SEORANG penata rambut di Norwegia terancam dipenjara selama enam bulan. Kasusnya akan disidangkan di pengadilan. Merete Hodne didakwa bersikap diskriminatif karena telah menolak dua wanita berkerudung memotong rambut. April lalu dia dikenai hukuman denda, tetapi menolak membayar sehingga kasusnya bergulir ke pengadilan.

"Ini negara bebas. Islam adalah agama yang menindas perempuan," katanya sebagaimana dikutip Rusia Today.

Ini merupakan kasus pertama di Norwegia. Hodne menyatakan kepada saluran Norwegia TV2 bahwa Islam merupakan agama yang jahat. Dia membandingkan jilbab dengan simbol Nazi. Dia mengaku terancam bertindak diskriminatif kepada pelanggan pria, karena konsumen berjilbab tidak boleh memperlihatkan rambutnya kepada lain jenis.

Hodne mengunggah status di akun Facebooknya, mengapa wanita berjilbab yang bernama Bayan itu memilih mengunjungi salonnya. Padahal banyak penata rambut lain yang buka. Wanita itu juga menyatakan dalam status sebelumnya, bahwa dia tidak memiliki pelanggan dengan simbol totaliter seperti jilbab, Ku Klux Klan, atau lambang swstika. "Orang harus tahu saya tidak bersedia melayani mereka, tanpa harus menulisnya di pintu."

BACA:
Kapal Selam Hantu Milik Jerman Ditemukan di Laut Amerika

Hodne sebelumnya telah dilaporkan ke polisi atas tuduhan menjadi anggota anti-Islam bernama Stop Islamisation of Norway, Pegida, serta tergabung dengan kelompok anti-imigran bernama Norwegian Patriots.

"Saya telah mengabdikan diri pada aktivitas ini. Saya tidak rasis. Saya seorang aktivis yang berjuang melawan agama Islam di Eropa. Saya tidak memusuhi kaum Muslim, tetapi menolak ideologinya," katanya.

Shoaib Sultan penasihat khusus Norwegian Centre Against Racism menyatakan tidak ada keraguan lagi bahwa wanita itu telah bertindak rasis. Dia tak ragu kasus ini akan bergulir ke pengadilan.

Kasus bersejarah ini akan mulai disidangkan Kamis besok. Dia terancam hukuman enam bulan penjara dan denda jika terbukti bersalah. (kabarmanca.com)