Sandro Gatra , © Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media
Foto: Ketua umum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat orasi di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (7/2/2017). SBY menyampaikan pidato politik dalam rangkaian Dies Natalies ke 15 partai Demokrat yang diawali Rapimnas.KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Quote:
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mayakini bahwa serangan yang dilakukan mantan Ketua KPK Antasari Azhar terhadapnya sudah direncanakan sejak lama.
Tujuannya, menurut SBY, untuk merusak nama baiknya, keluarganya, khususnya Agus Harimurti Yudhoyono yang maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Hal itu disampaikan SBY dalam jumpa pers di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (14/2/2017) malam.
SBY meyakini hal itu karena Antasari menyerangnya pada satu hari menjelang Pilkada DKI yang akan digelar, Rabu (15/2/2017).
Ia lalu menyinggung serangan fitnah terhadapnya ketika masa tenang menjelang Pilpres 2014. Saat itu dia sebagai calon presiden.
Menurut SBY, Agus ditakdirkan Tuhan bernasib sama sepertinya.
Presiden keenam RI itu mengaku sejak dua bulan lalu sudah memperkirakan serangan seperti ini akan terjadi.
Ia mengaku, pernah diingatkan keluarganya bahwa sepertinya akan ada gerakan politik menggunakan Antasari untuk menyerangnya.
"Nampaknya grasi Presiden Jokowi ada muatan politik. Sepertinya ada misi untuk meyerang dan merusak nama saya dan keluarga saya," ucap SBY yang didampingi para elite Demokrat dan kerabatnya.
SBY mengatakan, sulit untuk tidak mengatakan bahwa serangan Antasari tersebut terkait dengan Pilkada DKI.
Menurut dia, serangan ini tidak muncul tiba-tiba oleh Antasari dan aktor-aktor politik di belakangnya.
"Tujuannya agar nama SBY dan Agus tercoreng," ucap SBY.
Antasari sebelumnya menyebut bahwa yang saat itu menjabat Presiden RI mengetahui persis kasus yang menjeratnya.
Menurut dia, SBY harus terbuka mengenai siapa saja pihak yang diminta merekayasa kasusnya.
Ia lalu bercerita bahwa sekitar Maret 2009, dia pernah didatangi oleh CEO MNC Group atas utusan SBY.
Hary meminta Antasari agar tidak menahan mantan Deputi Gubernur (BI) Aulia Tantowi Pohan, besan SBY.
"Beliau diutus oleh saat itu. Siapa ? SBY. Datang minta supaya saya jangan menahan Aulia Pohan," ujar Antasari di kantor Bareskrim , Jakarta, Selasa.
Aulia saat itu ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi di . Mendengar permintaan itu, Antasari menolaknya.
Menurut dia, sudah prosedur di untuk menahan seseorang yang sudah dijadikan tersangka. Namun, Hary terus memohon kepadanya.
"Waduh, Pak, saya mohon betul. Saya bisa ditendang dari karena bagaimanapun nanti masa depan Bapak bagaimana," kata Antasari, menirukan ucapan Hary saat itu.
Antasari bersikeras untuk menolak. Saat itu, Antasari siap menerima risiko apa pun atas sikapnya itu.
Dua bulan kemudian, Antasari ditangkap polisi. Ia dituduh membunuh Nasrudin Zulkarnaen.
Hingga putusan peninjauan kembali, Antasari divonis bersalah dengan hukuman 18 tahun penjara. Kini, ia sudah dinyatakan bebas murni setelah mendapat grasi dari Presiden .
Antasari menduga bahwa kasusnya tak terlepas dari kedatangan Hary yang diutus SBY ke rumahnya pada malam itu.
Penulis: Kristian Erdianto
Editor: Sandro Gatra
Copyright Kompas.com
http://www.msn.com/id-id/berita/nasi...3&ocid=U453DHP
termehek-mehek