komunitasjalan2Avatar border
TS
komunitasjalan2
MENYUSURI JEJAK LAKSAMANA CHENG HO DI INDONESIA
Masih ingat dong ya dengan pelajaran sekolah kalau Indonesia adalah negara strategis yang diapit dua samudera dan dua benua?. Ya, letak geografis negara kita ini yang sangat strategis serta bentuk negara berupa kepulauan menjadikan Indonesia sudah sangat dikenal oleh para pelayar dunia sejak dahulu. Beberapa nama penjelajah dunia juga tercatat pernah melewati dan singgah di beberapa pulau di Indonesia. Banyak pula diantara mereka yang bahkan kedatangannya membawa misi-misi tertentu dan memberikan pengaruh bagi sistem kehidupan serta budaya.

Sebut saja Cheng-Ho, seorang laksamana asal Tiongkok yang bertahun-tahun menjadi pelayar dunia. Bagi masyarakat Indonesia sendiri, nama Cheng Ho sangat melekat apalagi ia tidak hanya berlayar untuk tugas kenegaraan, tetapi juga membawa pesan perdamaian dan persatuan antar bangsa, karenanya ia memiliki kedekatan emosional dengan Nusantara yang pada masa kedatangannya di awal abad 15 ialah masa dimana Islam mulai menyebar di Nusantara.

Menurut catatan sejarah, Cheng Ho setidaknya tujuh kali datang ke Indonesia. Banyak lokasi yang disinggahinya dan beberapa dikunjungi hingga beberapa kali yaitu Jawa enam kali, Samudera Pasai atau Lhoksemawe lima kali, Lambri atau Banda Aceh tujuh kali, dan Palembang empat kali. Kunjungannya pertama di Indonesia yaitu di periode tahun 1405-1407 dan terakhir di tahun pelayaran 1431-1433.

Dalam beberapa kali pelayaran ke Nusantara itulah Cheng Ho memiliki kedekatan dan pengaruh besar bagi Indonesia. Beberapa benda asli peninggalan beliau adalah bukti penghargaannya pada Indonesia. Benda-benda itu beberapa diantaranya masih bisa kita lihat sebagai bukti jejak peninggalan Cheng Ho. Namun selain itu, lebih banyak pula petilasan atau bangunan tertentu yang dibangun sebagai pengingat pernahnya Laksamana Cheng Ho datang ke suatu daerah.

Nah, berikut ini kita teliusuri jejak-jejak peninggalan ataupun petilasan dari Cheng Ho di berbagai kota di Tanah Air.


1. Lonceng Caradonya – Banda Aceh
Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Aceh memiliki keeratan sejarah yang besar dengan Cheng Ho. Bahkan di Aceh pula, peninggalan asli pemberian beliau masih tersimpan dan menjadi bukti nyata.

Benda pemberian itu berupa Lonceng raksasa bernama Cakradonya. Ini merupakan hadiah dari kaisar Yongle, pemimpin Tiongkok saat itu kepada Sultan yang memimpin Samudera Pasai. Hadiah ini diberikan atau diperantarai oleh Laksamana Cheng Ho sendiri ketika singgah di Samudra Pasai pada kunjungan ke empat kali nya di tahun 1414. Hadiah lonceng ini sendiri dimaknai sebagai simbol persahabatan antara Tiongkok dan Pasai/Aceh yang sudah terjalin.


Lonceng Cakradonya di Museum Aceh via .tribunnews.com

Lonceng Cakradonya memiliki dimensi tinggi sekitar 125 cm dan lebar 75 cm, Terdapat juga ukiran aksara Arab dan Tiongkok sebagai pemanisnya. Lonceng itu sendiri di Aceh sempat beberapa kali berpindah lokasi semenjak Kerajaan Pasai takluk dari Kesultanan Aceh Darussalam. Lonceng dari Pasai dibawa ke Banda Aceh yang juga menjadi pusat Kerajaan Aceh Darussalam. Lonceng Cakradonya sempat juga diletakkan di Kapal Perang Kesultanan Aceh sebagai alat penanda perang. Setelah perang, lonceng lalu dibawa dan digantung di Masjid Raya Baiturrahman sebagai penanda jika penghuni Istana Kesultanan Aceh harus berkumpul. Barulah di tahun 1915, Lonceng Cakradonya ini dipindahkan dan disimpan di Museum Aceh hingga saat ini.

Sekarang, Lonceng Cakradonya di taman halaman Museum Aceh berada di sebuah bangunan kecil museum dengan arsitektur khas Aceh. Lonceng nampak tergantung di tengahnya dan terlihat terjaga dengan baik.


2. Piring Porselen Bertulisan Ayat Kursi – Cirebon
Kalau kamu pernah ke Cirebon dan berkunjung ke lokasi-lokasi sejarahnya, pasti kalian akan akrab dengan ciri khas berupa piring-piring porselen khas Tiongkok yang di tempel di dinding bangunan. Ini adalah keunikan yang sangat khas dari Cirebon yang membuktikan akulturasi budaya yang juga terkait dengan kedatangan Cheng Ho.


Contoh kekhasan dinding bangunan di Cirebon yang berhias piring porselen via cirebontrust.com

Cheng Ho singgah di Cirebon pada tahun 1415. Saat itu ia diterima langsung oleh Ki Gedeng Jumajanjati dan menginap di Cirebon sekitar 7 hari. Sebagai hadiah atau cinderamata, Cheng Ho memberikan piring porselen yang ada tulisan ayat kursinya. Piring itu sendiri kini tersimpan dan dijaga di Keraton Kasepuhan Cirebon dan menjadi bukti barang jejak peninggalan Cheng Ho di Muara Jati alias Cirebon. Namun memang Piring ini tidak bisa dilihat secara bebas karena disimpan oleh pihak keraton.


3. Klenteng Sam Po Kong – Semarang
Kamu traveler sejati ataupun tidak pasti sudah mengenal Klenteng Sam Po Kong di Semarang. Klenteng ini memang sudah sangat dikenal luas dan menjadi salah satu destinasi wisata andalan bagi Kota Semarang. Klenteng ini memiliki keterikatan kuat dengan kedatangan Cheng Ho di Semarang dimana disanalah dipercaya tempat Cheng Ho dan pasukannya singgah pertama kali serta menjadi markas mereka di tahun 1400an.


Klenteng Sam Po Kong Semarang via http://duniabackpacker.net

Bangunan inti dari Klenteng Sam Po Kong ialah di bagian tengahnya yang dikenal dengan nama gedung Batu dimana bentuknya merupakan gua batu besar yang berlokasi di sebuah bukit batu. Namun lokasi gua batu aslinya sempat mengalami longsor hingga baru tahun 1700an dibangun kembali menjadi klenteng seperti sekarang sebagai penghormatan kepada Cheng Ho. Di bagian goa batu ini juga sekarang dibuat patung Cheng Ho berlapis emas dan menjadi ruang sembahyang. Selain itu, dinding-dinding bangunan kelenteng dihiasi dengan relief yang menceritakan perjalanan Cheng Ho dari Tiongkok hingga sampai di Tanah Jawa.

Meskipun memang Cheng Ho sebagai seorang muslim, tetapi kebudayaan Tiongkok yang identik dengan klenteng menjadi alasan kuat dijadikannya lokasi ini sebagai klenteng untuk petilasan Laksamana Cheng Ho. Namun tetap saja wisatawan yang datang baik dalam negeri maupun dari Tiongkok kebanyakan mereka yang beragama Muslim karena nama besar Laksamana Ceng Ho sangat dikenal sebagai pelayar muslim.


4. Masjid Muhammad Cheng Ho – Surabaya
Surabaya dan Cheng Ho memiliki kedekatan yang erat. Hal ini karena sejak dahulu Surabaya terkenal dengan lokasi persinggahan kapal-kapal besar alias sebagai pelabuhan besar. Cheng Ho sendiri dikabarkan pernah singgah, menetap, dan memberikan keilmuan pertanian di Surabaya dan sekitarnya termasuk Tuban dan Gresik.

Khusus di Surabaya, Cheng Ho bahkan sempat menjadi khotib atau membaca khutbah Jumat di sebuah masjid. Namun belum ada info valid yang memastikan dimana khutbah itu berlangsung.


Masjid Cheng Ho Surabaya via simas.kemenag.go.id

Sedangkan Masjid Cheng Ho di Surabaya sendiri menjadi bentuk petilasan bagi kedatangan Cheng Ho di Surabaya. Dibangun sejak 2002, Masjid yang berukuran kecil ini tampak sangat menarik karena arsitektur bangunannya sangat identik dengan unsur Tiongkok. Warna merah dan genteng hijau nampak sangat mencolok selain juga atap pagoda bertingkat yang mirip dengan kelenteng. Hal inilah yang membuat Masjid Cheng Ho menarik perhatian dan magnet bagi wisatawan.

Selain di Surabaya, Masjid Cheng Ho di kawasan Jawa Timur juga ada di Pasuruan dan Jember. Kesemuanya dibangun sebagai petilasan akan mengenang pernah hadir dan merasakan pengaruh Cheng Ho disana.


5. Masjid Muhammad Cheng Ho – Palembang

Dalam sejarahnya selama 7 kali mengunjungi Nusantara, Laksamana Cheng Ho sebanyak 4 kali mampir ke Palembang dimana pertama kali di tahun pelayaran 1405-1407 yang juga menjadi tahun pertama berlayar ke Nusantara. Sebagai daerah yang terkenal dengan kejayaan maritim Sriwijaya, Palembang berperan besar dalam sistem perdagangan dan pelayaran kawasan asia tenggara. Hal inilah yang mungkin membuat penting bagi Cheng Ho dan pasukan untuk turut memperkenalkan diri. Bahkan kabarnya Cheng Ho dan pasukannya juga berjasa dalam menumpas perampok Hokkian yang sempat mengganggu ketentraman di Sriwijaya.


Masjid Cheng Ho Palembang via simas.kemenag.go.id

Untuk mengenang kebaikan dan jasa Cheng Ho tersebut maka pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia di Sumsel juga berinisiasi membuat Masjid Cheng Ho sebagai salah satu petilasan. Diresmikan tahun 2006, Masjid Muhammad Cheng Ho ini berada di daerah Jakabaring, tidak begitu jauh dari Stadion Sriwijaya.

Arsitektur Masjid Cheng Ho merupakan perpaduan unsur Tiongkok dan Melayu. Warna merah dan hijau nampak mendominasi sebagai ciri warna Tiongkok serta bentukan atap dan menara menyerupai pagoda. Namun bentukan kubah tetap diadakan untuk mencirikan bangunan Masjid yang umum dijumpai di kawasan Melayu.

Selain Masjid Cheng Ho, petilasan lainnya yang ada di Palembang ialah miniatur kapal Cheng Ho yang berada di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Meskipun hanya sebagai miniatur kecil, pembuatannya yang baru saja selesai beberapa bulan lalu ini menjadi bentuk pengingat akan jasa Cheng Ho di Bumi Sriwijaya.

SUMBER
0
18.9K
90
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan