Kali ini, ane mencoba membagikan kisah Ahok yang selama ini kerap diserang dengan Isu SARA tiap kali mengikuti kontestasi politik di Indonesia..So, semoga pandangan yang ane bagikan ini menjadi motivasi bagi kita untuk lebih menubah cara pandang kita dengan menghindari Konflik SARA..
Btw...Mohon dan SHARE nya yaah...Kalau ada cendolnya. Boleh Juga..hehehe..
Quote:
Spoiler for Sampul Buku "Merubah Indonesia":
Basuki Tjahaja Purnama ternyata bukan kali pertama berurusan mendapat penentangan oleh beberapa pihak saat akan menjadi kepala daerah. Pada saat maju menjadi Bupati Belitung Timur pada tahun 2004, dia juga sempat dijegal dengan menggunakan isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Kisah ini kembali terulang pada saat maju sebagai calon Gubernur Bangka Belitung tahun 2007. Bahkan kala itu, Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid turut mendukung langkah pria kelahiran Belitung Timur. Walaupun pada akhirnya dia harus kalah oleh rivalnya, Eko Maulana Ali.
Kini, Basuki atau akrab disapa Ahok ini kembali mengalami permasalahan yang serupa saat akan maju dalam Pilkada DKI 2017. Mengulas perbedaan pendapat ini, dia pernah menuturkan pengalamannya dalam buku Merubah Indonesia terbitan Center For Democration and Transparant tahun 2008.
Pada halaman 40, bapak tiga orang putra ini menuliskan subjudul 'Berlindung Di Balik Ayat Suci'. Selama karir politiknya, dia sudah pernah menjadi Ketua cabang, melakukan verifikasi, sampai mengikuti pemilu, kampanye pemilihan bupati, bahkan sampai gubernur.
Dalam perjalanannya ada ayat yang sama digunakan untuk memecah belah rakyat dengan tujuan memuluskan jalan mendapatkan kekuasaan. Ayat tersebut sengaja disebar oleh oknum-oknum elite karena tidak dapat bersaing dengan visi misi program dan integritas pribadinya.
"Mereka berusaha berlindung di balik ayat-ayat suci itu agar rakyat dengan konsep 'seiman' memilihnya," tulis Ahok dalam buku itu.
Quote:
Spoiler for Pandangan Ahok Terkait Penyalahgunaan Ayat Suci Dalam Politik:
Politisi yang pernah bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) ini akhir mencari tahu latar belakang ayat suci tersebut. Berdasarkan informasi dari beberapa teman ternyata ayat tersebut diturunkan pada saat adanya orang-orang muslim yang ingin membunuh Nabi Besar Muhammad SAW dengan cara membuat koalisi dengan kelompok Nasrani dan Yahudi.
"Jadi jelas bukan dalam rangka memilih kepala pemerintahan, karena NKRI kepala pemerintahan bukanlah kepala agama/imam kepala," terangnya.
Bahkan, mantan politisi Partai Golkar ini mengungkapkan, dalam Agama Kristen juga ada ayat suci yang menjadi pelindung bagi segelintir oknum elite, surat Galatia 6:10. Surat tersebut berisikan, selama kita masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita.
"Karena kondisi banyaknya oknum elite yang pengecut dan tidak bisa menang dalam pesta demokrasi dan akhirnya mengandalkan hitungan suara berdasarkan se-SARA tadi, maka betapa banyaknya sumber daya manusia dan ekonomi yang kita sia-siakan," ujarnya.
Pemahaman inilah yang akhirnya membuat masyarakat tidak mendapatkan pemimpin yang terbaik dari yang terbaik. Karena akhirnya suara rakyat memang diarahkan, diajari, dihasut untuk memilih sesuai dengan kepentingan oknum elite politik.
"Seorang putra terbaik bersuku Padang dan Batak Islam tidak mungkin menjadi pemimpin di Sulawesi. Apalagi di Papua. Hal yang sama seorang Papua, tidak mungkin menjadi pemimpin di Aceh atau Padang," tutupnya.
Menurut kesimpulan ane..Marilah kita menjaga kesucian Agama kita dengan tidak menjadikannya sebagai ALAT POLITIK. Agama itu pada dasarnya suci, tidak layak dijadikan alat untuk kepentingan2 duniawi, termasuk dalam hal perebutan kekuasaan. Kapan bangsa ini mau dewasa, jika kita terus - terusan berseteru dan beradu domba hanya gara - gara sentimen SARA?? Ayo berbenah! Lindungi persatuan bangsa ini dengan terus memelihara kerukunan dan rasa saling menghargai setiap perbedaan. Perbedaan itu adalah kekayaan bangsa kita, karena berbedalah, Bangsa Ini menjadi Besar!
SALAM DAMAI UNTUK KITA SEMUA...NKRI SATU, MERDEKA!