Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mat_indonAvatar border
TS
mat_indon
Ricuh, Wartawan Kompas TV Dipukul Pendemo
Ricuh, Wartawan Kompas TV Dipukul Pendemo

SUMBER: http://www.suara.com/news/2016/11/04...ipukul-pendemo

Jum'at, 04 November 2016 | 20:02 WIB

Suara.com - Sejumlah ormas Islam yang berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (4/11/2016) malam melakukan intimidasi dan tindakan kekerasan terhadap jurnalis. Jurnalis yang menjadi korban intimidasi dan tindak kekerasan massa adalah dua orang jurnalis dari Kompas TV, yaitu Muhammad Guntur (juru kamera) dan Mutiara (reporter).

Kejadian ini bermula ketika Juru Kamera Kompas TV, Guntur tengah mengambil gambar beberapa massa yang hendak melempar botol ke arah aparat Kepolisian. Kemudian, beberapa massa yang melihat Guntur menyorot kejadian itu tak terima direkam lalu mengerubungi.

"Tadi kami sedang live, saya melihat ada massa yang melempar botol ke arah Polisi dan saya ambil gambarnya (rekam). Tapi ada seorang ustad (korlap) menunjuk-nunjuk saya dan meneriakkan turunkan gambarnya, lalu saya turunkan. Kemudian saya ditarik dan tiba-tiba sudah dikerumuni dan dipukul dari belakang kepala saya," kata Guntur di lokasi.

Beruntung, kedua jurnalis ini diamankan pendemo lainnya dari amukan massa yang emosi. Diantara massa itu ada yang berteriak bahwa Kompas TV adalah media provokator, karena dianggap pemberitaan media ini tidak mendukung aksi demonstrasi mereka.

Guntur mengaku, selain mengalami pemukulan oleh massa, ia juga sempat diancam dan identitasnya diambil. "Mereka mengambil dua buah ID Pers saya, dan menarik kabel kamera saya sampai putus. Kemudian memori card kamera saya hasil rekaman juga diambil," ujar dia.

Setelah mendapatkan intimidasi dan kekerasan itu, keduanya diamankan oleh aparat kepolisian dari amukan massa tersebut. Mereka dikawan oleh Polisi keluar dari kerumunan massa. Kini kedua jurnalis Kompas TV ini telah diamankan di depan kantor Wakil Presiden, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.

Saat ditanya apakah akan melaporkan kepada aparat kepolisian atas tindakan kekerasan yang ia alami itu, Guntur mengaku melaporkan terlebih dahulu ke kantornya.

-------

Din Syamsuddin: Kamerawan Kompas TV Bukan Provokator
Minggu, 6 November 2016 | 16:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Tudingan provokator yang ditujukan pada kamerawan Kompas TV Muhammad Guntur yang beredar di media sosial adalah hoax. Tudingan itu beredar pasca-aksi damai 4 November yang diwarnai kericuhan di depan Istana Merdeka, Jalan Merdeka Utara, sekitar pukul 19.00.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin dalam pesan Whatsapp yang diterima Kompas.com, Minggu (6/11/2016), mengatakan, ia mengenal Guntur.

"Dia meliput di lapangan Aksi Damai 4 November 2016 dan bukan provokator," kata Din.

Pesan Din mengklarifikasi tudingan terhadap Guntur tersebar berantai. Dihubung Kompas.com Din mengakui pesan itu memang ia tulis untuk meluruskan informasi yang tidak benar.

Berikut pesan lengkap Din Syamsuddin.

Ikhwany al-A'izza',

Wartawan dlm gambar di atas adalah Mas Muhammad Guntur, kamerawan Kompas TV, yg saya kenal. Dia meliput di lapangan Aksi Damai 4 November 2016 dan bukan provokator.

Utk diketahui, Kompas TV adalah satu dari dua TV Berita Nasional yg menyiarkan secara langsung Aksi Damai secara objektif dan proporsional.

Kebetulan pada sesi pra shalat Jum'at saya bersama Prof. Azra (Azyumardi Azra-red) menjadi narasumber di studio, dan pada sesi pasca shalat Jum'at Dr. Abdul Mukti, Sekum PP Muhammadiyah, dan Dr. Gun Gun Heryanto, dosen fakultas dakwah UIN Jakarta, yg jadi narasumber.

Mohon maklum dan tdk disebarluaskan Kompas TV sbg anti Aksi Damai. Silakan lihat rekaman siarannya sepanjang hari Jum'at.

Saya bahkan menyampaikan terima kasih atas peliputan Kompas TV yg simpatik.

Syukran.
Salam, Din Syamsuddin.


Tudingan provokator

Tudingan provokator diunggah akun Azzam Mujahid Izzulhaq di Facebook pada Sabtu, (5/11/2016). Ia menulis pada statusnya,

"Provaktor kericuhan ini, sebelumnya ditangkap aparat kepolisian setelah melakukan aksi provokasi dengan melempar botol minuman dari arah demonstran ke arah petugas keamanan. Ia mengaku wartawan salah satu media (Kompas).

Tetiba, sosok wajah dan tubuhnya hadir di Kompas TV dan telah berubah status menjadi korban kericuhan."


Hingga berita ini dibuat, informasi tidak benar tersebut telah di-share lebih dari 7.000 kali.



Dirampas dan dipukul

Yang terjadi sesungguhnya, Guntur tengah menjalankan tugas jurnalistiknya mengambil gambar saat kericuhan terjadi. Sebagai jurnalis, tugas Guntur melakukan reportase dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Seperti ditayangkan di Kompas TV, Guntur bercerita, saat itu ia tengah meliput aksi di jalan veteran, antara Istana Merdeka dan Gedung Mahkamah Agung. Posisinya berada di tengah, antara barikade polisi dan massa demonstran.

Tiba-tiba, kata Guntur, ada lemparan botol air mineral dari arah massa ke arah polisi yang disusul dengan aksi saling dorong antara pengunjuk rasa dan polisi.

Saat Guntur tengah mengambil gambar, salah seorang pengunjuk rasa menghardiknya, "Ngapain lu ngambil gambar." Guntur ditarik oleh sekelompok pengunjuk rasa itu ke tengah kerumunan mereka.

Kartu identitas wartawan yang dikenakan Guntur dirampas. Mereka juga merampas memory card dan kabel.

Dua orang dari kerumunan massa lantas membawanya menjauh dari para pengunjuk rasa yang marah. Sambil jalan, sejumlah orang memukul kepala guntur.

Sudah dipukul, Guntur difitnah sebagai provokator di media sosial. Perbuatan sejumlah orang yang menghalangi kerja jurnalistik Guntur adalah tindak pidana, pelanggaran terhadap Undang-undang Pers.
----
FOTO Wartawan Kompas TV Diteriaki Provokator

Massa Aksi Bela Islam masih berlangsung di Jalan Veteran III, Komplek Kepresidenan, Jakarta Pusat hingga malam ini. Massa masih mencoba memaksakan diri menembus penjagaan aparat keamanan agar bisa menduduki Istana Presiden. Aparat keamanan tetap sigap melaksanakan tugasnya untuk tidak sampai massa memasuki Istana Presiden.

Jumat (4/11/2016) sekitar pukul 18:45 terjadi keributan di tengah massa. Ada yang berteriak provokator, ternyata yang diteriaki Provokator adalah Wartawan Kompas Tv yakni Guntur dan Muthya. Massa mengambil memori serta ID Pers, Guntur berhasil dikeluarkan dari kerumunan massa hingga ditempat di lokasi yang aman.

Kepada Obsessionnews.com Guntur menceritakan dia berada di tengah massa untuk mengambil gambar secara langsung. Tiba-tiba dari kerumunan massa ada yang berteriak siapa yang mengambil gambar. Guntur menjawab bahwa dirinya dari Kompas Tv, seketika para massa menyebut dirinya dari media provokator padahal saat itu dirinya sedang mengambil gambar secara langsung. Tiba-tiba kedua peralatan memori serta ID pers di rebut dan bagian kepala bagian belakang di pukul dua kali.

Guntur tidak menyebutkan dari mana bendera massa demonstrasi tersebut. (Aprilia Rahapit/Obsessionnews.com)

Foto-foto selengkapnya bisa dilihat di https://obsessionnews.com/foto-warta...ki-provokator/


-----
Menurut orang yang mengaku saksi di TKP: Wartawan kompas ini melempar botol air ke polisi lalu merekam kejadian2 berikutnya.

Menurut Kompas: Massa pendemo ada sebagian yang tak suka aksi lempar botol direkam. Saat ketahuan dan direkam, mereka memfitnah wartawan Kompas.

Ane pikir ini gara2 massa tidak suka dengan Kompas, salah satu media yang mereka tidak sukai, yang mereka anggap sebagai media provokator.

Ane sih lebih percaya cerita wartawannya emoticon-Peace

Diubah oleh mat_indon 06-11-2016 13:18
0
3.2K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan