Anggota Front Pembela Islam (FPI) dalam sebuah demonstrasi anti-Ahok di Jakarta (24 September 2014)
Pria keturunan Tionghoa, Andrew Budikusuma (24) mengaku mendapat perlakuan rasial di halte Bus Transjakarta. Ia diteriaki dengan kalimat rasial, dan mendapat kekerasan fisik (baca: pemukulan) dari sejumlah pria.

Peristiwa itu terjadi pada Jumat (26/8) malam, antara pukul 21.00 - 22.00 WIB. Saat itu, Andrew sedang bepergian dengan menumpang Transjakarta, dari halte Kuningan Barat menuju ke Pluit, Jakarta Barat.

Menurut Andrew, peristiwa ini bermula saat bus berhenti di halte Semanggi. Saat itu, naik 3 - 4 orang pria, yang belakangan melakukan kekerasan rasial kepada Andrew.

Di dalam bus, para pria itu menanyai Andrew dengan kalimat rasial: "Lu Ahok bukan?" --Ahok merujuk pada panggilan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

"Mereka juga bilang 'pilih mana, sipit atau merem?' bagi saya itu seperti ancaman. Mungkin kalau 'merem' maksudnya saya mati," kata Andrew, kepada Beritagar.id, melalui sambungan telepon, Selasa (30/8).

Saat bus berhenti di halte Senayan JCC, para pelaku mendorong Andrew ke arah halte dan melakukan pemukulan, sembari meneriaki "Ahok, Ahok." Pemukulan itu terjadi di depan pintu bus dan halte.

Beruntung, Andrew lekas ditarik penumpang Transjakarta lainnya ke dalam bus. Sialnya, menurut Andrew, petugas Transjakarta tidak bertindak --semisal melerai-- saat peristiwa itu terjadi.

Andrew mengaku tidak punya sangkut-paut dengan Ahok --seperti yang diteriaki para pelaku.

"Saya tidak kenal pak Basuki. Saya suka kebijakan beliau, tapi bukan Ahokers (pendukung Ahok garis keras). Saya tidak berkampanye di media sosial dan bukan pemilih DKI Jakarta," keluh pria asal Balikpapan, Kalimantan Timur itu.

"Itu hari tersial dalam hidup saya. Saya benar-benar tidak paham kenapa kekerasan itu terjadi. Saya juga tidak mencium bau alkohol, dari mulut mereka."

Kisah Andrew itu menjadi viral di Facebook, sejak Sabtu (27/8). Hingga Senin (29/8) malam, kiriman Andrew sudah dibagikan (share) lebih dari 1.400 kali. Itu sebelum status tersebut dibuat menjadi privat (hanya bisa dibaca kalangan terbatas). Andrew mengaku sengaja membatasi status itu agar tidak kebanjiran notifikasi.

Selasa (30/8), Andrew berencana melaporkan kasus ini ke Kepolisan Daerah Metro Jaya. Ia sudah mengantongi barang bukti berupa rekaman CCTV peristiwa tersebut. Pun hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit Siloam di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, yang memuat bukti kekerasan berupa luka di bibir dan benjolan di kepala.

Tangkapan layar foto luka pada bibir, yang dikirim Andrew Budikusuma di Facebook.
Indonesia punya pengalaman buruk soal rasialisme. Pada 1998, pecah kerusuhan bernuansa rasial yang menyasar warga Tionghoa. Satu catatan buruk, yang jangan sampai terulang.

Belakangan, sentimen-sentimen rasial mengemuka jelang Pilkada DKI Jakarta 2017. Kelompok-kelompok intoleran memainkan sentimen itu guna memojokkan Ahok --yang disebut-sebut sebagai calon terkuat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Meski demikian, survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa sentimen macam itu tak laku di kalangan pemilih DKI Jakarta.

Hasil survei itu menunjukkan, 64 persen pemilih tak bersepakat dengan pandangan yang menyebut bahwa seseorang dari etnik minoritas tidak pantas memimpin.

"Mayoritas pemilih Jakarta cukup moderat dalam memandang asal-usul agama dan etnis ketika menentukan dukungan terhadap calon gubernur," kata Direktur Program SMRC, Sirojudin Abbas, dikutip Kompas.com (21 Juli 2016).



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...i-transjakarta

---