Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tereariyaniAvatar border
TS
tereariyani
Indonesia Berseru: Kita Dijajah Mulai dari Lidah
Indonesia Berseru: Kita Dijajah Mulai dari Lidah

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga yang bergiat dalam isu-isu pangan serta desa, Indonesia Berseru, mengungkapkan Indonesia mengalami penjajahan gaya baru. "Kita dijajah mulai dari lidah kita," kata Tejo Wahyu Jatmiko, pakar isu pangan dari Indonesia Berseru di Jakarta, Jumat 21 Juni 2017.

Tejo mengatakan, sumber karbohidrat kedua masyarakat Indonesia sekarang adalah roti dan mie. Yang pertama beras. Bahan baku roti dan mie adalah terigu. "Banyak yang tidak tahu bahwa terigu itu 100 persen impor," ujarnya.

Baca juga: INDEF Sebut Stabilisasi Harga Pangan 2017 Hanya Semu

Menurut Tejo, soal sumber karbohidrat adalah salah satu paradoks di bidang pangan karena Indonesia memiliki sumber pangan beragam, termasuk sumber karbohidrat. Masalahnya, upaya untuk menggali dan memanfaatkan sumber-sumber pangan asli sedikit dilakukan. Pada saat yang sama, pangan impor dibiarkan masuk.


Tejo juga mengungkapkan adanya potensi masalah pangan di masa depan. Penelitian lembaganya menemukan Generasi Milenial tenryata memiliki pemahaman yang rendah soal pangan. "Informasi pangan banyak tetapi mereka tahu sedikit," ujarnya.

Tejo berbicara soal isu-isu pangan aktual di depan wartawan peserta Pelatihan Jurnalisme Sains tentang Pangan yang digelar Masyarakat Jurnalis Sains Indonesia (Society of Indonesian Science Journalist--SISJ), di Jakarta, 21-22 Juli 2017. SISJ adalah wadah para jurnalis peminat ilmu pengetahuan yang berdiri dua tahun lalu di Bogor.

Pelatihan yang didukung Sasakawa Peace Foundation dan British Council ini diikuti 20 jurnalis dari seluruh Indonesia dan berlangsung selama 10 bulan. Pelatihan digelar secara online, dengan dua kali pertemuan tatap muka. Program ini merupakan tindak lanjut program serupa bertajuk SjCOOP Asia yang digelar World Federation of Science Journalists (WFSJ) untuk memajukan jurnalisme sains di kawasan Asia Tenggara.

Baca: Walhi: Penguasaan Sistem Pangan Sebabkan Ketimpangan Ekonomi

Mariko Hayashi dari Sasakawa Peace Foundation, mengatakan pelatihan ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pemahaman publik akan pangan karena diharapkan pelatihan ini akan membuat informasi berbasis riset tentang pangan dan topik-topik terkait pangan seperti penyakit bisa disebarkan dengan lebih baik.

"Jadi meskipun pelatihan jurnalisme sains ini tentang pangan, tapi diharapkan memberi dampak lebih luas," ujar Mariko, "Lewat pangan kita berharap pula bisa mendorong perhatian pada persoalan pembangunan, hak asasi manusia, dan kerjasama dunia."

Theresa Birks dari British Council menyatakan, jurnalisme sains belakangan juga menjadi makin penting untuk bidang pangan, seperti halnya untuk bidang lainnya. "Di tengah beragam hoax, klaim, dan informasi yang tidak benar, termasuk dalam soal pangan, jurnalisme sains diharapkan bisa memberi pencerahan," ungkapnya.

YOSEP


https://m.tempo.co/read/news/2017/07...lai-dari-lidah

Ternyata dijajah itu enak kita bisa menikmati roti makanan cepat saji otomotif mewah elektronik mewah dan lain lain

Kalau berdikari susah harus punya alat dari hulu sampai hilir

0
2.5K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan