JAKARTA, KOMPAS.com - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Salahuddin Wahid atau Gus Sholah meminta masyarakat menahan diri menjelang bulan Ramadhan.
Hal itu ia ungkapkan terkait putusan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang memancing reaksi masyarakat Indonesia dan Internasional.
Ahok, divonis hukuman 2 tahun penjara atas kasus dugaan penodaan agama. Perbuatan Ahok dinilai memenuhi unsur Pasal 156a KUHP.
"Semua harus menahan diri tidak ada lagi aksi massa dari manapun juga. Meredam suasana apalagi menjelang puasa," kata Gus Sholah di rumah dinas Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (15/5/2017).
(Baca: Dibubarkan di Pantai Losari, Aksi 1.000 Lilin untuk Ahok Pindah ke Halaman RS)
Usai bulan Ramadhan, kata Gus Sholat semua pihak baiknya segera melakukan diskusi akan kondisi bangsa dan mencari solusinya.
"Setelah puasa kita bertemu berdiskusi menata ke arah yang lebih baik," ucap dia.
Ia pun juga mengimbau masyarakat yang tidak puas akan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara untuk menghormati proses hukum yang ada.
"Serahkan semua ke pengadilan. Sekarang ada (banding) di Pengadilan Tinggi dan ke MA. Jadi tunggu saja," imbau Gus Sholah.
(Baca: Apa yang Perlu Dipelajari dari Aksi Massa Tolak Fahri Hamzah?)
Diketahui, usai putusan Ahok tersebut, aksi damai massa dengan "menyalakan lilin" di berbagai daerah di Tanah Air terus bergulir.
Bahkan tak hanya di Indonesia, aksi serupa juga merembet sampai ke berbagai negara di belahan dunia lain. Tujuannya, meminta agar pengadilan memebaskan Ahok lantaran hanya menjadi korban politisasi agama dalam Pilkada DKI Jakarta lalu.
http://nasional.kompas.com/read/2017...i.putusan.ahok