putratomangAvatar border
TS
putratomang
UMUM BATUR
UMUM BATUR



Dimana anda dihadapkan pada hal yang sama di semua waktu dan tempat yang anda jalani. Entah kenapa stereotip yang terbentuk adalah di mana kekompakan harus berdasarkan hal yang sama,Padahal ada ungkapan bahwa “bersama tak harus sama”.




Istilah umum baturdimaknai dengan salah kaprah. Dipahami bahwa segala hal haruslah sama.Gaya rambut harus umum,selera musik harus umum,cara berpikir pun juga harus umum batur baru anda diterima dalam “komunitas” tersebut. Berani berbeda berarti siap dikucilkan, tak dianggap sama sekali.
Bukankah itu keadaan yang memuakkan? Manusia diciptakan berbeda-beda jadi mengapa harus sama?Bayangkan anda masuk dalam sebuah kampung lalu sepanjang perjalanan anda dihidangkan makanan yang sama,lagu yang sama,dimana letak uniknya serta asiknya?



Keadaan “tak sehat” seperti itulah yang membauat demokrasi jalan di tempat,menumbuhkan stereotip-stereotip negatif begitu banyak ragam. Musik klasik/jazz barat lagu kafir,musik rock ugal-ugalan,berani berbeda pendapat bahkan debat dengan para tetua di sebuah forum adalah hal yang bodoh bagi mereka, Rambut gondrong berarti preman,pake tato bajingan,rambut gondrong plus tatoan berarti halal dibunuh. Pada titik ini andapun bertanya “sing bodoh jane sopo to?”.

Pun juga perbedaan dalam selera musik. Sebenarnya rumusnya sederhana yaitu musik hanyalah masalah selera dan selera tidak bisa diganggu gugat adalah hak asasi pada setiap manusia. Malam itu Jono main ke pos ronda di kampungnya. Jono yang tadi siang baru sampai dari Jakarta coba nongkrong bersama teman sekampungnya. 2 bungkus rokok lengkap ama kopi dan cemilan dibawanya ke pos RT. Teman-teman Jono menyambut dengan ceria malam itu suasana kampung terasa renyah. Merasa ada yang kurang Jono coba colokkan jack spreaker aktif yang kebetulan tersedia di pos tersebut ke handphonenya. Black Amplifier by THE SIGIT menggema di pos tersebut sontak temannya pun protes katanya gak pantes lagu rock malam-malam berisik. Memaklumi hal tersebut Jono coba ganti lagu Do what You Wanna Do by Mocca dengan alunan musik yang friendly dan merdu suara vocalis yang jazzy diharapkan bisa mengiringi kepulan asap Dji Sam Soe dan nikmatnya kopi Bajawa yang ia bawa dari Jakarta. Dan yang terjadi adalah cercaan bernada cukup serius dari rekannya “Jon jon gayamu le merantau setahun ning Jakarta we wes sok inggris,mbok yo Band local ae ben kancane mudeng opo koplo ngono,uripke mbok sing UMUM BATUR!’’.



Jono terdiam,dicabut jack speaker dari gawainya. Dalam hatinya terusik dan berbisik separah itukah perlakuan terhadap perbedaan? Apa mereka tak tahu kalau dua lagu yang gagal ia putar adalah karya band anak bangsa. Dimana band tersebut membawa nama bangsa dalam sebuah festival music di Belanda. The Sigit beberapa kali diundang dalam festival rock di Australia lagu-lagunya lumayan dihargai disana. Mereka juga pernah tour America dan tampak dinikmati masyarakat disana. Sedang Mocca coba kalau punya rekan di Korea Selatan silahkan ditanya bagaimana mocca disana. Dalam masa keemasannya lagu I Remember,Do what you wanna do,Happy,The best thing dan beberapa lainnya begitu menggema di Mall-Mall Korea Selatan dan Jepang. Atau coba cek di Youtube bagaimana lagu Mocca digemari mulai orang dewasa remaja sampai anak-anak. Dan mereka tak butuh tag ‘‘Go International’’. Dan Kalau memang tak tahu mengapa pula tak bertanya ? Memang begitu adanya banyak orang yang belum tahu bahkan tidak mau tahu lalu getol menghakimi tanpa dasar.



Dua Band dari Bandung tersebutpun bisa jadi contohnya. Dimana berani berbeda berarti siap tak dianggap di negeri sendiri. Dan benar saja alunan musik mereka tenggelam dalam nada-nada minor band ala melayu “penuh cinta’’,semangat gairah nada musiman ala boy/girl band,juga rancaknya keplakan ketipung lagu-lagu cover tak kenal royalti ala dangdut koplo. Namun anggapan itu tak sepenuhnya benar. Mereka tetap jaya pada jalurnya yaitu Indie alias kebebasan dengan basis fans yang banyak lagi royal.

Tetap saja bagi Jono umum baturversi umum tidak berlaku untuknya. Yang lebih penting baginya adalah guyup batur. Untuk apa umum tapi tidak guyup? Terbiasa dalam pergaulan urban dan berbaur dengan semua kalangan membuat Jono sadar dan terbiasa akan indahnya perbedaan. Dia tetap menghisap nikmat rokoknya dan larut dalam obrolan dengan teman-temannya. Malam yang begitu hangat bagi Jono dan teman-temannya saling melempar tawa diiringi lagu koplo volume 95 dari 100. Tidak apa berisik sampai larut yang penting umum batur




update besok
Diubah oleh putratomang 02-09-2017 11:19
0
3.2K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan