Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jepang.meAvatar border
TS
jepang.me
Kenapa ritual harakiri ditinggalkan orang Jepang
Kali ini Jepang.me mau membahas kenapa budaya harakiri sudah ditinggalkan oleh orang Jepang. Pertama-tama, yuk kita liat apa sih harakiri itu.

Apa itu harakiri

Harakiri (arti harfiahnya, "hara": perut, "kiri": potong) adalah ritual bunuh diri yang dilakukan oleh samurai di Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau untuk menebus kesalahan. Di antara sekian banyak prosesi bunuh diri yang bisa dilakukan oleh seorang martir, prosesi harakiri ini sendiri unik dan hanya bisa kita temukan di Jepang.

Spoiler for Ilustrasi Harakiri (jangan kuatir ngebuka ngak ada gambar yang sadis /:p/):


Semakin sedikit orang yang melakukan harakiri

Selain ritual harakiri itu sendiri, fakta menarik tentang harakiri yang Jepang.me ingin bahas adalah fakta semakin sedikitnya orang Jepang yang melakukan harakiri. Trend ini mulai muncul sejak Restorasi Meiji dimulai. Dan Jepang.me mau membahas faktor-faktor apa saja yang membuat harakiri ditinggalkan oleh orang Jepang.

Hilangnya kelas samurai

Faktor utama yang menyebabkan budaya harakiri ditinggalkan adalah hilangnya kelas samurai dari struktur masyarakat Jepang. Restorasi Meiji yang ditandai dengan pergeseran kekuasaan dari daimyo (feudal lord) ke kaisar, menyebabkan banyak kelas samurai yang kehilangan pekerjaannya. Dengan kata lain, banyak samurai yang menjadi ronin, samurai tanpa tuan. Harakiri itu sendiri adalah cara mati yang dihormati di kalangan samurai dan dengan semakin sedikitnya jumlah samurai, semakin sedikit pula jumlah orang yang melakukan harakiri.

Susahnya mendapat katana yang tajam

Selain Restorasi Meiji, hilangnya kelas samurai juga dipercepat oleh munculnya larangan membawa katana (pedang) di tempat umum. Larangan ini membuat para pengrajin katana mengurangi produksi katana dan beralih ke produksi perkakas dapur seperti pisau. Ini membuat produksi katana yang tajam menurun. Kalau agan-agan pernah menonton film atau membaca novel Jepang yang berhubungan dengan harakiri, teman-teman pasti tahu kalau katana yang tajam adalah komponen yang tak bisa dilepaskan dari ritual harakiri. Tanpa katana yang tajam, proses harakiri bisa sangat lama dan menyiksa.

Insiden Nogi Maresuke (1912)

Nogi Maresuke adalah jenderal dari kelas samurai yang membantu tentara kekaisaran Jepang membendung pemberontakan Satsuma di awal zaman Meiji. Sayangnya di tengah pertempuran, Nogi tidak bisa mempertahankan panji kekaisaran. Insiden tersebut membuat Nogi hendak melakukan harakiri di tempat. Beruntung dia dicegah oleh seorang prajurit yang merebut katananya. Sejak kejadian itu, Nogi berubah menjadi pribadi dengan kecenderungan bunuh diri yang akut. Di tahun 1912, meninggalnya kaisar Meiji, figur yang selama ini menjadi simbol dari perjuangan hidupnya, membuat Nogi semakin jatuh ke lubang depresi. Dia mengakhiri hidupnya dengan harakiri dan meninggalkan surat yang menjelaskan kenapa dia melakukan harakiri. Sayangnya, tindakan jenderal Nogi ini dikecam keras oleh masyarakat Jepang saat itu yang sudah mulai menikmati kehidupan yang lebih modern berkat era Meiji.

Kalah di Perang Dunia ke-2

Kekalahan Jepang di Perang Dunia ke-2 juga memberi efek tidak langsung pada hilangnya budaya harakiri. Sebenarnya pada masa PD2, banyak tentara Jepang yang melakukan ritual harakiri. Terutama setelah Jepang banyak menderita kekalahan dari sekutu. Namun, kekalahan Jepang mengubah segalanya. Pemerintah sementara yang berada di bawah kendali Amerika mengganti konstitusi Meiji dengan konstitusi baru yang masih berlaku sampai sekarang. Pengaruh kaisar sebagai "panglima" perang yang mengecil, menurunkan niat banyak tentara untuk menjadi martir dengan harakiri. Banyak dari prajurit yang berpikir kalau Jepang sudah "habis" setelah kekalahan PD2, berpikir lebih realistis dan mengurungkan niatnya untuk menjadi martir setelah melihat kehidupan di Jepang tetap berlangsung seperti biasa walaupun kaisar kehilangan kekuasaan absolutnya.

Insiden Yukio Mishima (1970)

Di tahun 1970, penulis terkenal Yukio Mishima melakukan demo kepada kementrian pertahanan Jepang, memohon dikembalikannya kekuasaan pemerintahan dan negara sepenuhnya ke kendali kaisar. Di tengah demo, dia melakukan harakiri. Kejadian ini mendapat kecaman banyak pihak. Masyarakat Jepang pun bersuara bulat terhadap insiden ini: Bahwa harakiri bukanlah ritual yang dapat diterima lagi di Jepang.

Itu tadi faktor-faktor yang menyebabkan kenapa budaya harakiri, semoga bisa menambah pengetahuan agan-agan tentang Jepang emoticon-Smilie

Sumber
theresiaeguchi
theresiaeguchi memberi reputasi
1
46K
217
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan