thedessertfoxAvatar border
TS
thedessertfox
Kepemilikan Asing atas Astra dan Perusahaan Besar lainnya di Indonesia

Sering kali kita beranggapan bahwa Astra dan Perusahaan Besar lainnya adalah milik orang Indonesia.
Namun faktanya, kepemilikan konglomerat Indonesia atas perusahaan-perusahaan tersebut telah lepas sejak krisis moneter 1997 lalu.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk menyudutkan suatu Grup perusahaan tertentu atau untuk mendeskriditkannya.
Tulisan ini hanya untuk sekedar menambah wawasan bagi kita semua. Bahwa tidak semua perusahaan yang kita anggap sebagai perusahaan anak bangsa adalah benar di miliki oleh anak bangsa. Salah satunya Grup Astra.

Tentunya siapa yang tak mengenal Grup Astra yang didirikan oleh Alm. William Soeryadjaya, Grup yang menguasai dari Sektor Otomotif, Alat Berat, Perkebunan, Properti, Perbankan, Lembaga Pembiayaan, Infrastruktur, Asuransi dan lain-lain.
Namun siapa sangka grup sebesar Astra harus tumbang juga tak berdaya melawan krisis Moneter 1997 lalu.
Saat itu Astra sepenuhnya telah di jual oleh keluarga Soeryadjaya ke BPPN sebagai akibat bisnis Bank Summa milik Anak Alm. William Soeryadjaya mengalami krisis keuangan akibat kredit macet dll sehingga harus mendapat dana talangan.

Selanjutnya kita ketahui bahwa BPPN kemudian menawarkan Perusahaan-Perusahaan tsb kepada berbagai pihak hingga kasusnya bermasalah sampai sekarang.

Lebih jelasnya bagaimana penguasaan perusahaan asing atas Grup Astra dapat di simak dalam artikel majalah Trust yg terbit tahun 2009 sebagai berikut.
*Saat ini majalah Trust sudah berganti nama menjadi Sindo.
Sebagai konfirmasi atas kebenaran berita tersebut dapat di cek pada aplikasi RTI untuk melihat status kepemilikan pemegang saham pengendali Astra Internasional.

Berikut artikel tsb.

Tahukah anda bahwa beberapa perusahaan besar di Indonesia adalah milik Singapura? Sebut saja:

Astra Internasional (Sepengetahuan TS di miliki oleh Jardine Matheson Group)
Indosat (Sudah di jual ke Oreedo Asia Pte. Ltd. oleh Temasek)
Telkomsel (35 % saham Telkomsel)
Bank Internasional Indonesia (BII) (sudah di jual ke Maybank dengan keuntungan Berlipat setelah membeli dari BPPN dengan harga murah)
Bank Danamon
Bank Permata
Dsb

Mungkin ada tidak percaya tapi begitulah kondisinya. Sebagai seorang anak bangsa, saya merasa semakin prihatin…


Pekatnya Bau Temasek di Astra


Tulisan berikut adalah laporan wartawan majalah TRUST: Hardy R. Hermawan, Julianto, dan Windarto

DI INDONESIA, Temasek selalu mendapatkan yang terbaik. Gergasi Singapura itu sukses mengantongi bank terbaik dalam aspek teknologi dan kartu kredit, Bank Internasional Indonesia (BII). Ada juga Bank Danamon yang andal dalam pembiayaan consumer dan ritel. Di sektor telekomunikasi, Temasek punya Telkomsel dan Indosat yang jika pangsa selulernya digabung mencapai lebih dari 60%. Di bisnis agro, Temasek menggandeng Eka Tjipta Widjaja, pemilik Grup Sinarmas, membentuk usaha perkebunan sawit.

Sebulan lalu, Temasek berhasil mendatangkan lima pemimpin redaksi media massa terkemuka di Indonesia untuk bertemu Ho Ching, Ibu Negara Singapura cum CEO Temasek. Kini, Temasek memantapkan lagi posisinya di bisnis agro, otomotif, alat berat, infrastruktur, teknologi informasi, dan keuangan di negeri ini. Hebatnya lagi, ekspansi keenam sektor usaha yang sebenarnya amat luar biasa ini berjalan begitu senyap. Nyaris tak terdengar.

Padahal, ekspansi ini menyangkut penguasaan 55% pangsa pasar mobil dan 52% pangsa motor di Indonesia, 42% pangsa pasar alat berat, 31 perusahaan perkebunan dengan total luas lahan 210 ribu hektare, serta jaringan perbankan, asuransi, dan bisnis pembiayaan yang tersebar ke seluruh negeri.

Lantas, bagaimana Temasek bisa berekspansi begitu massif tanpa bisa terdengar? Mudah saja, perusahaan itu tinggal menguasai satu perusahaan di Indonesia yang bisnisnya meliputi enam sektor itu tadi. Dan, gampang ditebak, hanya satu perusahaan di Indonesia yang memiliki sosok seperti itu: PT Astra International.

Astra adalah perusahaan terkemuka di Indonesia. Majalah Business Week menempatkannya di urutan 94 perusahaan terbaik Asia 2006 (nomor dua di Indonesia setelah Telkom). Bisnis utama Astra bergerak di sektor otomotif, dengan memegang penjualan mobil merek Toyota dan motor Honda, dua merek otomotif paling ngetop di sini. Di sektor agro, Astra berkibar lewat PT Astra Agro Lestari dan anak-anak usahanya. Astra juga menguasai 44,5% saham Bank Permata. Belum lagi sahamnya di perusahaan asuransi (Astra CMG Life, Asuransi Astra Buana) dan leasing (Federal International Finance dan Astra Credit Company).

Temasek sendiri memang merupakan penguasa Astra. Betul, aroma Temasek di Astra memang tak begitu tercium. Maklum, masuknya gergasi itu ke Astra dilakukan secara bertahap. Rumit.

Kita tahu, sebanyak 50,11% saham PT Astra International dikuasai oleh Jardine Cycle & Carriage (JCC), sebuah perusahaan dealer mobil asal Singapura. Selama ini, JCC dikenal sebagai anak usaha Jardine Holdings Limited yang punya hubungan dengan Jardine Matheson Hong Kong.

Namun, laporan keuangan JCC tahun 2006, yang terbit Maret silam, ternyata memperlihatkan bahwa pemegang saham terbesar di JCC adalah Jardine Strategic dengan 63,60%. Namun, Jardine Strategic ini seluruhnya dimodali DBS Trustee, unit usaha DBS Bank yang bermain di bisnis trust fund. Di Indonesia, Jardine Strategic juga memiliki nyaris seluruh saham Hotel Mandarin Oriental.

Seluruh saham DBS Trustee dikuasai DBS Bank. Unit usaha DBS Bank lainnya, DBSN Services, juga punya saham di JCC sebanyak 4,39%. Sebanyak lebih dari 67% saham DBS Bank sendiri dikuasai oleh Temasek Group, baik secara langsung maupun melalui unit usahanya yang lain seperti Maju Holdings, DBS Nominees, atau Rafless Nominees.

Purbaya Yudi Sadewa, Kepala Tim Riset Danareksa, menuturkan, melihat komposisi pemegang saham JCC, maka jelas terlihat betapa Temasek sudah merangsek ke Astra. Yudi mengakui, jarang pelaku pasar yang ngeh dengan gejala itu. Tapi, kalau Temasek confirmed menguasai Astra, maka nilai saham Astra bisa terangkat lagi. Di mata pelaku pasar, Temasek adalah nama besar yang punya satu makna: “bawa untung”. Makanya, kehadiran imperium bisnis itu di sebuah perusahaan selalu dinilai sebagai sentimen positif.

TADINYA, JCC MAU DIBELI ANAK ASTRA

Tapi, itu cuma anggapan pelaku pasar finansial. Di mata ekonom seperti Iman Sugema, ekspansi Temasek seperti itu jelas mencemaskan. Iman menilai, merajalelanya Temasek di negeri ini mencerminkan lemahnya ketahanan ekonomi nasional. “Dan kita selalu terlambat menyadari adanya kesalahan itu,” ujar Iman.

Yanuar Rizki, seorang analis pasar modal, sependapat dengan Iman. Yanuar bilang, masuknya Temasek ke Astra menjadikan BUMN Singapura itu mutlak menguasai Bank Permata. Dan itu semakin menegaskan ambisi Singapura untuk menjadi financial hub di kawasan Asia. Apalagi, Temasek sudah memiliki jaringan teknologi informasi di Indosat dan Astra (lewat PT Astratel Nusantara, Intertel Nusaperdana, dan Astra Graphia).

Astra dan Standard Chartered Bank (Stanchart) masing-masing berbagi 44,5% saham Bank Permata. Sebanyak 12% saham Stanchart juga dikuasai Temasek. Penguasaan Temasek di Stanchart, yang hanya 12% itu, sudah cukup menjadikan Temasek sebagai pemegang saham mayoritas di Stanchart. Kabarnya, Temasek juga akan menambah porsinya di Stanchart hingga 51%.

Sayang, tak ada pejabat Astra yang bisa menjelaskan masuknya Temasek ke perusahaan tersebut. Surat yang dikirim ke manajemen Temasek juga belum terbalas. Seorang manajer penting di Astra mengatakan, sangat sensitif membicarakan penguasaan Temasek di Astra, mengingat citra Temasek yang agak kontroversial. Tapi, ia juga membisikkan, Temasek masuk ke Astra bukan baru sekarang. “Sejak dulu, sejak Astra dilego BPPN,” katanya.

Di saat krisis, Astra sempat oleng lantaran aset para konglomerat pemilik Astra saat itu termasuk yang di Astra dijadikan jaminan utang mereka di sejumlah bank yang dirawat Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BBPN). Astra pun masuk BPPN.

Maret 2003, sekitar 39,5% saham Astra dijual BPPN ke konsorsium Cycle & Carriage Mauritius. Tahun 2004, C&C Mauritius menambah kepemilikannya di Astra hingga 41,76%. Pada akhir 2004, C&C Mauritius dibeli oleh Jardine Cycle & Carriage (JCC). Lalu, saham JCC di Astra meningkat hingga 50,11%.

Orang dalam Astra tadi bilang, C&C bukan apa-apa. Perusahaan itu hanyalah dealer mobil di Singapura dan Malaysia. Pada 1992, Jardine Strategic Holdings membeli 16% saham C&C. Saham Jardine di C&C lalu bertambah hingga 84% dan nama C&C berubah menjadi JCC. Sebesar apakah JCC kala itu? Kabar ini mungkin bisa memberikan gambaran: pada tahun 1996, JCC sempat akan dibeli oleh PT Astra Otoparts, anak usaha Astra di bidang industri dan perdagangan suku cadang kendaraan, untuk perluasan usaha Astra di negeri jiran. JCC ketika itu jelas bukan bandingan Astra.

Jadi, ketika JCC kemudian mampu menelan Astra, banyak orang Astra sendiri yang bertanya-tanya. “Kok bisa?”.

Ternyata memang bisa. Syahdan, JCC sudah dicukongi Temasek sejak lama. Pembelian Astra oleh C&C Mauritius pun kabarnya dimodali DBS. Pada tahun 2003, saham DBS Trustee di JCC sudah 50,21% dan DBS Nominee 9,09%.

Kini, Astra menjadi mesin uang JCC. Pada tahun 2006 silam, pendapatan JCC mencapai US$ 7,816 miliar (sekitar Rp 65 triliun). Astra sendiri mencatatkan pendapatan Rp 55 triliun. Jadi, 85% pendapatan JCC disumbangkan Astra. Pendapatan JCC lainnya juga datang dari Indonesia, lewat PT Tunas Ridean, sebesar lebih dari Rp 3 triliun. Tunas Ridean adalah dealer motor dan mobil yang 38% sahamnya dikuasai juga oleh JCC.
Ah, makin rumit dan massif, memang, jejaring bisnis Temasek di negeri ini.

Majalah TRUST online:
*Link sudah tidak aktif

Namun berita tersebut sempat di bantah oleh direktur Astra ketika itu di situs antaranews.
Memang jika kita telusuri lebih jauh lagi, maka akan semakin rumit kepemilikan Astra ini oleh asing.
Jika kita mencari lebih jauh tentang JCC maka akan dapat di tarik garis bahwa JCC adalah bagian dari Grup Jardine Matheson yang pendirinya adalah salah satu pelopor perang opium di Cina dahulu kala. Keswick Family.

Namun apapun itu, tetap saja perusahaan tersebut status nya tetaplah perusahaan yang di miliki asing.
Memang kita tidak boleh anti asing karena perusahaan asing juga merupakan partner strategis bagi perusahaan lokal tetapi akan lebih indah rasanya jika perusahaan anak bangsa bisa tetap bertahan dari tertapaan ekonomi agar tidak jatuh ke tangan asing. Lagi.

anasabila
4iinch
4iinch dan anasabila memberi reputasi
2
12.1K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan