Setelah menyelesaikan perjalanan dari Rinjani dan Tambora kami ber3 melanjutkan perjalanan lagi, kali ini kami menuju gung Sangiang di ujung kota sumbawa ya itu Bima.
Setelah kami berkemas dan berpamitan kepada Seluruh anggota Mapala Yapis Dompu, kami memutuskan menumpang truck yang menuju kearah kota Bima, kami menumpang truck yang menuju Desa Sila,

(Penampakan belakang truck yang kami tumpangi…tulisanya cihuyyy😆)

Berangkatlah kami menumpang truck bermuatan batu bata Diatas truck ada 2 kuli angkutnya yang ramah dan sambil menikmati perjalanan yang kali pertama itu saya rasakan menaiki truck bermuatan batu bata dan sambil Makan mangga. Akhirnya kami sampai di Desa Sila yang dimana pak sopirnya akan berbelok menuju desa lain.


Kami berhenti tidak jauh dari masjid yang sedang dibangun, sambil menunggu tumpangan lewat kami sempat bermain dengan anak-anak sekitar. tak berapa lama truck bermuatan Batu pasir berhenti, setelah berbasa-basi dengan warga kamipun naik truck menuju dipantai Amahami Bima, 😉 …


Dan akhirnya kamipun sampai di pantai Amahami yang ternyata bagus juga. Kami berjalan kaki menyusuri tepi pantai sambil mencoba menghentikan kendaraan yang mungkin menuju kota Bima. Kali ini truk Fusso yang akan berangkat menuju kota Bima.


Setelah -+35 menit akhirnya kami sampai di depan terminal Dara kota Bima. Terminal antar kota dalam provinsi. Dan tidak berapa teman-teman dari Mapala Londa datang menjemput kami.


Terminal Jatibaru Bima - Terminal Tawali Wera (-+ 2,5jam ) (Rp. 20.000)

Dari terminal Jatibaru Kota Bima ini ada bus yang standby menuju Kecamatan Wera. Ada yang berangkat pagi, siang dan sore sebagai pemberangkatan akhir. Dari Kota Bima menuju Wera,kami melewati kecamatan Ambalawi. Kecamatan Ambalawi/Wera Barat.…. Jalan yang berliku terjal dengan pemandangan yang indah.

Terminal Tawali Wera - Pos Tepi Pantai / rumah kepala desa (20 menit)  jasa ojek Rp. 20.000.

Rumah kepala desa yang sekaligus tempat perizinan kami untuk mendaki gunun engasang. Kami menunggu speedboat atau kapal penduduk yang akan menyerang  menuju pulau engasang di pos jaga tepi pantai. Tapi sungguh sayang kami belum beruntung hari itu karna kami terlalu sore untuk mendapatkan tumpangan kesana. Dan terpaksa kami menunggu untuk Esok hari lagi.

Pos Jaga - Pulau engasang  (-+2jam) (Rp. 20.000)


Pagi 09:00 kapal yang akan kami tumpangi segera berangkat. Setiap pagi ibu-ibu dan anak kecil yang akan ikut keladang bersama orangnya.
setelah -+2 jam akhirnya kami melihat daratan yang ternyata itu pulaunya pulau yang kami tuju … PULAU engasANG.




Setelah sejenak bermain dengan anak-anak pulau akhirnya kami harus berhenti bermain karna kami harus bergegas melanjutkan perjalanan kami menuju tujuan kami. Setelah berbagi sedikit makanan yang kami bawa dengan anak anak itu kamipun mulai mempacking ulang barang bawaan kami karna ada tambahan air yang harus kami bawa dari sini karna hanya disini sumber mata air berada, karena di perjalanan tidak akan lagi mata air payau.

Atas perintah guide kami bang Hendri Mahapeta Setiap orang membawa 3,5 litter air dalam cariel masing masing. Dan setelah selesai akhirnya kami berpamitan kepada penduduk dan melangkahkan kaki setelah sama sama berdoa.



Selamat datang di Gunung engasang (gunung 9 matahari).


Pos penduduk/Titik awal pendakian - Pos 1.


Dari pos penduduk ini menuju pos 1 kami tempuh dengan waktu -+2,5 jam dengan suhu yang sangat panas, karena vegetasi hanya berupa rumput-rumputan, sebelum akhirnya kami sampai di tebing sungai mati/Sori Belanda.
Kami satu persatu menuruni tebing batu
rapuh dengan kemiringan -+90°. Kami lanjutkan perjalanan menyusuri sungai mati yang bermaterialkan bebatuan besar-besar. Sebelum akhirnya kami kembali harus berjuang menaiki tebing untuk mencapai pos 1.


Menuju Pos 2 (Ilalang).

Melanjutkan perjalanan berikutnya kami menuju Pos 2 yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2+ jam. Medan yang kami lalui lebih menanjak dengan vegetasi berupa ilalang tinggi dan disini kami beristirahat dan menimbun air untuk pulang.



Dari Pos 2 selanjutnya kami menuju Pos 3 yang berjarak sekitar -+400 meteran lagi dengan medan yang dilalui masih sama seperti sebelumnya. Vegetasinya berupa tumbuhan ilalang yang tingginya mencapai dua meter. Terkadang bang hendri selaku leader kami berjalan sambil menebas untuk mencari jalur yang sudah tertutup.



Karena hari sudah mulai senja dan kelelahan akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan bermalam di jalur Sirotolmustaqim /pos Ilalang baru esok pagi kami lanjutkan perjalanan.


Jalur SIRATAL MUSTAQIM atau Pos 3 ilalang - Pos 4

Dari Pos 3 kemudian kami lanjutkan menuju Pos 4 yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam lebih (normal). Dengan melalui Medan yang dilalui lebih sulit dan menantang yaitu melintasi cerukan diantara dua tebing berpasir yang bercampur kerikil. Bang Hendri mengatakan untuk berhati-hati mengingat kondisi sekitar tebing karena kerikil dari atas sering kali longsor tiba-tiba ke jalur yang bisa saja menimpa kami.



Setelah perjalanan panjang kami akhirnya kami Tiba di pos 4 sore hari, karena kami terlalu banyak berhenti karena cuaca amat teramat panas luar biyasaaa😭😭.
Di pos 4 atau pos camp terakhir ini kami mendirikan tenda dan bermalam. Kami sepakat pendakian menuju puncak sangiang dilakukan dini hari esok agar kami bisa menikmati sunrise yang sangat indah saat dilihat dari atas puncak.

Perjalanan dari Pos 4 menuju puncak dapat ditempuh dalam waktu sekitar dua jam (normal). Medan yang kami lalui berupa perbukitan dan kami melintasi jalur bebatuan dengan kemiringan sekitar 45 derajat yang sudah tidak ada vegetasinya lagi. Disini di butuhkan extra kehati-hatian karena jalur inij rawan longsor.





Setelah 1,9 jam perjalanan tibalah kami di sebuah punggungan sangiang. Dengan Pemandangan indah, pemandangan terbuka luas dimana akan terlihat kawah aktif sangiang yang tampak mengagumkan.


Dari punggungan ini jalur menuju puncak hanya berjarak sekitar 200 meter lagi. Medan yang dilalui akan turun terlebih dahulu melintasi kawah mati dari sebelah timurnya, kemudian akan kembali menanjak dengan naik tebing berbatu dan di atas tebing itulah puncak tertinggi sangiang berada.


Puncaknya tidak begitu luas, hanya ditandai dengan adanya batu besar runcing dengan tinggi sekitar tiga meter. Pemandangan dari atas puncak ini sangat luar biasa indahnya. Panorama pulau Sumbawa dan birunya laut yang mengelilinginya tampak sangat menyejukkan saat mata memandangnya.






catatan:

Berhati-hatilah saat dalam penyeberangan menuju pulau sangiang. Mengingat jalur lautnya merupakan daerah pertemuan dua arus yang menghasilkan gelombang cukup besar.



Berhati-hatilah saat berada di puncak, mengingat lokasinya yang tidak begitu luas dengan tebing jurang di sisinya. Sebaiknya tidak terlalu lama berada di puncaknya.


Gunung engasang Api Ini terdiri dari dua kerucut vulkanik,
1. Doro Api 1.949 Mdpl (6.394 kaki)

2. Doro Mantoi 1.795 Mdpl (5.889 kaki).

kami menuju gunung engasang sebelum terjadi letusan pada 2014 lalu.

bersama bapak kepala desa.


bersama penduduk pulau engasang.


suatu pagi di pulau engasang nan eksotik.