Gianluca Lapadula tengah menjadi perhatian. Penyerang yang sebelumnya diprediksi hanya akan menjadi pelapis dari Carlos Bacca tersebut justru kini menjadi andalan AC Milan di lini depan menggusur penyerang asal Kolombia tersebut dari tim utama Rossoneri. Keputusan Milan untuk mendatangkannya dan memberikannya nomor punggung sembilan--yang identik dengan Filippo Inzaghi--kini mulai berbuah manis.

Sedikit yang mengetahui Lapadula sebenarnya sempat mengenyam pendidikan di akademi Juventus. Lahir di Turin, Lapadula bergabung dengan akademi Bianconeri pada tahun 1999. Lima tahun berada di akademi Juve, Lapadula sebenarnya mampu menunjukkan penampilan yang cukup baik. Namun, nilai akademisnya yang buruk pun membuat Juve memutuskan untuk melepas Lapadula ke Rivoli--yang kemudian meminjamkannya ke Treviso.

Tiga tahun merantau, Lapadula akhirnya kembali ke region kelahirannya, Piedmont, ketika bergabung dengan Pro Vercelli. Meskipun hanya berstatus sebagai pemain tim kedua, Lapadula nampaknya cukup menarik perhatian klub lain dan Ivrea pun memutuskan untuk mendatangkannya. Semusim bersama Ivrea, Lapadula akhirnya memulai petualangannya di Serie A bersama Parma.



Status Lapadula adalah pemain Parma selama tiga tahun dari 2009 dari 2012. Namun, ia tidak sekalipun merasakan bermain bersama tim utama Gialloblu. Tiga masa peminjaman ia alami sebagai pemain Parma: masing-masing ke Atletico Roma, Ravenna, dan San Marino Calcio. Bersama klub terakhir, Lapadula berhasil menunjukkan kualitas mencetak golnya. Meskipun hanya bermain di liga amatir, raihan 24 gol dari 35 penampilan jelas merupakan raihan yang cukup spesial. Terlebih, kala itu Lapadula masih berusia cukup muda yaitu 21 tahun.

Setelah sempat berada dalam status kepemilikan bersama antara Cesena dan Parma, status Lapadula akhirnya kembali menjadi pemain Parma pada 2013. Lagi-lagi, ia harus dipinjamkan ke klub lain demi waktu bermain. Salah satu dimana ia cukup bersinar adalah kala dipinjamkan ke klub Slovenia, Gorica, dimana 14 gol yang ia cetak mengantarkan Gorica memenangkan Slovenian Cup. Setelah satu masa peminjaman berikutnya ke Teramo dan bangkrutnya Parma, Lapadula kemudian direkrut oleh Pescara, kala itu dilatih oleh Massimo Oddo.

Bersama Pescara, Lapadula seakan mengangkat pesona dirinya ke panggung yang lebih besar. 27 gol yang ia cetak di Serie B mengantarkannya menjadi topskor sekaligus membawa Pescara kembali ke Serie A. Setelah musim panas yang ramai dengan rumor kepindahannya--termasuk oleh mantan klubnya, Juventus--Lapadula akhirnya menjadikan Milan sebagai pelabuhan berikutnya dan hingga kini mengukir cerita indahnya sendiri bersama tim asuhan Vincenzo Montella. Bahkan, penampilannya itu tidak luput dari pantauan Giampiero Ventura yang sudah memanggilnya untuk bergabung dengan skuat timnas Italia pada jeda internasional lalu.

Lapadula saat masih berseragam Pescara

Selain karena masalah disiplin yang tengah dihadapi Bacca, keberhasilan Lapadula menjadi penyerang utama Milan adalah kemampuannya beradaptasi secara taktis. Riwayat bermainnya yang kerap dipinjamkan ke klub lain mungkin sedikit banyak berpengaruh pada hal ini. Selain itu, Lapadula juga cukup ahli dalam membawa bola di kakinya, tidak seperti Bacca yang mengandalkan pergerakan di kotak penalti. Meski begitu, untuk urusan finishing mungkin Lapadula masih berada dibawah Bacca.

Perjalanan Bacca mungkin sedikit banyak mengingatkan kita tentang Rickie Lamberti dan Jamie Vardy di Premier League. Sama-sama banyak malang-melintang di divisi-divisi bawah negaranya, Lambert dan Vardy akhirnya berhasil mencuri perhatian internasional kala bermain menawan di divisi teratas. Kini, giliran Lapadula untuk meneruskan tren Cinderella tersebut dan meyakinkan publik bahwa ia memang pantas menjadi andalan klub sekaliber Rossoneri dan kelak, timnas Italia.