Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

start.to.endAvatar border
TS
start.to.end
Sebut 5 Pahlawan Kafir, Dwi: Jangan Ajari Saya Toleransi
https://m.tempo.co/read/news/2016/12...saya-toleransi


TEMPO.CO , Depok - Dwi Estiningsih, kader Partai Keadilan Sejahtera yang dilaporkan ke polisi terkait dengan cuitannya di media sosial yang dianggap berbau SARA, mengatakan ia memahami makna toleransi. "Jadi, kalau soal toleransi, enggak usah ngajari saya," ujar Dwi saat ditemui di rumahnya di kawasan Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta, Rabu, 21 Desember 2016.

Dwi dilaporkan Forum Komunikasi Anak Pejuang Republik Indonesia ke Kepolisian Daerah Metro Jaya pada Rabu, 21 Desember 2016. Sebelumnya, lewat akun Twitter-nya, @estiningsihdwi, ibu empat anak itu menulis, “Luar biasa, negeri yang mayoritas Islam ini, dari ratusan pahlawan, terpilih 5 dari 11 adalah pahlawan kafir #lelah.” Dwi juga mencuit, "Iya sebagian kecil non muslim berjuang, mayoritas pengkhianat. Untung saya belajar #sejarah."

Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada yang kini berprofesi sebagai psikolog itu menuturkan kehidupan pribadi keluarganya sudah sangat Pancasilais. "Keluarga saya, bude-pakde saya nonmuslim itu biasa. Keluarga ibu saya juga Tionghoa, jadi batas-batas toleransi saya paham betul," kata perempuan yang mengajar sebagai dosen tamu di sejumlah universitas di Kota Yogyakarta itu.

Dwi menjelaskan, terkait dengan cuitannya soal gambar pahlawan muslim dan nonmuslim di mata uang baru yang menimbulkan pro-kontra, ia hanya merasa heran. "Dari mayoritas muslim, kok ini ada pahlawan, yang mungkin bagi muslim sendiri, merasa itu tidak menunjukkan jati diri identitas muslim. Kita tidak merasa memiliki, padahal setiap hari uang itu kita pegang," tutur Dwi.

Dwi menambahkan, dari pemilihan gambar pahlawan pada mata uang baru itu, ia ingin menekankan tentang asas keadilan. "Kalau mau toleransi itu jangan kemudian tebang pilih. Itu masalah bagi saya, meskipun orang mungkin melihat hal itu bukan masalah," ujarnya.

Menurut Dwi, dia ingin mengungkap persoalan, yang menurut orang bukan masalah, karena ia mengaku ingin mendidik masyarakat melalui media sosial, yakni menempatkan masalah pada tempatnya. Dengan adanya respons netizen atas cuitannya itu, dengan sebagian ada yang menyinggungnya, Dwi merasa hal itu bukan masalah.

"Zaman sekarang tidak bisa lagi dengan sanepo-sanepo (kiasan dalam bahasa Jawa untuk memperhalus kata-kata), enggak akan sampai informasi itu kepada publik, harus dengan kata apa adanya," ucap Dwi. Dengan polemik yang terjadi akibat cuitannya tersebut dan risiko yang dihadapi, Dwi menegaskan dia tak akan menghapus atau meralat cuitan di akun media sosialnya itu.

"Ini sikap saya. Saya tidak pernah menghapus
twit saya. Saya juga tak akan menghapus komentar orang atau memblokir akun orang," tutur Dwi. Ia menganggap perisakan terhadap dirinya akibat cuitan itu adalah bentuk perhatian. "Mereka meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mem- bully saya. Saya tetap hargai."

S2 psikopet udah pinter kaga perlu diajarin tong emoticon-Wkwkwk
0
6.6K
88
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan