Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BepeishereAvatar border
TS
Bepeishere
Tingkat Kemiskinan Rakyat Indonesia Meningkat di Era Jokowi

Eforia Jokowi presiden seperti mimpi indah menjadi impian kosong, dulu dipandang sebagai sosok merakyat yang bisa mensejeterahkan masyarakat namun keadaan masyarakat membuktikan lain bukanlah seperti yang digmbarkan dan dibuktikan dengan tingkat kemiskinan malah lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, harga-harga kebutuhan masyarakat semakin tinggi serta jumlah PHK yang banyak terjadi.

Data BPS

Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret 2015.
Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2015 tercatat sebesar 73,23 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2014 yaitu sebesar 73,47 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, dan kopi. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Pada periode September 2014–Maret 2015, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami kenaikan.


Data lain
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 860.000 orang ketimbang dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen).

Kepala BPS Suryamin mengatakan, selain mengukur jumlah penduduk miskin dan persentasenya, BPS juga mengukur indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di Indonesia. Hasilnya, indeks keparahan kemiskinan pada Maret 2015 meningkat dibandingkan Maret 2012, Maret 2013, dan Maret 2014. “Makin besar indeks keparahan kemiskinan, maka beda pengeluaran antar penduduk miskin makin jauh, tidak terkumpul pada satu angka,” kata Suryamin dalam paparannya, Selasa (15/9/2015).

Indeks keparahan kemiskinan pada Maret 2015 adalah 0,535, meningkat dari Maret 2014 yang ada di level 0,435, Maret 2013 (0,432), dan Maret 2012 (0,473). Tak hanya indeks keparahan, indeks kedalaman kemiskinan pun meningkat.

Suryamin menjelaskan, indeks kedalaman kemiskinan mengukur jarak pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan. “Makin tinggi indeks kedalaman kemiskinan, makin menjauh jarak antara pengeluaran dari garis kemiskinan,” ucap Suryamin.

Pada Maret 2015, indeks kedalaman kemiskinan di level 1,971, meningkat dibandingkan Maret 2014 (1,753), Maret 2013 (1,745), dan Maret 2013 (1,880).

Sebelumnya Ekonom Indef Fadhli Hasan memperkirakan tingkat kemiskinan meningkat dari 10,96 menjadi 11,5 persen pada periode Maret 2014-Maret 2015. Hal itu berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan metode hampir sama dengan BPS.

"Karena itu kami melakukan perhitungan sendiri apakah betul angka kemiskinan meningkat atau tidak, berdasarkan perkiraan kita menggunakan metode yang hampir mirip dengan BPS meningkat," kata Fadhli kemarin.

Fadhil menambahkan, pada periode tersebut pengangguran juga meningkat dari 7 persen menjadi 7,5 persen. "Upah buruh tani, upah buruh industri mengalami penurunan 3,5 persen triwulan ke triwulan," tutur Fadhil. Tingkat kesenjangan antara golongan kaya dengan golongan miskin (gini rasio) pun semakin melebar pada 2015. Fadhil mengungkapkan, ketimpangan tersebut meningkat dari 0,41 persen menjadi 0,42 persen.

"Kami juga duga telah terjadi juga peningkatan ketimpangan dari 0,41 jadi 0,42 itu beberapa indikator tingkat kesejahteraan yang kita estimasi dan dikatakan memburuk dalam satu tahun," tandas dia.

Sumber

Quote:


Gimana dengan Agan Sekalian ??
Diubah oleh Bepeishere 05-10-2016 04:06
0
5.1K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan