Menurut data dari Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, jakarta.go.idmenyebutkan bahwa Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut. Selain itu, di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal.

Hal ini diperparah karena berdasarkan hasil penelitian konsorsium Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) pada tahun 2010, sebanyak 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut.

Jadi bukan hanya masalah air yang mengalir dari Bogor, namun kondisi Geografi Jakarta pun berpengaruh.

Sungaiyang sebagaimana mestinya adalah tempat untuk mengalirnya air dari hulu (Bogor) ke hilir (Jakarta), kini tidak hanya mengalirkan air saja. Banyak sampah yang ikut “mengalir” dan menyebabkan mampetnya saluran.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan memang masih sulit untuk dihilangkan. Ane sendiri masih kerap kali melihat orang yang dengan santainya membuang sampah ke jalan (baik di Bogor maupun di Jakarta). Meskipun tidak langsung membuangnya ke sungai, namun tetap saja sampah-sampah itu bisa terbawa oleh air hujan menuju sungai.

Ya gimana Jakarta mau bebas banjir kalau kebiasaan membuang sampah sembarangan ini masih mendarah daging di tengah masyarakat.

Spoiler for ayat Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S Ar-Ra’d: 11)

Curah hujan yang tinggi pun bisa menyebabkan banjir. Namun kita tidak bisa menyalahkan hujan. Hujan tidak mempunyai pikiran. Hujan diperintahkan oleh Sang Pencipta untuk turun di suatu tempat yang dikehendaki-Nya.

Hal itu bisa dicegah dengan adanya daerah resapan air yang baik. Namun faktanya, daerah resapan yang ada masih belum mampu untuk menahan derasnya air hujan. Kita pun tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah atas masalah ini. Kebutuhan akan tempat tinggal manusia yang semakin bertambah memang berbanding terbalik dengan kawasan hijau untuk resapan air.