lexathenaAvatar border
TS
lexathena
[H2H EVENT] The Erulian: Kisah Putri Lilian & Putri Vivian
SELAMAT DATANG !!


credit Image: thumbs.dreamstime.com



Alkisah di sebuah negeri antah berantah, tersebutlah sebuah kerajaan bernama Erulian. Erulian terkenal di seluruh negeri sebagai kerajaan yang makmur dan sejahtera. Sungai-sungai mengalir indah di sepanjang kerajaan. Ladang-ladang gandum tumbuh subur di sehamparan tanah kerajaan. Hewan-hewan liar berlarian riang tanpa beban, serta warganya yang selalu sehat dan berbahagia.

Spoiler for Ilustrasi:


Kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja yang bijak dan bersahaja bernama Raja Tristan. Berkat pernikahannya dengan Ratu Etalia, Raja Tristan dikarunia 2 orang putri yang cantik jelita. Putri pertama bernama Putri Vivian. Putri Vivian dianugerahi paras yang sempurna. Wajahnya cantik bak bidadari dari khayangan. Rambutnya berwarna emas berkilauan terurai panjang hingga pinggang. Matanya yang jernih sebening kristal juga sungguh menawan. Tidak diragukan, siapapun akan terpesona melihat kecantikan Putri Vivian.

Sedangkan putri kedua bernama Putri Lilian. Tidak seperti kakaknya, Putri Lilian tidak memiliki paras secantik Putri Vivian. Meski begitu, Putri Lilian dianugerahi suara yang amat merdu dan simpul senyum yang sungguh manis. Siapapun yang mendengar suara nyanyian Putri Lilian akan terhanyut dalam dunia melodi yang hangat dan menenangkan. Konon katanya, Putri Lilian pernah menghentikan perang saudara yang terjadi di Erulian hanya dengan nyanyiannya yang merdu. Dipadukan dengan senyum yang semanis buah persik, Putri Lilian menjelma menjadi sosok yang membuat semua orang senang berada di dekatnya.

Spoiler for Keluarga Cemara:


Kabar tentang keindahan suara dari Putri Lilian tersebar ke seluruh penjuru negeri. Para bangsawan hingga warga biasa dari kerajaan tetangga berbondong-bondong mengunjungi Erulian. Mereka datang hanya untuk mendengarkan Putri Lilian bernyanyi. Tentu saja Putri Lilian yang memang senang bernyanyi dengan senang hati menunjukan kebolehannya di depan semua tamu kerajaan. Mendengar lantunan indah nyanyian Putri Lilian, kebahagiaan tampak diwajah semua para tamu, melihat hal tersebut pun membuat Putri Lilian ikut bahagia.

Namun kebahagiaan tak dimiliki semua orang di Erulian saat itu. Putri Vivian tampak kesal melihat semua perhatian hanya tertuju pada Putri Lilian. Ia tidak terima bahwa tidak ada satu pun orang yang memperhatikannya. Padahal seharian Putri Vivian telah mempersiapkan riasan cantik dan memakai gaun terbaik yang dia miliki. Tapi apa daya, pesona yang dipancarkan oleh Putri Vivian masih kalah dibandingkan dengan keindahan suara Putri Lilian. Hal tersebutlah yang membuat Putri Vivian kesal.

"Huh, memang apa bagusnya nyanyian Lilian. Aku jauh lebih cantik dibanding Lilian. Seharusnya aku yang mendapat semua perhatian tersebut", ketus Vivian dalam hati.

Kini rasa kesal tersebut berubah menjadi rasa iri dan dengki. Perlahan, kebencian kepada adiknya mulai tumbuh menyelimuti Putri Vivian.



Rasa iri dan dengki Putri Vivian memuncak kala Erulian kedatangan utusan dari kerajaan tetangga yang mengirimkan undangan pesta dansa kepada Putri Lilian. Undangan tersebut datang dari Pangeran Raviel. Pangeran Raviel merupakan putra mahkota dari kerajaan Lorien yang terletak di sebelah Utara Erulian. Pangeran Raviel terkenal berkat parasnya yang sangat tampan. Dia gagah dan juga pandai bermain pedang. Tak ada gadis yang tidak mengagumi sosok Pangeran Raviel, begitu juga dengan Vivian dan Lilian. Mendapat undangan tersebut, Putri Lilian tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya. Pipinya memerah dan senyum-senyum kecil tak bisa lepas dari wajahnya.

"Tunggu, tak adakah undangan pesta tersebut untuk ku?", Tanya Putri Vivian kepada pengirim pesan tersebut

"Mohon maaf tuan putri, pangeran Raviel tidak memberikan undangan lainnya. Hanya itu yang bisa saya sampaikan"

Mendengar jawaban tersebut sontak membuat Vivian geram. Wajahnya merah padam karena amarah yang tidak dapat dipendam. Hatinya bertanya-tanya, "Kenapa diriku tidak diundang ke pesta dansa tersebut? Apakah pangeran Raviel tidak mengenalku? Kenapa dia tidak tertarik dengan kecantikanku?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut menyelimuti pikiran Vivian. Tapi sekeras apapun Vivian berpikir, jawabannya tidak pernah ia dapatkan.

Melihat kakaknya memasang wajah yang tampak amat kecewa, membuat Putri Lilian tersentuh hatinya. Ia merasa sangat bersalah karena ketidakpekaannya menunjukan kegembiraan dibalik perasaan kecewa yang dialami kakaknya. Dari raut wajahnya, Lilian mengetahui bahwa kakaknya juga sangat mengharapkan mendapat undangan pesta tersebut.

"Kakak, jika Kak Vivian mau, kakak bisa pergi berdua bersamaku ke pesta itu. Pangeran Raviel pasti bisa memaklumi", ujar Lilian lembut.

Namun bukannya mendapatkan rasa terima kasih, Lilian justru mendapat jawaban kasar dari kakaknya.

"Tidak usah sok baik kamu Lilian. Aku tidak butuh rasa kasihanmu", hardik Vivian seraya pergi menuju kamarnya.

Mendengar jawabanya dari kakaknya tersebut, hati Lilian sedikit hancur. Ia tidak menyangka niat baiknya justru membuat kakaknya bertambah marah. Tapi Lilian mencoba mengerti, mungkin kakaknya sedang dikuasai emosi hingga tidak mampu berpikir jernih, begitu pikir Lilian.



"Sudah cukup!,. sudah cukup Lilian mempermalukan ku dengan bersikap sok baik seperti itu. Aku harus membalasnya. Aku harus berbuat sesuatu", guman Putri Vivian sambil berjalan mondar-mandir di kamarnya. "Tapi bagaimana caranya?"

Di tengah kebingungannya, mendadak Putri Vivian teringat sebuah kisah yang selalu diceritakan ayahnya sewaktu kecil. Cerita tentang sebuah tempat yang tidak boleh didekati oleh siapapun, baik itu prajurit, penduduk, ataupun anggota kerajaan.

Di sebelah Selatan tidak jauh dari wilayah kerajaan Erulian terdapat sebuah hutan kabut yang keberadaannya dikeramatkan oleh penduduk Erulian. Konon, hutan tersebut adalah rumah tinggal dari penyihir jahat yang bernama Arabela. Desas-desus miring tentang kejahatan penyihir tersebut telah lama menjadi perbincangan oleh penduduk kerajaan. Ada yang pernah mendengar bahwa penyihir tersebut bisa berubah wujud menjadi berbagai hewan lalu menculik warga sekitar, ada yang pernah melihat penyihir tersebut mengutuk seorang pemuda menjadi seekor katak, bahkan ada desas-desus bahwa penyihir tersebut bisa mengabulkan permohonan apapun, namun sebagai gantinya dia akan mengutukmu seumur hidup. Oleh karena itu, kerajaan melarang keras kepada siapapun untuk mendekati hutan kabut tersebut.

"Itu dia", ujar Putri Vivian dalam hati. "Hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa membalas Lilian. Dan juga agar aku bisa pergi sendiri ke pesta dansa tanpa gangguan dari Lilian"

Keesokan harinya tanpa diketahui siapapun Putri Vivian pergi menuju hutan kabut. Meski rasa takut menyelimutinya, tapi tekad Putri Vivian sudah bulat, ia harus menemui penyihir tersebut. Rasa iri dan benci terhadap adiknya jauh lebih kuat dibanding rasa takutnya. Dengan sigap ia menyusuri hutan kabut itu. Duri dan semak belukar ia tidak pedulikan. Segala halang dan rintangan dalam hutan ia lewati dengan susah payah. Hingga tidak lama kemudian ia telah berada di tengah hutan. Tampak sebuah pondok kayu yang bentuknya sangat aneh berdiri di tepi rawa. Mungkin di situlah tempat si penyihir tinggal, pikir Vivian.

Spoiler for Witch House:


Tanpa pikir panjang Putri Vivian memasuki pondok itu. Bunyi lantai yang berderit mengiringi tiap langkah Putri Vivian di dalam pondok tersebut. Di dalam sungguh gelap, hanya ada sedikit cahaya matahari yang menyeleninap melalui sela-sela gorden yang tidak menutup sempurna. Bau-bau aneh menyelimuti seluruh ruangan. Tidak nampak siapapun, namun Putri Vivian yakin ada seseorang di dalam. Tiba-tiba Putri Vivian dikagetkan dengan sebuah tangan yang mencengkram pundaknya dari belakang. Sontak hal tersebut membuat Putri Vivian kaget hingga menjatuhkan dirinya ke lantai menjauhi tangan tersebut. Masih setengah kaget, Putri Vivian melihat sesosok wanita tua berdiri dihadapannya, yang dia yakin sosok itulah Penyihir Arabela yang ia cari.

"Kikikikkik, ada urusan apa gerangan Putri Kerajaan mendatangi pondok saya yang reyot ini?, kikikikik...", tanya sosok tersebut sambil tertawa ringkik.

Tidak seperti namanya yang cantik. Penyihir Arabela terlihat buruk rupa dengan kukunya yang kesemuanya hitam. Tingginya nyaris dua meter. Kulitnya hijau pucat dengan keriput dimana-mana dan rambutnya hitam panjang terurai berantakan. Hidungnya panjang yang ujungnya meruncing kebawah. Jika tersenyum akan tampak deretan gigi kuningnya yang tidak rata. Dan yang membuatnya lebih buruk, suara tertawanya yang terdengar sangat menyebalkan.

Spoiler for Mulustrasi:


"A-aku dengar, kau bisa mengabulkan permohonan apapun... be-benarkah itu?",tanya Putri Vivian terbata-bata karena merasa sedikit takut.

"Itu benar, tapi ada harga yang harus kamu bayarkan untuk setiap permintaan, kikikikikik.." Jawab Penyihir Arabela

"Ba-bagaimana dengan kutukannya?, aku dengar kau akan dikutuk seumur hidup jika meminta bantuanmu.."

"Huhuhuh, itu fitnah yang kejam Tuan Putri.. aku tidak akan sampai hati mengutuk wanita cantik seperti dirimu. Aku.. hanya.. akan.. mengutuk.. jika.. kamu melanggar perjanjian..", jawab Penyihir Arabela yang lagi-lagi diakhiri dengan ringkikan tawanya yang menyebalkan.

Mendengar jawaban tersebut membuat Putri Vivian sedikit lega. Paling tidak ia tidak perlu takut harus terkena kutukan.

"Baiklah, aku ingin kamu membuat adik ku, Putri Lilian, tidak bisa menggunakan mulutnya lagi.., tidak untuk bernyanyi, tidak untuk tersenyum, tidak untuk apapun", pinta Putri Vivian dengan semangat. "Oh, tapi dia masih boleh makan dan minum... dan gosok gigi", Ujar Putri Vivian menambahkan.

"Oh..oh..oh.. sayangku, permintaan yang sungguh kejam.. kikikikik", jawab Penyihir Arabela. "Itu permintaan yang besar tuan putri.. kau harus membayar mahal untuk permintaan tersebut", ujarnya menambahkan yang disaat bersamaan menyimpul senyum licik seolah ia merencanakan sesuatu yang jahat

"Aku tidak peduli. Aku ini Putri Kerajaan Erulian yang kaya dan makmur. Aku bisa membayarmu berapapun harganya..", ujar Putri Vivian dengan nada yang sombong.

Tampaknya rasa iri dan kebencian di hati Putri Vivian sudah sangat begitu dalam. Ia jadi tidak bisa berpikir sehat tentang segala resiko dan konsekuensinya. Yang hanya ia bisa pikirkan hanya bagaimana mencelakai Putri Lilian. Dengan begitu ia bisa pergi ke pesta dansa dengan Pangeran Raviel sendirian.

"Baiklah kalau begitu..., besok pagi ketika Putri Lilian terbangun dari tidurnya, ia tidak akan bisa menggunakan mulutnya lagi...kikikik"

"Bagus lah kalau begitu. Dan apa yang harus kubayarkan sebagai gantinya?", tanya Putri Vivian penasaran.

"Aku ingin kamu membawakanku 6 keping koin emas, 66 keping koin perak, dan 666 keping koin perunggu, semua dimasukan sama rata ke dalam 6 kantung sutera yang berbeda warna besok pukul 10 malam. Letakkan saja di batu besar yang berada di tepi hutan... ", jawab penyihir Arabela. "Tapi...ha-"

Namun sebelum penyihir tersebut menyelesaikan kata-katanya, Putri Vivian langsung memotong, "Itu mudah... Baiklah kalau begitu aku permisi dulu", kata Putri Vivian seraya berlari pergi seolah tidak mau berlama-lama berada di pondok tua tersebut.

"Oh..hoo.. sungguh gadis yang bersemangat...kikikiki", ujar Penyihir Arabela diakhiri tawa ringkihnya yang khas.



Benar saja, keesokan paginya seluruh istana digegerkan dengan kondisi yang dialami oleh Putri Lilian. Putri Lilian yang biasanya menyambut pagi dengan bernyanyi dan menyapa seisi istana, hanya terduduk di kasurnya menampakan wajah yang murung. Tak ada lagi simpul senyum tampak di wajahnya. Begitu juga ketika sang ibu Ratu Etalia atau sang ayah Raja Tristan mengajaknya bicara, tak sepatah kata pun terlontar dari mulut Putri Lilian. Ia hanya bisa menggeleng atau mengangguk. Dokter kerajaan hingga dokter terbaik di Erulian pun dipanggil untuk memeriksa keadaan Putri Lilian, namun sia-sia mereka tak menemukan sedikitpun kejanggalan atas kondisi kesehatan Putri Lilian.

Melihat kondisi tersebut, Putri Lilian tampak tersenyum senang. "Ternyata penyihir tersebut melakukan tugasnya dengan baik", ujar Vivian dalam hati.

----


"Ayahanda..", panggil Putri Vivian kepada ayahnya yang sedang berjalan menuju ruang singasana

"Ya, ada apa anakku?"

"Mengenai undangan pesta dansa dari Kerajaan Lorien malam ini. Lilian tidak mungkin pergi ke pesta tersebut dengan kondisi seperti itu. Dan bukankah akan sangat tidak sopan pada Pangeran Raviel jika kita tidak menghadiri pesta tersebut..."Jawab Putri Vivian menjelaskan.

"Ah benar juga.. jadi apa saranmu?"

"Jika berkenan, biarkan aku yang menggantikan Lilian menghadiri pesta dansa tersebut"

"Ide bagus.. Baiklah, kau boleh pergi ke pesta itu. Biar ayah kirim utusan ke kerajaan Lorien untuk mengabarkan hal tersebut."

"Baik ayah!", jawab Putri Vivian dengan wajah sumringah.

Bayangan tentang pesta dansa tersebut telah mengawang-ngawang di pikiran Putri Vivian. Ia membayangkan bagaimana semua orang di pesta akan memperhatikannya dan memuji kecantikannya. Kemudian Pangeran Raviel akan mengajaknya berdansa diiringi musik yang romantis. Ia akan berdansa sepanjang malam hingga mereka kelelahan, dan bayangan-bayangan indah lainnya tentang apa yang akan terjadi di pesta dansa nanti.

"Oh Malam... cepatlah datang..", begitu ujarnya kepada langit.



Akhirnya saat yang dinantikan oleh Putri Vivian tiba. Mengenakan gaun indah berwarna biru Putri Vivian melangkah penuh percaya diri memasuki istana kerajaan Lorien. Gaun yang dikenakan Putri Vivian sungguh indah, bertaburan ratusan berlian yang memantulkan cahaya ke segala arah. Kalung mutiara yang dikenakannya juga tidak kalah cantik melingkar mantap di lehernya yang jenjang. Setiap langkah yang ia buat, membuat rambutnya yang berkilauan menebar harum perpaduan buah cherry dan almond. Kehadiran Putri Vivian mengalihkan setiap pandangan orang-orang yang berada di ruangan pesta tersebut. Putri Vivian tau betul itu, bahwa semua orang sedang memperhatikannya. Dan hal itu membuatnya bahagia. Di tengah ruangan, Pangeran Raviel menyambut hangat kedatangan Putri Vivian dengan senyumnya yang menawan.

Spoiler for Mulistrasi:


"Selamat datang, Putri Vivian.. Senang bisa menerima kehadiran anda di Istana Lorien", sambut Pangeran Raviel seraya mencium punggung tangan Putri Vivian. "Saya turut menyesal tentang apa yang terjadi dengan Putri Lilian"

"Terima kasih Pangeran Raviel. Saya juga sangat senang bisa menghadiri pesta ini", jawab Putri Vivian.

"Meskipun amat disesalkan, kita jadi tidak bisa mendengar nyanyian indah Putri Lilian", ujar Pangeran Raviel dengan nada kecewa. "Tapi tidak apa-apa, kehadiran gadis secantik Putri Vivian sudah lebih dari cukup untuk mengobati kekecewaan saya"

Mendengar pujian tersebut Putri Vivian tidak bisa melepaskan senyum dari wajahnya. Ia sungguh amat bahagia. Wajahnya memerah karena malu sekaligus senang. Ia amat bersyukur bisa pergi ke pesta ini sendirian. Jika ia pergi bersama Lilian mungkin ia tidak akan mendapat semua perhatian ini, pikir Putri Vivian.

----


Bersambung ke bawah..
Diubah oleh lexathena 22-12-2016 18:51
0
1.7K
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan