Kapolda Kalbar, Irjen Pol Musyafak (kedua kanan) memperlihatkan barang bukti kejahatan investasi bodong di Mapolda Kalbar, Selasa (1/11). Tahun ini, setidaknya ada duit Rp5,8 triliun duit masyarakat lenyap karena investasi bodong.
Jutaan orang tertipu penipuan investasi alias investasi bodong. Puluhan triliun dana masyarakat lenyap akibat investasi bodong. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menaksir, dalam lima tahun terakhir puluhan triliun rupiah uang masyarakat menguap karena investasi bodong.

"Dana yang dihimpun ini dana masyarakat selama lima tahun terakhir mencapai Rp50 triliun," tutur Direktur Kebijakan dan Dukungan Penyidikan OJK, Tongam L. Tobing di Kantor OJK, Jakarta Selasa (1/11) seperti dilansir Detik Finance. Menurut Tongam, sebagian kasus ini sudah masuk pengadilan dan sebagian lagi masih penyidikan.

Namun, nilai kerugian kemungkinan lebih besar. Menurut perincian Kontan, hanya pada tahun 2012, tercatat kerugian investasi bodong ini lebih dari Rp53,8 triliun. Tahun itu, kasus terbesar adalah investasi asal Malaysia, GTIS alias PT Golden Traders Indonesia Syariah. Tipu-tipu ini berhasil mendulang uang hingga Rp45 triliun.

Setahun kemudian, tercatat ada duit Rp5,2 triliun dana publik lenyap. Lalu modus yang sama berhasil menelan uang Rp3,3 triliun. Jumlah itu hanya yang berhasil dicatat.

Pada kasus terakhir, tahun ini, OJK dan Satgas Waspada Investasi mencatat, ada tiga perusahaan investasi melanggar hukum. Ketiganya dinyatakan sebagai perusahaan investasi yang tidak memiliki izin dari OJK.

Mereka adalah PT Cakrabuana Sukses Indonesia (CSI), PT Dream for Freedom, dan UN Swissindo. Ketiga perusahaan tersebut menghimpun dana masyarakat mencapai Rp 5,8 triliun. Ketiganya berhasil menjerat lebih dari sejuta orang masuk dalam perangkap tipu-tipu.

Tongam memperinci, Dream for Freedom menjerat 700 ribu peserta dan meraup Rp3,5 triliun. Kemudian CSI hanya menipu tujuh ribu korban. Tapi dana yang dihimpun sampai Rp2 triliun.

Besarnya dana yang masuk ke perusahaan investasi bodong disebabkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang keuangan dan produk investasi. Akibatnya, mereka mudah tergiur dengan investasi yang memiliki imbal hasil yang tinggi.

Tahun ini, hingga Oktober, OJK mencatat ada 430 laporan dari masyarakat terkait investasi bodong. Masyarakat banyak yang bertanya tentang status perusahaan yang menawarkan produk investasi.

Dalam sejarah di Indonesia, investasi bodong pertama yang berhasil dilacak Kontan adalah Wesel Berantai, pada tahun 1975 di Jakarta. Modusnya, peserta diminta menyetor Rp800 lima kali, ditambah Rp300. Mereka dijanjikan memperoleh Rp2,7 juta. Jumlah yang sangat besar pada tahun itu. Imbal hasil investasinya memang di luar nalar, 150.458 persen per tahun. Jumlah ini 10.030 kali lebih besar dibanding imbal hasil investasi deposito.

Investasi bodong selalu memiliki ciri yang mirip. Menurut Irhamsah, Analis Senior Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan OJK, manfaat yang dijanjikan selalu besar. "Keuntungan yang besar dan tidak wajar," tuturnya, Senin (29/8) seperti dikutip dari Bisnis.com.

Investasi jenis ini biasanya ditawarkan secara online, tak jelas domisili usahanya, dan tidak dapat berinteraksi secara fisik. Dana yang 'diinvestasikan' umumnya pada proyek-proyek di luar negeri.

"Jika terdapat underlying (turunan) berupa barang, maka harga barang tersebut tidak wajar jika dibandingkan dengan barang sejenis yang dijual di pasar," kata dia. Karakter lainnya adalah, bersifat berantai atau member get member atau hanya memutar uang antarnasabah investasi.

Dalam kasus lain, penipuan investasi ini kerap menggunakan tokoh publik sebagai magnet pemikat. Kasus GTIS, tokoh politik dan tokoh agama dipakai untuk menjaring korban.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...vestasi-bodong

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Kabar bohong merayap jelang aksi 4 November

- Penurunan Patung Buddha dan spanduk intoleran di Tanjungbalai

- Mengenang Tsar Bomba, bom nuklir terbesar yang pernah diledakkan