Beberapa hari yang lalu datang customer naik motor honda beat dan berpakaian casual.

Beliau bertanya mengenai produk patung malaikat untuk makam orangtuanya di Sumatera Utara.

Obrolan menjadi agak melenceng hingga saya bertanya bagaimana beliau memulai hidup di Jakarta.

Beliau adalah seorang S-1 Teknik Industri yang sempat bekerja di BUMN dan kena pecat di th 1999.

Karena tidak ada pekerjaan akhirnya melamar menjadi kuli bangunan untuk bertahan hidup.

Berkat kerja keras selama bertahun-tahun akhirnya beliau berani menjadi pemborong.

Hingga sekarang beliau sudah memiliki banyak properti di PIK.

Tetangga beliau dari zaman susah adalah pemilik POJOK BUSANA dan PABRIK POLO.

Sekarang di umur yang matang sudah mapan dan tetap bekerja keras dalam kehidupan yang sederhana.

Ternyata di usia matang masih sambil kuliah di Amrik ambil gelar Phd. Luarrrr biasaaaa !!!

Saya mendapat kuliah umum di rumah sambil minum Aqua gelas dan duduk di lantai bersama beliau.

Obrolan tanpa sengaja yang tidak terasa sudah berlalu 90 menit lamanya.

Benar-benar mengesankan...


Saya berharap semakin banyak orang yang memiliki jiwa petarung sehingga iri dengki akibat kesenjangan sosial dapat teratasi.



=============================================



Kalau dilihat adanya kesenjangan sosial secara ekonomi antara pribumi dan pendatang adalah sebuah kebenaran.

Jiwa petarung dimiliki perantau.

Di awal kedatangan mereka berusaha bertahan hidup agar perut terisi.

Seiring berjalannya waktu berkat usaha yang gigih mereka mampu mengisi tabungan.

Dan selanjutnya menikmati kemapanan.

Sedangkan banyak pribumi yang "maaf" hidup tanpa tujuan dan bergantung pada warisan.

Coba datang ke pasar glodok, tanah abang, senen, dan lain-lain. Bagaimana logat mereka ? Banyak pendatang bukan ?

Setuju ?