Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mupengxAvatar border
TS
mupengx
Puluhan Pengepul Beras di Sragen Serentak Tiarap, Ternyata Ini Alasannya
SRAGEN – Puluhan pengusaha pengepul beras di wilayah Sragen kompak memilih tiarap untuk membeli maupun melakukan pengiriman beras ke luar daerah.

Adanya kebijakan penetapan harga eceran tertinggi (HET) baru pembelian beras dan gabah oleh pemerintah dinilai menyusahkan pedagang karena terlalu sulit untuk diterapkan dengan kondisi di lapangan.

Kehadiran aparat dan Tim Satgas Mafia Pangan yang tiap hari menguber para pengepul beras itu juga dinilai menjadi faktor yang membuat pengepul makin ketakutan dan akhirnya pilih menghentikan sementara operasional.

Berdasarkan penelusuran Joglosemar, aksi tiarap atau mogok operasional itu dilakukan oleh pengepul beras di hampir semua wilayah di Sragen.

Salah satu pengusaha pengepul beras asal Purwosuman, Sidoharjo, Sukini Tembor menuturkan sudah sepekan terakhir, dirinya memilih tidak mengirim beras dan terpaksa menghentikan operasional.

Selain trauma dampak penggerebekan kasus beras oplosan merek Maknyuss di Bekasi, penghentian operasional juga dilakukan karena para pengusaha besar yang selama ini menerima pasokannya juga mendadak menutup operasi.

Adanya perubahan harga pembelian dan eceran beras maupun gabah yang ditetapkan pemerintah juga menyulitkan pedagang atau pengepul untuk mendapat barang dari petani.

“Gimana mau operasi, wong mau jual nggak ada pengusaha besar yang mau nerima. Mereka pada tutup sudah seminggu ini. Di sekitar sini hampir semua pengusaha beras juga pada tutup. Sejak ada penggerebekan itu. Kalau tukune barang entuk, tapi didol ra enek sing gelem tuku. Daripada rugi ya lebih baik tiarap dulu,” paparnya ditemui Selasa (25/7/2017).

Menurut Sukini karena tidak bisa menjual ke pengusaha besar, akhirnya pengepul skala kecil dan sedang seperti dirinya, akhirnya juga terpaksa menghentikan operasional usaha.

Adanya penetapan HET beras yang sebesar Rp 7.400/kg juga dinilai terlalu tinggi padahal saat ini harga beli di pasaran hanya Rp 7.200- Rp 7.300.

Berdasarkan Permendag No 47/2017, HET beras memang ditetapkan sebesar Rp 9.000 per kilogram. Sementara harga acuan pembelian petani sebesar Rp 7.400/kg.

Lantas harga acuan gabah kering panen pembelian di petani sebesar Rp 3.700 per kg dan harga acuan pembelian gabah kering giling di petani Rp 4.600 per kg.

Aksi mogok operasional juga dilakukan pengepul beras di wilayah Karangmalang. Salah satu pengepul, Indarjo menuturkan sudah beberapa hari terakhir, pengepul di wilayahnya juga memilih berhenti beroperasional untuk sementara waktu.

Hal itu terjadi karena penetapan HET pembelian dari petani dinilai terlalu tinggi dibanding harga di pasaran.

“Serba nggak cucuk. Lha belinya tinggi sementara nggak bisa melempar (menjual) karena pedagang-pedagang besar pada nggak mau beli lagi. Banyak pengepul di sini yang sudah tutup. Kalau di Sragen mungkin ada puluhan yang tutup dulu. Semua hampir sama keluhannya,” jelasnya.

Senada, salah satu pengusaha beras di Sambungmacan, Yanti menyampaikan tidak hanya di wilayah Sambungmacan, aksi tutup usaha juga terjadi di Pilangsari.

Selain persoalan HET baru yang dinilai tidak terjangkau oleh pedagang, kedatangan aparat dari kepolisian maupun Tim Satgas Mafia Pangan yang tiap hari menyambangi dan mengecek, juga menimbulkan ketakutan tersendiri bagi pengusaha.

“Harga pembelian yang ditetapkan pemerintah itu nggak nyandak. Banyak yang sudah bacut panjer (uang muka) diloske (diikhlaskan). Lha gimana wong harganya nggak nuntut, terus lemparnya juga susah karena pedagang besar kabeh dha tutup. Ini sementara juga nggak nyetok dulu. Ada sedikit-sedikit juga langsung saya lempar,” tukasnya.

Bersamaan dengan itu, kemarin bupati dan Dinas Ketahanan Pangan langsung merespons dengan mengumpulkan 15 pengusaha beras skala besar di Pendapa Rumdin Bupati.

Pengumpulan yang dikemas dalam rakor ketahanan pangan itu juga mengundang Polres, Kodim, Kejari, Ketua DPRD dan beberapa pihak terkait.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sragen, Muh Djazairi tidak menampik jika ada sebagian pengepul dan pengusaha beras yang saat ini memilih menghentikan usahanya.

Menurutnya selain dampak psikologis pasca penggerebekan gudang beras Maknyuss di Bekasi, sebagian juga mengaku sempat keberatan dengan kehadiran tim aparat dan Satgas mafia Pangan yang hampir tiap hari mendatangi pengusaha beras.

“Tadi memang sempat muncul keluhan itu. Makanya kita kumpulkan dan

kita berikan pemahaman. Kalau soal pada tiarap sementara, memang seperti itu. Mereka memang sebagian besar tidak pada ngirim beras ke Pasar Induk Cipinang, padahal selama ini suplier terbesar beras di Pasar Induk Cipinang itu dari Sragen,” tuturnya.

========
https://joglosemar.co/2017/07/puluhan-pengepul-beras-di-sragen-serentak-tiarap-ternyata-ini-alasannya.html



Hore.. Saatnya impor beras biar bisa sesuai HET
0
7.8K
80
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan