Setiap hari, orang-orang menghibur diri dengan apa yang mereka khayalkan di dalam kepala. Seseorang diam-diam menikmati ide-ide dan skenario-skenario yang tabu. Kita membayangkan tentang kegagalan saingan-saingan kita, kekayaan dan ketenaran yang tiba-tiba, mampu mengendalikan ruang dan waktu, menyingkirkan kolega-kolega, memikirkan kematian berbagai orang, bahkan beberapa orang yang kita cintai, dan bahkan bercinta dengan beragam orang yang sangat tidak pantas dengan cara-cara yang sangat terlarang atau cukup ekstrem.


Keberadaan fantasi-fantasi ini dapat memberikan rasa cemas dan merangsang rasa malu gan. Padahal, memiliki fantasi yang sangat bertentangan dengan realitas adalah sebuah fitur mendasar dari kehidupan manusia yang baik. Fantasi tersebut dimulai pada saat kita masih sangat muda. Sebagai anak-anak mungkin kita suka membayangkan pergi ke Kutub Selatan, bergulat dan kemudian berteman dengan seekor beruang kutub, mengadopsi penguin dengan sayap patah sebagai hewan peliharaan dan kemudian menghabiskan malam hari di dalam sebuah igloo sebelum diselamatkan oleh para bajak laut, mengarungi kutub di dalam kapal bertenaga nuklir (buat bule sih ini). Kalo kita-kita orang Indonesia waktu kecil pasti khayalannya ga jauh-jauh dari punya peliharaan Pokemon, jadi Power Ranger, atau punya kehidupan sempurna kaya Barbie.

Di dalam dunia nyata jelas fantasi-fantasi tersebut sulit bahkan mustahil terjadi. Namun di kepala kita, hal tersebut sangatlah indah. Khayalan sangatlah menyenangkan. Kita tidak khawatir tentang anak-anak yang berfantasi karena kita percaya adanya pembatas yang aman dan jelas antara sebuah pemikiran dan melakukannya secara nyata di dunia. Kita seharusnya menggunakan pengertian yang sama kepada diri kita sendiri, sebagai orang dewasa. Inget gan, sebuah fantasi bukan sebuah rencana. Hal tersebut tersamarkan, tapi merupakan sebuah pengakuan yang sangat tepat tentang apa yang tidak akan pernah terjadi, namun perlu untuk dipikirkan.


Dalam bentuknya, hal tersebut merupakan perjanjian penerimaan kita akan bagaimana hal-hal tersebut secara nyata. Kita memilih berfantasi daripada bersiap-siap. Nah ini yang membedakan kita dari orang yang benar-benar mengerikan semacam seorang psikopat gan. Mereka yang berfantasi melakukannya menjadi aksi.


Asal dari fantasi bukanlah sebuah kegagalan untuk memahami realitas, namun leih kepada apresiasi mendalam kepada realitas, demi ketenangan mental yang telah tertunda.

Timbul pemikiran masyarakat beradab tidak memiliki pemikiran kriminal. Namun demikian, haruskan hal tersebut membuat kita khawatir bahwa fantasi akan benar-benar terjadi pada kita? Tidakkah hal tersebut mengerikan kalau beberapa pemikiran yang cukup mencengangkan muncul di pikiran kita, bahkan ketika kita tahu kalau mereka hanyalah pemikiran? Sebuah fantasi selalu mencoba memberitahu kita suatu hal yang penting tentang diri kita sendiri meskipun pesannya biasanya sampai dalam bentuk yang kacau.

Kenapa ane kasih bold di kalimat pertama di atas? Karena kenyataannya ini semua normal gan.


Sebuah fantasi tentang kekayaan tidak benar-benar sebuah tesis politik tentang daya pikat ketidaksetaraan yang drastis. Itu cara kita berbicara dengan diri kita sendiri tentang stres dan kecemasan. Kita membayangkan hidup dimana kita tidak harus khawatir.


Fantasi seksual kita yang kompleks adalah cara untuk mengakui kebutuhan-kebutuhan tertentu yang kita tahu harus kita korbankan atas nama kesetiaan bagi orang-orang yang kita cintai, meski kita harus bertahan.


Pada akar rasa bersalah kita di sekilas fantasi kita tersirat bahwa kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehidupan di dalam diri orang lain. Kita tidak menyadari betapa normalnya pikiran yang kita sebut “pikiran teraneh” kita sesungguhnya.


Agan bisa yakin bahwa pikiran terprivat yang diikuti rasa malu adalah fantasi aktif di dalam pikiran jutaan orang lainnya sekarang ini. Fantasi kita bukanlah tanda kejahatan. Mereka adalah produk natural dari otak. Hasil dari fakta kuat bahwa pikiran kita butuh untuk membayangkan yang tidak mungkin untuk dapat berdamai dengan sifat realitas yang terlaras dan waras. Berpikir bahwa fantasi kita itu cukup aneh bukanlah bukti kalau mereka memang aneh. Itu adalah tanda bahwa kita belum mengetahui orang lain dengan cukup baik.