Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sandybtAvatar border
TS
sandybt
Bobroknya Angkutan Umum di Bali
Jika ingin liburan ke Bali, hindari naik angkutan umum-dari dan ke-Terminal Mengwi dan Terminal Ubung, Bali!


Liburan murah ke Bali, sekarang ini saya rasa sangat sulit untuk dilakukan. Pasalnya angkutan umum langsung atau transfer dari satu perhentian ke perhentian lain yang jadi andalan traveling para backpacker demi harga yang murah, sudah dikuasai preman-preman angkutan umum yang memasang tarif sangat mahal.


1. Terminal Mengwi
Senin, 21 November 2016 pukul 3 pagi waktu setempat, kami sampai di Bali atau Terminal Mengwi setelah naik Bus malam selama 4 jam dari Pelabuhan Ketapang. Bus ini berhenti di Mengwi untuk urusan retribusi sebelum melanjutkan perjalanan ke perhentian terakhir Terminal Ubung yang merupakan tujuan kami. Sebelumnya kami sudah membayar 50rb/org untuk sampai ke Ubung, dan 40rb/org jika hanya sampai Mengwi.

Tak lama setelah bus berhenti, ada seorang pria yang perawakannya seperti polisi berpakaian preman membawa satu buah senter kecil masuk ke dalam bus. Ia teriak-teriak meminta seluruh penumpang bus untuk turun. Saya pikir ada pemeriksaan, tapi karena sopir dan kenek bus diam saja tak bergeming, saya pun tak mengindahkan perintah untuk keluar dari bus tersebut.


Setelah beberapa kali teriak-teriak meminta penumpang bus untuk turun "ini terakhir ya, ayo turun, semua!" sambil memaksa dan menarik lengan baju penumpang, akhirnya ada yang berdiri dan mulai turun. Kami kebingungan. Tapi karena penumpang bus yang sudah biasa keluar masuk Bali juga turun, kami pun ikut turun bersama penumpang bus lainnya. Hanya beberapa yang tetap tinggal di dalam bus, dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Ubung.

Loh, ini ngapain juga ikutan turun di Mengwi, saya bayar bus untuk sampai di Ubung!

"Tunggu di sini, saya ambil mobilnya dulu." Kata orang yang memaksa kami turun tadi.

Sesaat kemudian saya baru sadar kalau ini adalah upaya supir preman untuk memaksa penumpang naik mobil AVP-nya. Dia bertanya kami berlima mau ke mana. Kami jawab saja ke ubung. Lalu dia mengeluarkan sebuah kertas yang dilaminating, berisikan daftar harga dan tarif untuk sampai ke tujuan.

Dari daftar yang saya lihat, tarif-tarif yang dipatok untuk sampai ke tempat wisata populer harganya ratusan ribu per-orang. Untuk ke Kuta saja misalnya, tarifnya mencapai 200rb/org. Gila! Ini sama saja perampokan. Untuk mendapatkan harga yang murah, kami harus menuju Ubung yang tarifnya 15k/orang. Mau bagaimana lagi, angkutan lain belum beroperasi pukul 3 pagi. Kami berlima dan tambahan dua orang lainnya yang juga akan menuju Ubung setuju saja diantar dengan mengeluarkan biaya tambahan lagi15rb/org. Saya kira permasalahan sudah selesai sampai di sini. Nyatanya si sopir preman menyatakan tarif tersebut adalah jika mobil penuh 10 orang. Jika ingin berangkat sekarang, harus bayar 20rb/orang. Kami menolak untuk membayar lebih, dan diminta untuk menunggu sisa tiga orang yang akan datang berikutnya.

Di sana ada 2 orang petugas LLAJ yang bertugas dan melihat kejadian tersebut. Ketika saya bertanya apakah hal tersebut wajar, ia hanya mengatakan "gak apa-apa, nego aja.."
Setelah medengar jawaban tersebut saya langsung paham kondisi terminal-dan petugas yang mungkin dikuasai preman tersebut.

Hampir setengah jam kami dibodohi karena disuruh menunggu, preman yang tadi bersama seorang temannya mendatangi kami dan negosiasi masalah harga. Kami meminta untuk diantarkan langsung ke Legian atau Poppies 2 saja. Mereka memberi harga 40rb/org yang kemudian kami tawar jadi 30rb/org. Setelah tawar menawar mereka memberi potongan 5rb/org, tapi kami tetap berkeras dengan harga semula. Enak saja, kami sudah dipaksa turun, rugi banyak dan dibodoh-bodohi. Setelah cukup lama tak ada kesepakatan, saya mengajak teman-teman saya untuk keluar dari area terminal. Di luar terminal ada angkutan mikrolet yang bersedia mengantarkan kami sampai ke Ubung dengan harga 10rb/org setelah tawar menawar.

Sopir mikrolet ini sebenarnya kucing-kucingan dan takut dengan sopir preman di dalam terminal. "Abang minta berapa, naik aja dulu, nanti ketahuan anjingnya susah saya." Katanya dengan gelagat takut dan terburu-buru.

Sesampainya di depan terminal Ubung, kami langsung didatangi oleh beberapa orang sopir angkot. Saat itu juga ada sebuah mobil AVP putih yang datang hampir berbarengan, yang ternyata sopir preman dari terminal Mengwi tadi. Ia marah-marah, mengancam, dan memaki saya menggunakan bahasa Bali, kemudian mengejar mikrolet yang tadi mengantarkan kami.

Saya sedikit shock dengan kejadian tersebut, tapi ya sudahlah, jadikan pengalaman. Kami naik angkot 15rb/org setelah tawar menawar, menuju Poppies 2 untuk mencari penginapan murah.

Tips: untuk bepergian bersama 2-4 orang, lebih baik menggunakan taksi. Selain lebih hemat, tentunya lebih aman dan nyaman. Saya pun saat itu juga sempat cek tarif taksi dan Uber, yang harganya kurang lebih sama (naik uber ada biaya tambahan 25rb/org di luar tarif, jika lebih dari 4 orang) karena penasaran dan mungkin saja bisa dapat harga termurah, makanya kami pilih ganti-ganti angkot.

2. Terminal Ubung
Rabu, 23 November 2016 pukul 1 siang waktu setempat. Kami tiba di Terminal Ubung setelah naik taksi dengan tarif 110rb dari Legian. Kami ingin bertolak ke Pelabuhan Gilimanuk, menyeberang ke Pelabuhan Ketapang, dan kemudian naik Kereta Api di stasiun Banyuwangi Baru untuk menuju Surabaya.

Baru saja turun dari taksi, dua orang teman saya yang tidak sigap kebingungan karena tasnya sudah dibawakan oleh preman-preman ke dalam terminal. Saya langsung marah-marah kepada teman saya kenapa gak bisa jaga tas sendiri. Akhirnya kami terpaksa harus mengikuti tas teman saya yang sudah dibawa ke dalam bus setelah preman-preman tersebut mendengar tujuan akhir kami adalah Surabaya.

Saya sempat bertanya kepada petugas LLAJ dan loket di terminal mengenai kejadian tersebut, lagi-lagi jawabannya membuat saya heran dan terperangah dengan kondisi terminal yang dikuasai preman-preman ini. "Gak apa-apa Mas ikutin aja, jangan dilawan, nego aja..."

Di dalam bus, kami dimintai uang 275rb untuk langsung sampai menuju Surabaya. Mahal! Kami kebingungan, kami meminta turun dengan alasan kami tidak bawa uang lebih dan hanya ingin turun di Gilimanuk. Tapi kami didorong-paksa duduk lagi. Main tangan!

"Sama aja, mau turun di mana harganya tetap sama, pukul rata 275rb!"
"Mau diskon? Bisa tapi di bagasi, mau?!"
"Ayo cepet, mana uangnya sini keluarin!"

Bersama beberapa penumpang lain, kami dikurung di dalam bus yang dihidupkan agar terlihat seperti akan segera berangkat. Kemudian kami diancam dan diperas paksa. Kami dirampok! Di dalam bus yang dikunci dengan lebih dari 8 orang preman, kami diintimidasi!

"Ayo mana uangnya cepet! Apa mau saya yang ambil sendiri?!"
"Jangan, jangan! Jangan ditusuk dulu! Jangan di-dor dulu!"
"Yasudah di dompetnya ada berapa, keluarin dulu nanti sisanya dibicarakan."

Setelah mengeluarkan berbagai alasan dan tawar menawar, kami diberi harga 220rb/org untuk sampai langsung ke terminal Purboyo Surabaya. Itupun terpaksa, karena uang teman saya sudah diambil-tarik paksa. Jumlahnya pun sudah disulap. Mau tidak mau saya yang sudah drop-down juga harus bayar sekian agar tidak terlalu rugi untuk bisa sampai Surabaya. Sisa kurangnya harus pergi ke Atm. Menuju ke Atm ini pun diantar salah seorang preman menggunakan motornya. Saya ambil seperlunya agar tidak dirampok lagi. Sesampainya kembali di terminal, saya malah dimintai uang ojek 50rb. Kurang ajar! Saya marah-marah dengan dalih tidak punya uang lagi dan hanya cukup bayar sisa buat bus.

Setelah urusan ancam-mengancam dan bayar-membayar ini selesai, kami dipindahkan ke dalam bus yang benar-benar akan berangkat. Rupanya bus yang tadi hanya untuk keperluan memeras dan mengintimidasi.

Di dalam bus, kenek dan sopir bus yang asli menanyai kami "gak sempat di apa-apain kan? Preman sini itu." Katanya dengan gelagat yang sedikit takut juga.
Saya takjub dengan kondisi terminal yang benar-benar dikuasai preman ini.
Beberapa penumpang lain malah ada yang dimintai uang 400rb. Gila! Bahkan saya melihat ada seorang perempuan yang sampai menangis karena diintimidasi.

Dengan kondisi angkutan umum yang seperti ini, saya tak heran lagi kenapa terminal Mengwi ditinggal penumpangnya. Kondisi fasilitas umum seperti toilet, dan lain-lainya saja rusak tidak bisa digunakan.

Aksi preman di Terminal Ubung sangat parah. Jika kalian ingin melancong ke Bali dengan cara backpakeran sebaiknya hindari saja terminal-terminal ini-walaupun sepertinya mustahil. Tapi jika ingin percaya dan dapat pengalaman sendiri, silakan saja.
Tapi, bukankah yang membuat preman-preman terminal ini tetap bisa makan dan seenaknya dengan merampas adalah karena adanya penumpang? Lalu, bagaimana kalau terminal Ubung ditinggalkan penumpangnya?

Saya sempat membaca beberapa artikel dan media cetak yang membahas preman-preman terminal di Mengwi dan Ubung ini. Tapi nyatanya pihak yang berwenang tidak bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan baik. Entahlah..

Mungkin ada yang ingin turun ke lapangan dan menguji coba faktanya. Traveler? Pihak yang berwenang atau yang bertanggung jawab mungkin? Pihak dishub? Asal jangan pihak berwenang setempat, yang mungkin bisa saja sudah dikuasai.

Silakan kunjungi https://cerkiku.blogspot.com/bobrokn...m-di-bali.html atau twitter.com/sandyitubt untuk melihat dan membaca komentar penumpang lain yang mengalami kejadian serupa.
Diubah oleh sandybt 26-11-2016 23:10
0
8K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan