Ilustrasi cerita rakyat dapat digunakan sebagai alat untuk memperkenalkan kebudayaan kepada anak
© Shutterstock

Budaya daerah merupakan kekayaan bangsa yang perlu diberi perhatian khusus, terlebih ketika berbicara tentang pelestarian dan memperkenalkannya kepada anak-anak. Memperkenalkan kebudayaan kepada generasi muda, khususnya anak-anak, dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui buku cerita rakyat.

Seperti yang diungkapkan oleh seniman dan dalang wayang kulit asal Tegal, Jawa Tengah, Ki Anton Surono, cerita rakyat merupakan gambaran identitas masyarakat yang mengisahkan sejarah satu budaya setempat.

Melalui cerita rakyat, masyarakat akan mengetahui banyak hal tentang akar budaya setiap daerah yang ditempati, seperti mengetahui sejarah atau sebab diberlakukannya sebuah hukum adat, latar belakang sebuah ritual tradisional, dan kearifan lokal yang berlaku di suatu wilayah.

Misalnya saja dari cerita rakyat asal Jawa Barat yang berjudul Sangkuriang yang mengisahkan cerita cinta terlarang antara seorang ibu, Putri Dayang Sumbi, dan anaknya, Sangkuriang. Kisah ini terjadi akibat ketidaktahuan Sangkuriang yang ingin mempersunting perempuan yang ternyata ibu kandungnya sendiri.

Dayang Sumbi yang pada akhirnya mengetahui bahwa lelaki yang jatuh cinta padanya adalah anak kandungnya sendiri pun memberikan syarat kepada Sangkuriang jika ingin cintanya diterima, yakni membendung sungai Citarum dan membuat sebuah sampan besar hanya dalam waktu satu malam, sebelum fajar tiba.

Setelah mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya hingga mengerahkan kawan-kawan dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut, namun Sangkuriang tetap gagal menyelesaikan misinya. Merasa kesal karena gagal, Sangkuriang pun menendang perahu yang tengah dibuatnya hingga terbalik. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Gunung Tangkuban Perahu yang masih menarik minat para pelancong hingga saat ini.

Selain dari cerita Sangkuriang, ada juga cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat yang masih digunakan oleh para orangtua untuk mengajarkan sopan santun dan rasa hormat terhadap orangtua kepada anak mereka.

Lebih dari sekadar rasa hormat terhadap orangtua, dari cerita Malin Kundang kita bisa tahu bahwa kebiasaan merantau ternyata sudah ada dalam darah orang Minang sejak dulu. Orang Minang terkenal sebagai orang yang suka merantau untuk sukses dan kebiasaan ini nyatanya diturunkan dari generasi ke generasi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya rumah makan Minang yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara, maupun luar negeri.

Cerita-cerita rakyat yang ringan seperti ini bisa Anda gunakan sebagai alat untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada anak-anak di rumah. Selain dapat mengambil pelajaran hidup dari cerita-cerita tersebut, menggunakan cerita rakyat sebagai bahan bacaan untuk anak juga bisa menjadi salah satu cara untuk membantu melestarikan kebudayaan Indonesia.

Anda dapat turun tangan lebih jauh untuk melestarikan kebudayaan Indonesia dengan membantu mendistribusikan buku-buku anak yang berisikan cerita tentang kebudayaan, sejarah, dan pengetahuan umum ke daerah-daerah yang memiliki keterbatasan akses melalui donasi buku.

Pilih program donasi yang benar-benar dapat dipercaya untuk menyalurkan donasi Anda ke orang-orang yang tepat, seperti gerakan #BukuUntukIndonesia. Gerakan #BukuUntukIndonesia membantu menyalurkan buku-buku anak, salah satunya adalah buku dongeng Nusantara, sejarah nasional dan dunia, serta buku pengetahuan umum ke 60 titik daerah di Indonesia, seperti Jeneponto, Gunung Kidul, hingga Manokwari.

Donasi yang Anda berikan melalui tautan ini akan sangat berarti bagi anak-anak di pelosok daerah yang mungkin sebelumnya belum pernah mendengar cerita tentang asal-usul Gunung Tangkuban Perahu atau dongeng Timun Mas. Bantu anak-anak Indonesia untuk mengenal cerita rakyat mereka lewat gerakan donasi #BukuUntukIndonesia.