut lah ama yang pro status quo. Nggak ada cara baik baik. Ya ngapain. Untuk setiap haluan negara berubah selalu saja ada banyak orang yang harus ikut berubah.



Contoh catalonia mau pisah dari spanyol. Spanyol tidak setuju. Dan rakyat catalonia pun 50% tidak setuju. Jadi apapun keputusannya akan banyak orang yang tidak happy.

Dalam prakteknya batas batas negara makin lama makin hilang. Pemerintah di berbagai dunia makin tidak punya kekuasaan. Mekanisme pasar lah raja dimana mana. Kalo tidak setuju mekanisme pasar ya negaranya akan makin terkucil. Catalonia pisah juga so what? Mau ke spanyol ya tinggal jalan kali beli roti balik lagi, bilang ke anak halo Papa baru jalan jalan keluar negeri.

Lama lama kekuasaan negara makin kecil negara seperti tidak ada artinya.

Saya masih ingat jaman dulu. Ada pabrik rokok import alat yang bisa mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Begitu alatnya masuk langsung dilarang ama pejabat. Katanya tidak padat karya.

Jaman dulu sogokan pejabat gede. Kamu punya ide sebagus apa pejabat lah yang menentukan boleh atau tidak.

Sekarang, setiap pabrik bersaing dengan semua pabrik lain di dunia. Pejabat Indonesia mau melarang tapi apa tangan si pejabat itu nyampe luar negeri buat melarang alat yang sama di produksi di negara tetangga? Kalo peraturan di Indo terlalu rewel ya tinggal pindahin pabrik keluar negeri export rokok kemari.

Anyway, kita kembali membahas campur agama dengan politik.

Apakah itu bisa dilakukan tanpa membuat negaranya jadi dipimpin oleh diktator?

Kayaknya hampir tidak bisa.

Pakistan demokrasi. Korup.

Turkey demokrasi, korupsi mungkin cukup rendah, sekuler.

Indonesia. Demokrasi. Korupsi sudah menurun. Sekuler? Well. Ahok dipenjara karena agama.

Agama membuat orang percaya sesuatu tanpa bukti.

Ada yang bilang kalau semua yang membuat orang percaya tanpa bukti bisa dipakai untuk nipu. Jadi agama bisa dipakai untuk menipu rakyat untuk menguatkan kekuasaan orang yang bisa pake agama itu.

Jadi agama kemudian membuat suatu negara menjadi kerajaan atau diktator.

Betul tidak?

Saya tidak tahu. Mungkin betul mungkin tidak.

Yang pasti, saya belum lihat negara demokrasi, korupsi rendah, yang amat beragama.

Nepal mungkin kandidate. Tapi itu officially kerajaan dan belum maju juga.

Ada counter example?

Kalau belum ada saya concern sesuatu.

Orang yang ingin mencampurkan agama dengan politik bisa jadi punya niat untuk menghapus demokrasi di indonesia dan/atau meningkatkan korupsi.

Niat atau tidak, hasilnya bisa begitu.

Begitukah?