BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Penurunan Patung Buddha dan spanduk intoleran di Tanjungbalai

Patung Buddha Amitabha dari Vihara Tri Ratna (kiri) dan Spanduk yang memuat larangan untuk mennggunakan bahasa asing (kanan). Kedua insiden ini terjadi di Tanjungbalai, Sumatera Utara, dalam sepekan terakhir.
Sepekan terakhir, dua insiden intoleran terjadi Tanjungbalai, Sumatera Utara.

Insiden pertama adalah penurunan Patung Buddha Amitabha dari Vihara Tri Ratna, Tanjungbalai. Patung setinggi enam meter itu diturunkan pada Kamis (27/10), dan dipindahkan ke area halaman vihara yang sama.

Setara Institute, dikutip BBC Indonesia, menyebut bahwa insiden ini bisa menjadi preseden buruk dan menunjukkan tunduknya aparat terhadap kelompok intoleran.

"Akan selalu muncul kasus semacam ini di tempat lain selama pemerintah tidak memperlihatkan ketegasannya untuk melindungi kelompok minoritas," kata Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos

Dalam kacamata Bonar, penurunan patung itu tak perlu terjadi sebab berada di area rumah ibadah. "Setiap agama, kelompok mempunyai otoritas untuk bukan hanya mempraktikkan agamanya tetapi juga membuat rumah ibadah yang nyaman bagi mereka, seperti yang terjadi di Tanjung Balai," kata dia.

Adapun Patung Buddha itu mulai berdiri dan diresmikan pada 2009. Namun, medio 2010, sejumlah suara keberatan bermunculan.

Waspada.co.id menulis, organisasi Gerakan Islam Bersatu (GIB) menyatakan keberatan atas keberadaan patung itu, yang dinilai menghilangkan identitas Tanjungbalai sebagai wilayah berpenduduk mayoritas muslim.

Keberadaan patung itu dianggap ikut memicu konflik bernuansa SARA, yang terjadi di Tanjungbalai, pada akhir Juli 2016.

Kesepakatan penurunan patung terjadi pada awal September 2016, melalui dialog antara Wali Kota Tanjung Balai M Syahrial, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Tanjung Balai, serta perwakilan dari Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Yayasan Vihara Tri Ratna.

Ketua Yayasan Tri Ratna, Pek Tjhong Li, menyebut penurunan patung itu dilakukan demi terciptanya suasana kondusif dan hubungan harmonis di antara umat beragama di Kota Tanjung Balai.

"Kami menyatakan bersedia memindahkan posisi patung Buddha Amitabha ke tempat yang telah disepakati," kata Pek Tjhong, dikutip Harian Andalas (3 September 2016).

Sikap "rendah hati" yang sama ditunjukkan akun Facebook, Karma Zopa Gyatsho, seorang biksu Buddha.

"Apabila dengan turunnya Patung Buddha bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka bukankah doa khas umat Buddha yaitu 'semoga semua makhluk hidup berbahagia' menjadi kenyataan?" demikian petikan status Karma Zopa Gyatsho, menanggapi banyak pertanyaan ihwal penurunan patung Buddha ini.

Status itu lantas menyebar bak virus kebaikan. Hingga Senin (31/10), status itu telah dibagikan lebih dari 1.350 kali (shared), dan mendapat sekitar 2.900 tanda suka.


Spanduk bernada mengancam

Insiden lain adalah terpajangnya spanduk bernuansa SARA, yang memuat larangan untuk menggunakan bahasa asing. Spanduk yang "meminjam" momen Sumpah Pemuda itu terpasang di Jalan Sudirman dan Jalan Cokro.

"Dilarang keras berbahasa asing! Jika masih menggunakan bahasa asing, silakan angkat kaki dari negara Republik Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-88. Berbahasa, bertanah air, dan berbangsa satu yaitu Indonesia."

Demikian redaksi spanduk itu, yang dilengkapi pula dengan kata "Warning" (baca: peringatan).

Spanduk itu juga menjadi viral di Facebook, setelah dibagikan akun Wichi Mosi Mosi, pada Kamis (27/10).

Belakangan, Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Rina Sari Ginting, mengatakan bahwa pihaknya telah menurunkan spanduk tersebut.

Rina, dikutip Tribun News, juga menjelaskan bahwa kondisi Tanjung Balai tetap aman meski diwarnai dua insiden di muka. "Suasana di Tanjungbalai masih amanlah. Mudah-mudahan masih kondusif," kata dia.

Di sisi lain, keberadaan spanduk itu telah mengundang perbincangan di media sosial. Netizen ramai-ramai mengkritik, bahkan menjadikannya sebagai olok-olokan.
Siapa yg buat? Faham atau gak makna Berbahasa 1 Bahasa Indonesia? Bicara tanpa pengetahuan! [URL="https://tetep8XyX1HsVz"]https://tetep8XyX1HsVz[/URL]
— Aris #FNI (@RasaAris) October 29, 2016 Spanduk Sumpah Pemuda Larang Gunakan Bahasa Asing Tapi Malah Pakai Kata’ Warning’ [URL="https://S E N S O RUmcHWOaEfA"]https://S E N S O RUmcHWOaEfA[/URL] [URL="https://cuma3iI6qly27"]pic.twitter.com/A3iI6qly27[/URL]
— Anindhita Anestya (@AnindhitaAnest) October 28, 2016 Ini spanduk absurd bukan main. Konon akan mengusir orang yang berbahasa asing, tapi malah menggunakan kata "WARNING" ???????????? #SumpahPemuda [URL="https://S E N S O R5F8CjNCV2T"]pic.twitter.com/5F8CjNCV2T[/URL]
— Longgena Ginting (@gintingski) October 28, 2016 Kalau Arab termasuk asing juga kan? emoticon-Smilie "@hatahon: Selamat Hari Sumpah Pemuda Gimana dgn spanduk ini? @WahhabiCC [URL="https://S E N S O R3OKfXmkOiD"]pic.twitter.com/3OKfXmkOiD[/URL]"
— ♥ Just Me ♥ (@Rimma_8989) October 28, 2016 Pembuat spanduk itu pasti bukan orang yang paham sumpah pemuda, atau malah yang disumpahi pemuda lantaran bikin malu kawula muda :-) [URL="https://S E N S O RCyfHjwvhx9"]https://S E N S O RCyfHjwvhx9[/URL]
— WahhabiCounterCenter (@WahhabiCC) October 28, 2016


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...i-tanjungbalai

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Di balik keyakinan Jokowi soal penghentian impor beras

- Najwa Shihab: Televisi terancam media baru

- Pengguna Twitter meningkat, kerugian berlipat

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.7K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan