Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

luwwiAvatar border
TS
luwwi
Menjejak Bawakaraeng, Setelah Vakum Nanjak 15 Tahun
Naik gunung adalah hobi lama, yang belakangan ingin kembali diulang. Memang, semenjak terakhir naik gunung serius (2001, Gn. Burangrang), ane selalu memiliki peralatan dasar muncak. Jadi sebetulnya keinginan itu selalu ada, walau tidak sebesar belakangan ini.

Sadar dengan usia yang tidak lagi muda, ditambah nyaris tidak pernah berolah raga, sekitar 1,5 bulan sebelum hari-H ane rutin berlari. Lumayan bisa membuat badan lebih bugar. Selain itu, peralatan yang kurang juga mulai dilengkapi.

Perjalanan ke Gn. Bawakaraeng adalah perjalanan ke 2 ane, sebelumnya sudah pernah sekitar tahun 1997. Tim ke Gn. Bawakaraeng ini terdiri dari 5 orang, ane yang paling tua dan satu2nya yang over 40 emoticon-Big Grin. Dari 5 orang ini, ada 2 yang biasa mendaki (Yogi dan Tomi), 1 Orang pernah mendaki (Wawan), 1 orang nubi (Chabib), dan 1 orang veteran, ane emoticon-Big Grin

Perjalanan dimulai dari Lembanna, Malino pukul 10.00. Perjalanan dari titik awal sampai dengan Pos 5 relatif landai. Sepanjang perjalanan dari sebelum Pos 1 sampai sesudah Pos 3, kami didampingi seekor anjing, yang memberi isyarat juga ketika kami salah jalan di Pos 1. Antara Pos 3 dan Pos 4 kami memasuki hutan lumut, persis lokasi film2 horor. Perjalanan sampai Pos 5 berlangsung kurang lebih 3,5 jam. Kami juga menemui pohon2 bekas kebakaran tahun lalu. Di Pos 5 kami ishoma dengan makan siang nasi kuning yang dibawa Wawan, dihiasi kabut yang mulai turun. Kami istirahat sekitar 1,5 jam.





Selepas Pos 5, mulai ketemu tanjakan curam. Sekitar 2 jam, kami tiba di Pos 7, puncak semu Gn. Bawakaraeng. Pemandangan disini sangat indah. Negeri di atas Awan. Pos 7 terletak di ketinggian 2533 mdpl. Vegetasi pepohonan disini sudah khas daerah ketinggian, tidak terlalu rindang. Di Pos 7 juga kami bisa memperoleh sinyal Telkomsel, tapi tergantung arah angin emoticon-Big Grin. Sampai disini, rasanya kaki ane sudah seperti diseret. Apalagi ketika sebelum berangkat membaca catatan perjalanan orang lain, jalur ke Pos 8 adalah jalur neraka. Byuh. Jadi, dari catatan, jalur menuju ke Pos 8 diawali dengan turunan curam dan panjang, dan dilanjutkan dengan tanjakan curam dan panjang. Jalur ini, kabarnya adalah jalur baru setelah longsor.





Ketika kaki melangkah meninggalkan Pos 7 menuju Pos 8, ane sadar sepenuhnya bahwa kami menuju point of no return. Disini kami berharap, nerakanya jalur menuju Pos 8 hanyalah mitos. Benar, kami langusung menemui turunan, tapi tidak seberapa, dan tidak lama kami menemui tanjakan cukup terjal, walau tidak seberapa. Dalam hati ane berseru lega, rupanya cuma segini turunannya. Sebelum tanjakan ini kami menyiapkan senter, karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Setelah itu kami mulai memasuki jalur pendakian. Ternyata, jalur pendakian itu tidak panjang. Disini masalahnya. Didepan terhampar jalur menurun yang terjal dan panjang. Dari vegetasi dengan pepohonan khas ketinggian, kami turun kembali memasuki hutan rimbun. Setelah melewati turunan terjal dan panjang, yang membuat hati gelisah membayangkan perjalanan pulang, kami tiba disebuah lembah kecil, sebelum memulai pendakian. Kami kemudian beristirahat, mengumpulkan tenaga, khusus bagi ane mengumpulkan motivasi untuk memulai pendakian emoticon-Big Grin. Lembah inilah point of no return. Kami menamakan lembah ini Pos 7,5 dan juga “Lembah Penyesalan”: menyesal kenapa berada ditempat ini emoticon-Big Grin. Setelah dirasa cukup mengumpulkan tenaga (dan motivasi), akhirnya mulailah kami melangkah mengarungi jalan mendaki nan terjal. Akhirnya setelah 2,5 jam perjalanan dari Pos 7, kami tiba di Pos 8. Ternyata, beratnya perjalanan ke Pos 8 bukanlah mitos. Jalur ke Pos 8 bukan jalur neraka, tapi jalur neraka jahanam emoticon-Big Grin



Di Pos ini, kaki ane sudah tidak mau kompromi. Inginnya buka tenda disini. Kondisi sudah sangat lelah. Tapi teman2 memotivasi ane untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya, dengan kaki terseret (ah, lebay emoticon-Big Grin ) ane pun melanjutkan perjalanan ke Pos 9. Akhirnya, setelah 1,5 jam perjalanan ke Pos 9, kami pun tiba, dan kemudian buka tenda di Pos 9. Kami buka 2 tenda, dan segera masak makan malam dan air hangat agar bisa segera istirahat. Didalam tenda, ane tidur dengan memakai jaket bulu angsa, dan masuk kedalam sleeping bag ane yang tipis. ane pikir sudah cukup. Tengah malam ane terbangun sembari menggigil. Rupanya cuaca dingin sekali. Dari beberapa tulisan, suhu didaerah tersebut berkisar antara 5-8 derajat celcius. Akhirnya tidur terbangun2 sampai pukul 4, dan bersiap melakukan perjalanan ke puncak.

Pukul 4.30 kami melanjutkan perjalanan ke puncak ditemani bulan purnama. Kami hanya membawa barang seperlunya saja, barang yang tidak diperlukan kami tinggal di Pos 9, dalam tenda. Kurang lebih 1 jam perjalanan mendaki, kami tiba di Pos 10, 150 meter sebelum puncak. Di Pos 10 ini kami menunaikan shalat shubuh. Selesai shalat shubuh, kami segera bergerak ke puncak, yang ditandai dengan sebuah tugu. Subhanallah. Akhirnya tiba juga dipuncak, setelah sempat hampir menyerah. Disini juga bisa diperoleh sinyal Telkomsel, tapi, teuteup, tergantung arah angin emoticon-Big Grin. Di puncak, kami bertemu banyak rombongan, dari yang kami temui, rata2 naik dari Sinjai dan Bone. Perjalanan dari Sinjai dan Bone lebih cepat, katanya Cuma sekitar 6 jam untuk naik. Bahkan, begitu tahu kami naik dari Lembanna, dan melihat potongan sebagian kami (baca: ane emoticon-Big Grin ) sudah tidak muda (baca: tua) ada bilang fisiknya masih kuat. Tidak tahu dia kalau ane sudah hampir menyerah dan kaki sudah terseok emoticon-Big Grin



Sekitar 1,5 jam dipuncak, termasuk sarapan dan minum hangat, kami turun kembali ke Pos 9 untuk packing. Pukul 9-an kami bergegas turun sambil mencoba menghilangkan bayangan tanjakan ke Pos 7 emoticon-Big Grin. Alhmadulillah, kami bisa menempuh perjalanan sampai Pos 7 dalam 2 jam-an. Ini diluar dugaan kami, cukup cepat mendaki jalur neraka jahanam emoticon-Big Grin Di Pos 7 ini, satu2nya minuman layak kami yang tersisa dihabiskan. Jadilah Pocari Sweat kaleng ane dibagi 5 emoticon-Big Grin

Setelah leyeh2 sebentar, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 5 untuk Ishoma dan mengisi persediaan air untuk minum. Sampai di Pos 6, ankle ane terasa sakit, jadi ketika ke Pos 5, ane berjalan pelan dibelakang didampingi Yogi. Akhirnya, setelah 1 jam lebih perjalanan dari Pos 7, kami tiba di Pos 5.

Di Pos 5 kami ishoma. Tempat air minum diisi air mentah (siap2 Combantrin emoticon-Big Grin ). Setelah beristirahat sekitar 1,5 jam, kami pun bersiap. Disini kaki ane terasa kaku dan linu. Untung Tomi bawa balsem Geliga. Langsung paha, betis, dan ankle yang sakit segera dibalur balsem. Khusus ankle kiri yang sakit, dibebat pake bluff. Akhirnya kami segera turun dengan cepat. Setiap pos rata2 dilalui 20 menit kecuali Pos 3 ke Pos 2, yang Cuma sekitar 10 menit, atau bahkan kurang, karena dekat. Di Pos 1 hujan mulai turun agak deras. Tapi, tanggung, malas mengeluarkan perlengkapan hujan, jadi jalan terus hujan2an. ane Cuma mengikat bandana untuk menutup kepala. Beruntunglah Tomi yang bawa payung lipat emoticon-Big Grin

Akhirnya, 40 menit kemudian, kami tiba dititik penjemputan dengan Pak Syarif yang sudah menunggu. Alhamdulillah, perjalanan ini berhasil kami lewati dengan baik. Bagi ane pribadi, perjalanan ini adalah perjalanan menaklukkan diri sendiri.
Diubah oleh luwwi 27-09-2016 05:21
0
6K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan