thepalaksAvatar border
TS
thepalaks
[OPEN MINDED] Tentang Hantaran dan Uang Dapur
selamat sore agan dan sist yang saya hormati. semoga semua dalam keadaan sehat selalu.

pada sore ini saya ingin berbagi pendapat, sekaligus menambah ilmu dengan agan dan sist semua, terutama tentang "HANTARAN DAN UANG DAPUR" yang diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman, sharing antar teman, dan pendapat saya pribadi. jadi, apabila ingin berkomentar, silahkan berkomentar dengan cerdas, bukan menghakimi atau menyudutkan, karena pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

dimulai dengan saya sendiri, tahun ini saya memang berencana untuk menikah. dan syukur, prosesi hantaran sudah saya lewati beberapa waktu yang lalu. pernikahan sendiri direncanakan pada bulan Agustus 2015. pengalaman saya untuk proses menjelang pernikahan, adalah memberi tanda. karena calon saya ini asal sukunya dari pulau Sumatera. saya sendiri keturunan jawa Solo, tetapi besar di Sumatera. pada pemberian tanda ini, saya memberikan sebuah cincin emas kepada calon istri saya, dengan berat 1 emas (mungkin ditempat agan lain bahasa hitungan emasnya).

nah, pada pemberian tanda itu, orangtua saya bertanya tentang tahapan selanjutnya, apakah ada adat lain yang harus dipenuhi, seperti membelikan isi kamar, atau sejenisnya. jawaban dari orangtua calon ane adalah : "KAMI MENERIMA BERAPAPUN BANTUAN YANG BAPAK BERIKAN, DAN TIDAK MEWAJIBKAN ISI KAMAR" jujur, ane dalam hati lega gan. lega yang pertama adalah, tidak terlalu ribet nya untuk urusan adat, dan lega karena orangtua ane tidak harus "NEGO" lagi dalam urusan adat.

oke, setelah beberapa bulan dari pemberian tanda, saya dan keluarga kali ini kembali datang kerumah calon mempelai wanita, untuk memberi hantaran berupa parcel yang isinya segala kebutuhan wanita, dan uang tunai untuk membantu pesta pernikahan. uang tunai yang saya berikan berjumlah 25 juta rupiah. pemberian jumlah uang tunai juga saya dan keluarga diskusikan. nilai tersebut, sama jumlahnya dengan yang diberikan kepada keluarga saya, ketika kakak saya dilamar oleh suaminya sekarang.

yang pengen saya bahas disini adalah nilai "mahar" seorang wanita yang ditentukan oleh orangtuanya. saya ingin bertanya dengan agan dan sist sekalian, APA YANG MENJADI DASAR ORANGTUA MEMBERIKAN MAHAR YANG TINGGI KEPADA CALON MEMPELAI PRIA?

sekitar 10 tahun yang lalu, saya mempunyai sahabat yang juga suku Melayu, sahabat saya ini termasuk keluarga yang diatas mampu. bapaknya adalah kepala Dinas Kehutanan di salah satu kabupaten di Sumatra. nah, kakak sahabat saya ini yang seorang PNS dilamar oleh seorang pengusaha, yang juga orang sangat mampu. ketika akan diberikan "uang dapur" yang jumlahnya 100 juta, bapak sahabat saya ini sedikit kurang senang gan. dia berkata: "MAAF, SAYA DISINI BUKAN MENJUAL ANAK SAYA, KALAU MAU MEMBANTU UANG DAPUR, BERIKANLAH SEPERTI ORANG KEBANYAKAN.." akhirnya disepakati nilai uang yang diberikan sebesar 30 juta.

sekitar setahun yang lalu, seorang teman saya yang bekerja sebagai marketing kartu kredit, akan menikah dengan pasangannya yang seorang PNS, orangtua si cewek ketika bertanya dengan temen ane ini : "KAMU SERIUS DENGAN ANAK SAYA? KAMU PUNYA UANG BERAPA UNTUK ACARA RESEPSI?" temen ane menjawab: "SAYA CUMAN PUNYA UANG 20 JUTA PAK" akhirnya orangtuanya calon temen saya ini bersedia, dan sekarang istrinya sedang mengandung.

cerita selanjutnya dari salah satu sepupu temen saya. berhubung dia akan menikah juga, sepupu temen saya ini perempuan gan. ketika calon suaminya berkunjung ke rumah orangtua si wanita, dan ditanya tentang uang dapur, orang tua wanita meminta 50juta rupiah, mendengar 50juta rupiah, orang tua si cowok nego-nego, akhirnya uang yang harus diberikan si cowok adalah 45juta rupiah..

dari cerita-cerita diatas, saya terkadang bingung, sekaligus miris, saat orangtua salah satu calon memberikan "NILAI" tertentu untuk anaknya. apakah "HARUS' seperti itu? setau saya dalam Agama (saya Muslim), pernikahan itu sedrhana dan tidak memberatkan. lalu kenapa malah MANUSIA itu sendiri yang membuatnya menjadi berat. demi adat, gengsi, pride dan eksklusifitas. bahkan sampai harus berhutang-hutang demi membuat pesta yang wah, bergengsi. apakah orangtua lupa, pernikahan anaknya bukan sebulan dua bulan, tapi sampai maut yang memisahkan. sungguh kasihan sekali anaknya setelah menikah, masih harus menanggung hutang, bersembunyi dibalik ungkapan "kan hanya sekali seumur hidup".

alangkah kasihannya orang-orang dengan ekonomi terbatas (pria khususnya), tidak akan pernah cukup uangnya untuk menikah kalau harus dibebankan hal-hal yang memberatkan. lupakah orangtua wanita, kalau semakin tinggi syarat yang diberikan orangtuanya, berarti semakin kecil kemungkinan anaknya untuk segera menikah, yang berarti usia nya semakin bertambah.

saya disini tidak bermaksud SARA ya gan. mungkin lain tempat lain adatnya. itulah kekuatan negara kita, budaya yang beragam. kalau ada yang memberi penjelasan tentang adat, saya persilahkan. kalau ada yang punya pengalaman terkait uang dapur atau hantaran, silahkan di share, mudah-mudahan kita yang membaca tulisan ini mendapat pengalaman dan ilmu baru, tidak ada yang sempurna di dunia ini gan sist.

SALAM.
aripmaulana
aripmaulana memberi reputasi
1
136.6K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan