Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

acidm0nkAvatar border
TS
acidm0nk
Jessica Sianida; Natural Born Killers dan Penjajahan Frekuensi Publik

"The media made them superstars." Natural Born Killers.


Sepasang kekasih menebar terror, korban berjatuhan, darah tumpah ruah. Adalah Mickey dan Mallory, sepasang kekasih hasil ciptaan Quentin Tarantino, dijelmakan dalam film Natural Born Killers tahun 1994 oleh sutradara Oliver Stone.


Seperti film-film Tarantino yang lain, Natural Born Killersjuga penuh adegan kekerasan berdarah-darah.
Mickey (Woody Harrelson) dan Mallory (Juliette Lewis) menggila nyaris di sepanjang film, mencabut nyawa tanpa butuh alasan.
Sebuah petualangan psikedelik audio visual yang menegangkan.

Selain ganas dan liarnya aksi duet maut Mickey dan Mallory, film ini juga jadi kritik keras untuk media. Lewat Natural Born Killers, secara kasar dan brutal kita disuguhi sebuah kenyataan: media meracik dan meramu berita-berita kriminal lalu menyajikannya dalam porsi besar. Kadang bahkan terlalu besar.

Padahal, pada saat media mendulang untung dari komersialisasi berita kriminal, ada yang perlahan berubah di benak publik.
Ada efek samping yang tumbuh dan menguat di mental penonton. Natural Born Killers merunut berubahnya sepasang pembunuh maniak menjadi superstars.
Dan perubahan itu tak lain tak bukan disebabkan oleh eksploitasi media.

Lalu, kita tengok sejenak kenyataan media kita belakangan ini.
Sidang perkara pembunuhan Jessica Sianida ditayangkan dari pagi hingga dini hari.
Di samping bola, sekarang ada pilihan nobar Sidang Jessica.
Kalau judi legal, tentu pasar taruhan sudah dibuka, "Tebak angka, Jessica bakal kena berapa tahun?"

Siapa tak kenal tokoh-tokoh dalam serial kolosal Sidang Jessica? Para jaksa dan pengacara, saksi-saksi ahli, kerabat dan kawan dari kedua belah pihak. Dan tentunya: Jessica Kumala Wongso alias Jessica alias Jess, si terdakwa. Dialah bintang pagelaran media ini. Center stage dikuasainya dengan apik pula. Jessica bicara sambil mengibaskan rambut, Jessica tertawa sambil bercanda, Jessica mengeluh kamar tahanan tak nyaman, Jessica lupa, Jessica ini, Jessica itu.
Publik sudah akrab betul dengan terdakwa satu ini.

Tak heran kalau suatu hari ada yang endorse produk untuk diiklankan pesohor baru ini.
Publik mungkin tak akan kaget kalau suatu waktu Jessica dengan ceria berbicara ke arah kamera:
"Agar tidak mengantuk selama sidang, Aku sarapan pake ini: Sambel Petir Istimewa.Cukup satu sendok kecil, panasnya seharian. Jangan lupa cek ig-nya yah."


Bahkan sekarang saja sudah muncul pendukung Jessica. Oknum yang berada di antara penonton dan berteriak-teriak di ruang pengadilan. Coba ingat-ingat, kapan terakhir kali ada kriminal jadi pesohor? Satu-satunya nama lokal yang bisa saya ingat cuma Kusni Kasdut.
Rampok legendaris yang akhirnya dihukum mati itu.

Kurang tegas memang aturan penyiaran kita. Satu sisi, tivi-tivi seperti keranjingan menyensor diri, kecanduan memburamkan dada dan paha. Tak peduli apa konteksnya. Olahraga renang, kartun, patung, payudara robot, sampai payudara sapi diburamkan.

Di sisi lain, slot siaran langsung Sidang Jessica menguasai jam siar seharian. Ruang penonton untuk nikmati ragam acara lain dihimpit sedemikian rupa. Sajian Sidang Jessica dihidangkan dengan porsi makan Raden Kumbakarna. Besar-besaran dan berlebihan.

Ini kesewenang-wenangan.
Penjajahan terhadap frekuensi milik publik.
KPI memang sudah kasih teguran. Tapi teguran muncul setelah berapa lama hal ini berlangsung? Dan apa sanksinya jika teguran itu diabaikan?

Mengacu ke kejadian sebelumnya, Sidang Jessica bisa saja tayang jadi (Bukan) Sidang Jessica. Toh Empat Mata pasca dilarang tayang pernah jadi (Bukan) Empat Mata bukan?

Baiknya KPI merangkul lebih banyak pihak untuk jalankan fungsi kontrol. Badan semacam Remotivi, misalnya, akan sangat baik jika dilibatkan lebih dalam lagi.

Frekuensi adalah milik publik.
Jika ada kesewenang-wenangan dan pelanggaran, harus ada yang bertindak dan mengingatkan.
Media bukan cuma lembaga komersil. Media punya banyak tanggung jawab.
Keterbukaan informasi baiknya tidak diterjemahkan jadi keterbablasan informasi.


Diubah oleh Kaskus Support 15 13-10-2016 12:05
0
2.3K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan