Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Pemuda Milan Tapaki Jalan Menuju Legenda
Apa yang sudah Anda lakukan di usia 17? Belum mencatatkan pencapaian apa-apa? Masih berkutat dengan konsol game yang dimainkan sehari penuh di kamar sempit dengan aneka tempelan poster rockstar atau pesepakbola favorit? Tenang, Anda tidak sendiri. Jika bertanya pada 10 remaja yang baru saja melewati rentang usia 17, 8 di antaranya bisa jadi menjawab hal serupa. 2 sisanya, bisa jadi calon fisikawan dunia atau Gianluigi Donnarumma. Menjadi salah satu nama yang paling sering dibahas dalam 1,5 tahun terakhir, Donnarumma memang kelewat menarik untuk dilewatkan begitu saja oleh deretan pemandu bakat terbaik di seluruh Eropa.

Donnarumma sedang menikmati musim keduanya bersama AC Milan saat ini, dan di usianya yang masih sangat belia, pemuda yang akrab disapa ‘Gigio’ ini sudah menjadi pemain kunci untuk tim. Mencuri perhatian dunia sejak melakoni debut melawan Sassuolo 25 Oktober 2015, Donnarumma lantas konsisten menampilkan performa mengesankan bersama Rossoneri setelah momen tersebut. Performanya bahkan mengundang decak kagum dari kiper legendaris Juventus dan Italia, Gianluigi Buffon, yang bahkan sudah melakoni debut sebelum Gigio lahir ke dunia. Tak main-main, eks-penjaga gawang Parma tersebut bahkan berani menyebut Donnarumma sebagai ‘talenta langka’ dan berani menjamin bahwa Gigio akan menjadi suksesornya di Gli Azzurri setelah dirinya pensiun.



Musim lalu ia mencatatkan 82 penyelamatan dari 30 penampilan bersama Milan, dan perlu berterimakasih pada keberanian Sinisa Mihajlovic untuk memberinya kesempatan bermain ketika kiper utama Milan saat itu, Diego Lopez sedang dalam performa buruk. Donnarumma sendiri sebetulnya ‘hanya’ menjadi pilihan ketiga Milan setelah Lopez dan penggawa veteran, Christian Abbiati. Ia melakoni debutnya dengan membawa Milan unggul 2-1 atas Sassuolo, dan kemudian selalu menjadi pilihan pertama Milan bahkan setelah kepergian Mihajlovic jelang musim akhir musim.

Ia tercatat sebagai kiper termuda yang pernah tampil sebagai starter dalam sejarah sepakbola Italia, pada usia 16 tahun 8 bulan. Ia seperti datang dari antah berantah, kemudian menjelma sebagai pemain kunci pada skuat Milan. Musim lalu jika lini belakang Milan jauh lebih solid, catatan pribadinya mungkin akan lebih baik. Dari 30 laga di Serie-A musim lalu, Donnarumma tercatat 29 kali kebobolan dan meraih 11 kali clean sheets.

Musim ini, ia kembali mencatatkan capaian spektakuler. Penyelamatan penalti yang ia lakukan di menit akhir saat melawan Torino di pembukaan musim, mengantarkan Milan meraih 3 poin di hadapan pendukung sendiri. Pada kunjungan ke Naples, Milan memang ditaklukan Napoli dengan skor 4-2, tapi Donnarumma jelas membuat banyak penyelamatan epik—yang sayangnya ‘dihancurkan’ oleh performa lini belakang Milan yang tidak mumpuni. Ia membuat empat penyelamatan sempurna, tapi itu saja tidak cukup untuk menghindarkan Milan dari kekalahan. Selain itu, ia juga kembali melakukan penyelamatan penalti di beberapa laga penting Milan musim ini. Dari 7 penalti yang ia hadapi, 4 di antaranya berhasil ia blok—termasuk penalti Ljajic yang ia gagalkan saat melawat ke Turin awal pekan lalu. Dan untuk alasan yang sama, ia juga berhasil mengantarkan Milan angkat trofi Supercoppa Italia setelah menekuk Juventus lewat babak adu penalti di partai puncak.



Ketika kebobolan sekalipun, Donnarumma masih bisa melakukan penyelamatan krusial dan dirinya masih memiliki banyak ruang untuk berkembang. Jangan lupa bahwa ia masih berusia 17 tahun dan punya banyak waktu untuk belajar dari kesalahan. Tidak banyak kiper yang bisa menjadi pemain kunci untuk tim sejak awal karirnya, dan Donnarumma berhasil menjadi salah satunya—selain idolanya sendiri, Gianluigi Buffon ketika melakoni debut bersama Parma 19 tahun lalu.

Ketika dirinya ditanya mengenai aspek apa yang ingin ia tingkatkan, mantan pemain akademi Napoli ini menjawab soal kemampuannya membawa bola. “Saya membawa bola dengan kedua kaki jauh lebih baik dibanding musim lalu, mungkin karena saya berlatih keras di sesi latihan. Ketika lawan datang mendekat, kadang saya memilih untuk menggocek bola supaya bisa menjauh. Memiliki kemampuan baik dengan kaki adalah hal penting dalam sepakbola modern. Saya berusaha meniru Manuel Neuer, yang secara taktikal bisa dianggap sebagai bek kelima ketika tim mulai untuk bergerak membangun serangan.”

Donnarumma juga terlihat lebih baik untuk urusan menyapu bola dengan kedua tangannya. Kini ia lebih bisa memperkirakan jarak ketika menghalau bola menggunakan tinjuan tangan. Kemampuan memperkirakan waktu dan menerka jarak untuk memotong umpan lambung adalah basic skill yang sangat berguna untuk para kiper. Selain itu, kini dirinya sudah memiliki keberanian untuk menghadapi duel satu lawan satu dengan striker lawan. Donnarumma tak lagi ragu keluar dari sarang ketika bola bergulir datang ke arah kotak penalti Milan. Langkah ini jelas membantu Milan secara taktikal, karena membuat mereka bisa mempertahankan high defensive line dan membuat laju penetrasi ke daerah penalti lawan ketika Milan membawa bola jadi jauh lebih mudah.

Di usianya yang masih sangat belia dan minim pengalaman bermain di laga yang levelnya lebih tinggi, Donnarumma memang masih belum sepenuhnya terlihat tenang dan menguasai komunikasi yang baik dengan pemain belakang Milan. Tapi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ia punya ruang perbaikan yang masih sangat panjang untuk dilalui. Masa depan karirnya bisa dibilang menjanjikan, dan talenta ajaib yang ia miliki ini bisa mengantarkan dirinya menjadi salah satu kiper terbaik dunia andai konsisten dijaga dan dikembangkan dari hari ke hari. Suporter Milan dan pecinta sepakbola secara umum hanya bisa berharap, bahwa dirinya tidak tersandung masalah non-teknis yang seringkali menjegal talenta muda berbakat di era-era sebelumnya. Menjadi sorotan di usia yang masih sangat muda, seringkali membuat mereka lupa diri andai tidak memiliki sosok penuntun—yang dalam hal ini muskil dilakukan oleh Mino Raiola, sang agen—yang selalu sigap untuk membawanya ‘kembali’ sebagai seorang pesepakbola yang utuh.

Apalagi berada di klub yang memiliki sejarah kental sebagai pencetak talenta lokal terbaik seperti Sebastiano Rossi, Franco Baresi, dan Paolo Maldini, akan membuat Donnarumma tetap ‘membumi’ karena dirinya masih belum membuktikan apapun jika disandingkan dengan nama-nama legendaris tersebut. Didukung pula oleh komitmen AC Milan yang menyatakan bahwa Donnarumma tidak akan dijual klub dengan tawaran sebesar apapun, membuat dirinya semakin memiliki alasan untuk membayar kepercayaan pada klub yang mempopulerkan namanya tersebut. Jika tetap berada pada jalur yang benar, tidak ada alasan untuk tidak melihat Donnarumma sebagai legenda Milan dan Gli Azzurri dalam satu atau dua dekade ke depan.

Supported by:





www.kaskus.co.id
nona212
nona212 memberi reputasi
1
5.6K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan