Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Nostalgia Rivalitas Juventus-AC Milan 15 Tahun Silam
15 tahun silam, suporter Serie-A menyaksikan salah satu musim terbaik yang hanya berjarak beberapa musim dari cikal bakal pudarnya kepopuleran Calcio. Kala itu, Juventus untuk kali kedua meraih titel Scudetto secara beruntun, merusak dominasi duet klub Ibukota, AS Roma dan Lazio, sekaligus menandai momen kembalinya pelatih legendaris Bianconeri, Marcello Lippi. Saat itu, Juventus juga baru bisa menikmati momen manis pasca penjualan sang megabintang, Zinedine Zidane dan Pippo Inzaghi, sekaligus memetik tuah dari kedatangan Pavel Nedved, Gigi Buffon, plus Lilian Thuram. Belum lagi, duet striker ikonik Si Nyonya Tua, Alessandro Del Piero dan David Trezeguet tengah menjalani kerjasama terbaik di sepanjang karirnya, serta tercatat sebagai salah satu pasangan paling mematikan Eropa. Meski di sisi lain—sang mantan—Pippo Inzaghi juga mampu menginspirasi klub anyarnya, AC Milan, untuk mencapai era kejayaan bersama Andriy Shevchenko di garda terdepan pasukan Merah-Hitam.



Musim itu, Rossoneri finis di peringkat 3 Serie-A dan memiliki selisih 11 poin dari Juventus, namun keduanya bertemu di babak final Champions League. Nedved, yang kemudian keluar sebagai pemenang titel Ballon d’Or, harus absen pada laga tersebut karena terkena larangan bermain akibat akumulasi kartu kuning saat melawan Madrid di semifinal. Sebuah insiden yang sampai sekarang masih diyakini akan membawa hasil yang berbeda untuk Bianconeri di partai puncak.

Laga kemudian berjalan sesuai perkiraan banyak orang: berakhir tanpa gol dan harus ditentukan lewat babak adu penalti. Dua kiper terbaik Serie-A saat itu, Gigi Buffon dan Dida tampil mengesankan dan membuat hasil akhir penalti hanya terpaut tipis 3-2 untuk AC Milan. Hanya Del Piero dan Birindelli yang mampu mengkonversi tembakan menjadi gol untuk Juventus, sementara Trezeguet, Zalayeta, dan Montero gagal melaksanakan tugasnya. Milan sedikit lebih beruntung, karena kegagalan Seedorf dan Kaladze mampu dikover dengan baik oleh Serginho, Nesta, dan Shevchenko. Don Carlo berhasil membawa Milan mengangkat trofi Eropa yang termasyhur itu, sekaligus melengkapi kemenangan lainnya di musim 02/03 karena mereka mampu menaklukan Roma di final Coppa Italia dengan skor agregrat 6-3. Uniknya, 2 bulan setelah laga dramatis di Old Trafford, kedua tim kembali bertemu di Negeri Paman Sam dalam tajuk Supercoppa Italia, dan harus menentukan hasil akhir—kembali—lewat babak adu penalti. Kali ini, Juventus berhasil menunaikan tugasnya dengan baik berkat kemenangan 5-3 dari adu tos titik putih.

Sebagaimana laga di Manchester, kedua tim juga memainkan skuat terbaiknya di partai puncak Supercoppa Italia 02/03. Baik Juventus dan Milan sama-sama melakukan jual-beli serangan dan memiliki lini belakang yang ultra-solid, sehingga laga harus memasuki babak tambahan waktu setelah berakhir imbang tanpa gol di 90 menit waktu normal. Di babak tambahan, Milan mampu mencuri gol lewat titik putih, setelah Collina melihat insiden Iuliano menjatuhkan pemain Milan. Pirlo yang ditunjuk sebagai algojo berhasil menjalankan tugasnya dengan menaklukan Buffon lewat sepakan chip yang menjadi ciri khasnya. Namun keunggulan Milan tidak bertahan lama, sebab Nedved berambisi untuk ‘membalaskan’ ketidakhadirannya di partai puncak Champions League. Mengirim bola matang ke kotak penalti Milan, Abbiati mampu menepis sundulan terarah dari Legrottaglie, namun bola muntahnya langsung mendarat di kaki Trezeguet dan pria asal Prancis itu dengan tenang mampu meneruskan bola ke jala gawang Abbiati. Masuk ke adu penalti, Juventus belajar dari kesalahan sebelumnya dan tampil tanpa cacat di babak ini. Kelima eksekutor berhasil menjalankan tugasnya, dan Buffon berhasil menepis sepakan Cristian Brocchi.

Buffon menjadi pahlawan untuk Bianconeri, sekaligus membuat 55 ribu penonton yang datang ke Giants Stadium larut ke dalam lautan hitam-putih. 15 tahun berselang, ia berkesempatan untuk mengulang pencapaian tersebut dengan menjadi pahlawan kala kedatangan Milan dalam lanjutan giornata ke-28 yang akan dihelat di Juventus Stadium. Menyandang status sebagai dua klub tersukses di Italia, bentrok kedua tim tidak pernah tidak dramatis meski kedua tim seringkali berada pada kutub performa yang jauh berbeda. Selalu takluk dalam 10 laga sejak 2013, Milan kemudian mencatatkan 2 kemenangan beruntun dari Juventus, termasuk pada laga seru yang berlangsung di Doha, di mana Milan berhasil mengangkat trofi Supercoppa Italia setelah menaklukan Juventus—lagi-lagi—lewat babak adu penalti.

Dengan skuat muda dan statusnya sebagai tim tamu yang tampil tanpa tekanan, Milan jelas memiliki kans untuk mengulang pencapaian tersebut akhir pekan nanti. Apalagi Juventus masih harus membagi konsentrasi untuk laga leg kedua Champions League melawan Porto yang akan berlangsung di Turin 5 hari kemudian. Memiliki selisih 8 poin di liga dan lebih dituntut untuk menjaga konsistensi performa di Eropa, akan membuat Juventus tampil dengan ekstra hati-hati meski berada di hadapan pendukungnya sendiri. Mereka juga pantas mewaspadai kurangnya konsentrasi dan rasa ‘lapar’ akan dominasi di Serie-A, karena hal tersebut jelas nampak saat Bianconeri hanya bisa bermain imbang 1-1 dengan Udinese akhir pekan lalu.

Untuk kedua tim, menang bukan hanya soal berbalas hasil dari pertemuan di kali terakhir, tapi juga soal pengukuhan: siapa yang paling pantas menyandang status sebagai penguasa sepakbola di kawasan utara Italia, atau mengutip ucapan Galliani pada 2009 silam, sebagai pembuktian siapa yang paling perkasa di derby d’Italia yang sesungguhnya.

Supported by:





www.kaskus.co.id
0
3K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan