Foto ilustrasi, menunjukkan suasana selebrasi kelompok pembela hak kelompok LGBT di depan Mahkamah Agung Amerika Serikat, saat pelegalan pernikahan sejenis (Juni 2015).
Penggerebekan terjadi di Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu malam (26/11). Polisi mengamankan 13 orang, yang dituding sebagai gay dan konon sedang melakukan "pesta seks".

Tudingan itu datang dari Front Pembela Islam (FPI). Kelompok garis keras yang dikenal dengan aksi-aksi kontroversial itu memang jadi motor di balik penggerebekan ini.

Sejak Sabtu (26/11), kabar soal adanya "pesta seks gay" tersiar melalui pesan berantai di lingkaran pengurus dan anggota FPI. Jelang tengah malam, penggerebekan pun dilakukan oleh sekitar 50 anggota FPI.

The Jakarta Post mengutip keterangan seorang sumber anonim--menyembunyikan identitas karena alasan privasi dan keamanan--soal aksi itu. Menurut dia, massa FPI berdatangan sekitar pukul 23.30 WIB ke salah satu menara dalam kompleks apartemen. Massa riuh meneriakkan "Allahu Akbar!".

Adapun aparat Kepolisian Sektor Pancoran baru datang lepas tengah malam. Polisi lantas menggelandang 13 orang pria dari salah satu unit apartemen.

Namun, polisi akhirnya melepas mereka karena tidak terbukti melakukan pidana. "Sudah dipulangkan karena enggak ada pidananya," kata Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Iwan Kurniawan, dikutip detikcom, Senin (28/11).

Dalam pemeriksaan, kata Iwan, belasan pria itu mengaku pertemuan mereka sekadar membahas persiapan sebuah acara di Puncak, Bogor.

Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa 13 pria itu tengah bermain kartu saat penggerebekan. Konon, dalam permainan itu, seseorang yang kalah mesti membuka baju sebagai hukuman.

Adapun Iwan menjelaskan bahwa para pria itu "hanya duduk-duduk dan memakai baju" saat polisi tiba di lokasi.

Di sisi berbeda, penggerebekan ini mendapat kecaman dari Perkumpulan Suara Kita, kelompok pembela hak-hak LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) di Indonesia.

Suara Kita, tulis Reuters, berpendapat bahwa penggerebekan itu telah menyalahi privasi. Hal yang sama disampaikan akun Twitter, @HartoyoMdn--dikenal milik Hartoyo, Ketua Perkumpulan Suara Kita.
Polisi harus didik warga, bahwa masuk ke ruang pribadi org lain adalah TINDAKAN KRIMINA, kecuali ada pelanggaran hukum. @DivHumasPolri
— Hartoyo (@HartoyoMdn) November 27, 2016 Hub sex sesama org dewasa suka ama suka tak ada hukumanya kecuali ada unsur eksploitasi. Polisi harus jelaskan it pd publik. @DivHumasPolri
— Hartoyo (@HartoyoMdn) November 27, 2016
Apa yang disampaikan Hartoyo dan Suara Kita--serta pelepasan 13 pria oleh polisi--ada benarnya. Pasalnya, Indonesia tidak punya hukum pidana yang bisa menjerat homoseksual.

Artikel di Klinik Hukum Online menjelaskan, legalitas homoseksual dan perkimpoian sejenis memang tidak ada di Indonesia. Meski demikian, tiada pula aturan tegas yang melarang homoseksual antar orang dewasa.

Larangan homoseksual cuman termaktub pada Pasal 292 KUHP. Pun hanya melarang "perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin" yang belum cukup umur.

Sekadar catatan, belakangan muncul wacana untuk memasukkan perbuatan homoseksual dalam RUU KUHP. Termasuk lewat upaya pengujian pasal kesusilaan yang diajukan beberapa kelompok ke Mahkamah Konstitusi.

Soal pengujian pasal kesusilaan itu, dalam wawancara dengan BBC Indonesia (19 Oktober 2016), Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengatakan tidak perlu ada perubahan hukum berkenaan homoseksual.

Jokowi juga menyatakan, polisi harus memberikan perlindungan bila ada diskriminasi terhadap kelompok minoritas (termasuk LGBT). "Polisi harus bertindak. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap siapa pun."



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...bukan-kriminal

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Ketakutan Ahok dan proyek-proyek yang gagal

- Pamer rush money, ternyata uang SPP

- Perlawanan Bonek demi Persebaya takkan berhenti