Slamet Hari Natal, ini bukanlah kata-kata yang ada pada spanduk atau ucapan Hari Natal di media sosial. Kata-kata itu adalah nama seorang warga Dusun Wates, Desa Wonomulyo Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Lahir pada 25 Desember 1962, nama unik itu diberikan oleh seorang bidan sebuah rumah sakit yang berada di Kecamatan Tumpang. Saat dilahirkan, memang bertepatan dengan perayaan Hari Natal.



Tanpa berfikir panjang, orang tua Slamet yang menganut agama Islam langsung menerimanya. Meskipun Slamet beragama seperti orang tuanya, namun ia mengaku tidak pernah mendapatkan ejekan dari teman atau tetangganya.

“Disarankan sama bidan yang menangani saya itu. Dari pada bingung-bingung kasih nama, mending Slamet Hari Natal saja,” tutur Slamet



Di kampung tempat tinggal Slamet, sikap toleransi antar tetangga sudah terjalin dengan baik. Tidak jarang, beberapa teman-teman dekatnya memanggil Slamet Hari Natal dengan sebutan lain yaitu Slamet Jesus.

Sadar memiliki nama unik, terkadang membuat pria yang kini berusia 54 tahun itu harus sedikit menjelaskan saat berurusan dengan aparatur pemerintahan ataupun surat-menyurat. Tetapi baginya itu hanya persoalan kecil yang menggelitik.

“Pengalaman unik itu kalau mengurus surat-surat pasti ditanya kok ada nama seperti ini bener apa enggak? Pas ngurus SKCK atau apa pasti seperti itu,” imbuh Slamet.



Sehari-hari bapak tiga anak ini bekerja sebagai seorang sopir bahan material. Anak-anak Slamet sendiri bangga memiliki orang tua dengan nama yang tidak lazim.

“Tidak sama sekali. Bahkan saya bangga dengan nama ayah saya Slamet Hari Natal. Unik! Dari dulu saya (ketika) SD, SMP, SMA selalu membanggakan ayah saya. Enggak ada yang mengolok-olok seperti itu,” kata Nova Dewi Nur Ayomi, putri Slamet.