BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Insiden London dan imam masjid yang melindungi pelaku

Orang-orang mengheningkan cipta di Finsbury Park, London utara, usai serangan teror pada Senin (19/6).
Kepolisian London Raya, atau Metropolitan Police (Met), pada April lalu di situs web resminya menyatakan bahwa London termasuk sebagai kota global teraman di dunia. Namun, menilik dua insiden besar yang terjadi tahun ini, agaknya mereka perlu bekerja lebih keras untuk menegakkan klaim tersebut.

Apalagi, pada Senin (19/6) dini hari waktu setempat, warga London harus menerima kenyataan bahwa terjadi penyerangan terhadap sejumlah orang di Finsbury Park yang terletak di sebelah utara kota.

Aksi dilakukan oleh seorang pria kulit putih dari Cardiff, Wales, bernama Darren Osborne, 47 tahun. Menurut para saksi, dia berteriak"ingin membunuh semua orang Islam" ketika membenturkan kendaraannya ke kerumunan pejalan kaki di Seven Sisters Road.

The Guardian mewartakan bahwa satu orang tewas dan 11 lainnya mengalami cedera dalam peristiwa tersebut. Semua korban tercatat sebagai muslim yang baru selesai melaksanakan tarawih, dan pihak berwenang menyatakan kejadian itu sebagai serangan teror terhadap komunitas Islam.

Anggota keluarga tersangka, Ellis Osborne, 26 tahun, mengatakan "sangat terkejut" sewaktu mendengar Darren dibekuk. "Kami berduka dengan apa yang dialami oleh para korban cedera," ujarnya dinukil Financial Times.

Dia pun menambahkan bahwa pamannya bukan laki-laki berpandangan rasis.

Darren diringkus setelah dikepung dan dijatuhkan oleh pejalan kaki lain usai beraksi. Di tengah kekacauan itu, Mohammed Mahmoud, seorang imam masjid, memutuskan untuk bergegas ke tengah kerumunan dan melerai massa.

Mahmoud dan sejumlah orang membentuk lingkaran pagar betis di sekitar pelaku seraya menanti kedatangan polisi. "Kami menjauhkannya dari massa hingga polisi tiba dan membekuknya," ujarnya. "Saya tak sendiri, ada kawan-kawan lain (yang membantu)".

Padahal, jika dia tidak mulai berteriak"Jangan ada yang menyentuhnya--jangan!", mungkin pelaku sudah dihakimi massa.

Sang imam mendatangi lokasi setelah seorang anggota jemaah masjid memberi tahu bahwa ada orang yang menabrakkan kendaraan ke rombongan pejalan kaki.

Setiba di tempat perkara, mereka melihat pelaku berada di jalan dan dipegangi oleh tiga orang. Selain itu, ada sekelompok orang lain mulai merubung. Beberapa di antaranya berupaya menendang dan memukul.

"Berkat keagungan Tuhan, kami berhasil mengelilingi dan melindunginya," ujarnya.

Dalam tulisan yang dimuat The Guardian, Wali Kota London, Sadiq Khan, menyatakan "belum mengetahui motivasi di balik serangan tersebut. Namun, terorisme adalah terorisme, apa pun target dan inspirasi para pelakunya".

"Masyarakat London telah melewati minggu-minggu yang sulit," ujarnya, "tapi saya tahu mereka akan terus kuat dan bersatu".

Masjid Finsbury Park berdiri pada 1994 dan turut mewadahi para Islamis garis keras seperti Zacarias Moussaoui--warga Prancis yang berkongsi menghabisi warga AS sebagai bagian dari serangan 11 September 2001--dan Richard C. Reid, yang berupaya meledakkan pesawat AS pada akhir 2001 dengan bom sepatu.

Pada 2015, eks imam masjid, Mostafa Kamel Mostafa, divonis penjara seumur hidup di Pengadilan Manhattan karena terbukti bersalah atas 11 tudingan terkait terorisme.

Dalam situs resminya, pihak pengurus masjid menyatakan bahwa "manajemen baru mencerminkan peran masjid semestinya--tempat beribadah, belajar agama, dan interaksi sosial. Masjid ini juga menyajikan pengajaran Islam sejati sebagai agama penuh toleransi, kerja sama, dan kedamaian".

Persis sebelum insiden Finsbury Park, London dikejutkan oleh serangan di Jembatan London dan Pasar Borough pada Sabtu (3/6).

Setidaknya tujuh orang meninggal dunia dan puluhan lainnya cedera--termasuk 21 orang dalam keadaan koma--setelah sebuah minibus berkecepatan tinggi menabrak sejumlah pejalan kaki sebelum para penumpangnya keluar, menghunus belati, dan menusuk orang secara acak di Pasar Borough.

Menurut keterangan seorang saksi mata, seperti diwartakan BBC, para terduga pelaku meneriakkan kalimat "(aksi) ini untuk Allah" seraya berlari dengan belati terhunus. Sang saksi menambahkan bahwa dia melihat seorang gadis ditikam hingga 10 atau 15 kali.

"Orang-orang harus bisa melanjutkan hidupnya dengan normal," ujar Perdana Menteri Inggris, Theresa May, tak lama setelah insiden. "Masyarakat harus terus menjalankan nilai-nilai yang kita yakini. Tapi, dalam perkara ekstremisme dan terorisme, harus ada yang berubah".



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...indungi-pelaku

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Ihwal pembatalan sekolah sehari penuh

- Tolak disebut tersangka, Hary Tanoe adukan Jaksa Agung ke polisi

- Mayoritas penduduk Jayapura jarang mudik

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
74.8K
327
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan