- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Presiden Jokowi Sang Kreator Pembangunan bukan Diktator
TS
sitorusborus
Presiden Jokowi Sang Kreator Pembangunan bukan Diktator
Quote:
Ribut-ribut soal bagaimana ramainya sentilan yg ditujukan kepada Pak Jokowi sebagai diktator, sampai beliau membuat statement bahwa wajahnya yg ndeso itu apa pantas jadi diktator, entah dari mana kesimpulan itu muncul tapi reaksi dari Pak Jokowi menunjukkan bahwa tuduhan atau sentilan itu harus dilawan karena dasarnya ngawur dan sangat dipaksakan. Tuduhan yg tidak mendasar itu memang dihembuskan oleh sumber yg nyaris sama yaitu kelompok pembenci Pak Jokowi sekaligus penafsu paling tinggi yg orgasmenya belum juga sampai ejakulasi karena kursi presiden begitu terus memompa adrenalinnya untuk berkuasa, sehingga dengan tidak sadar mereka kadang kelihatan seperti kera sedang berkelakar loncat2 ditempat yg sama dia bilang sudah kemana-mana, menimbulkan ketidak sadaran total terjebak dalam prilaku murahan bahkan berkomentar bisa tidak sadar, mengatai Jokowi presiden yg tidak tegas dan lambat, plonga-plongo, tapi sekaligus mengatakan mereka mengawasi jangan ada abuse of power, karena bisa mengarah kepada diktator.
Kepanikan massal gerombolan penafsu kekuasaan dan gila jabatan ini harus dilawan, jangan kita kasi ruang bahkan nafas bau yg keluar dari mulut mereka tidak layak untuk udara Indonesia yg penuh makna dan harapan kedepan karena Indonesia pernah mereka hempaskan. Gelap mata dan nafsu setan yg mereka ternakkan dibawah alam sadar mereka begitu menggila sampai membedakan antar *diktator* dan *kreator* mereka tidak bisa padahal jelas nyata mana tukang kayu yg cuma memaku dan pedagang kayu yg menjual. Pak Jokowi jelas adalah seorang creator dengan output yg luar biasa dari orang yg sebelumnya, walau tidak bisa di tampik ada juga kontribusinya namun tidak kuat maknanya, atau lebih jelas lebih besar mudhorotnya.
Kreasi dan gagasan sekaligus tindakan Pak Jokowi begitu menginspirasi kita dan Indonesia sekaligus dunia pd umumnya. Perhatiannya pada Papua yg tidak tersentuh sebelumnya sampai kita lupa bahwa Papua masih Indonesia, bahkan dulu zaman Soeharto Indonesia seolah cuma ditanah Jawa. Bagaimana mungkin seorang yg berupaya adil mau dikerdilkan posisinya dengan menyebutnya seorang diktator yg keluar dari mulut kotor dan pikiran bocor hanya karena niatnya membuat UUD Pemilu dan memelihara kaum radikal kandas dilantai bursa perebutan keputusan di ruang sakral yg selalu mereka pakai bak ruang tidur, di Senayan. Ruang megah yg belakangan ini dijajah oleh manusia bermental korup dan kesurupan setan kekuasaan demi kelanggengan jabatan yg merisaukan rakyat kebanyakan.
Seperti kata Pak Jokowi bahwa diktator bagaimana yg bisa hidup pada zaman dimana seluruh mata dunia melalui medsos dan alat komunikasi begitu masif, seorang yg semena-mena akan dikontrol oleh sistim sosial yg dibangun oleh masyarakat yg semakin sensitif dan luar biasa cepatnya. Sehingga pemikiran kediktatoran itu justru masih tersisa pada pikiran orang yg pernah melakukannya di zaman mereka bisa semena-mena karena tidak bisa dilihat, dan sulit didengar oleh siapa-siapa. Satu hal yg terus harus kita lakukan untuk menjaga Indonesi adalah tetap terjaga untuk bisa menyaring suara dari mulut kotor dan pikiran manusia bocor yg justru dialah yg berpotensi jadi diktator karena dia tidak mampu jadi creator. Indonesia penuh harapan untuk menjadi bermakna, bukan untuk sekedar ada.
Kepanikan massal gerombolan penafsu kekuasaan dan gila jabatan ini harus dilawan, jangan kita kasi ruang bahkan nafas bau yg keluar dari mulut mereka tidak layak untuk udara Indonesia yg penuh makna dan harapan kedepan karena Indonesia pernah mereka hempaskan. Gelap mata dan nafsu setan yg mereka ternakkan dibawah alam sadar mereka begitu menggila sampai membedakan antar *diktator* dan *kreator* mereka tidak bisa padahal jelas nyata mana tukang kayu yg cuma memaku dan pedagang kayu yg menjual. Pak Jokowi jelas adalah seorang creator dengan output yg luar biasa dari orang yg sebelumnya, walau tidak bisa di tampik ada juga kontribusinya namun tidak kuat maknanya, atau lebih jelas lebih besar mudhorotnya.
Kreasi dan gagasan sekaligus tindakan Pak Jokowi begitu menginspirasi kita dan Indonesia sekaligus dunia pd umumnya. Perhatiannya pada Papua yg tidak tersentuh sebelumnya sampai kita lupa bahwa Papua masih Indonesia, bahkan dulu zaman Soeharto Indonesia seolah cuma ditanah Jawa. Bagaimana mungkin seorang yg berupaya adil mau dikerdilkan posisinya dengan menyebutnya seorang diktator yg keluar dari mulut kotor dan pikiran bocor hanya karena niatnya membuat UUD Pemilu dan memelihara kaum radikal kandas dilantai bursa perebutan keputusan di ruang sakral yg selalu mereka pakai bak ruang tidur, di Senayan. Ruang megah yg belakangan ini dijajah oleh manusia bermental korup dan kesurupan setan kekuasaan demi kelanggengan jabatan yg merisaukan rakyat kebanyakan.
Seperti kata Pak Jokowi bahwa diktator bagaimana yg bisa hidup pada zaman dimana seluruh mata dunia melalui medsos dan alat komunikasi begitu masif, seorang yg semena-mena akan dikontrol oleh sistim sosial yg dibangun oleh masyarakat yg semakin sensitif dan luar biasa cepatnya. Sehingga pemikiran kediktatoran itu justru masih tersisa pada pikiran orang yg pernah melakukannya di zaman mereka bisa semena-mena karena tidak bisa dilihat, dan sulit didengar oleh siapa-siapa. Satu hal yg terus harus kita lakukan untuk menjaga Indonesi adalah tetap terjaga untuk bisa menyaring suara dari mulut kotor dan pikiran manusia bocor yg justru dialah yg berpotensi jadi diktator karena dia tidak mampu jadi creator. Indonesia penuh harapan untuk menjadi bermakna, bukan untuk sekedar ada.
SETUBUH BRAY
Spoiler for :
0
4.1K
Kutip
73
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan