Jakarta - Posisi keseimbangan primer yang defisit sangat terkait dengan rancangan postur dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Defisit anggaran yang lebar maka akan mendorong defisit pada keseimbangan primer, artinya utang yang ditarik pemerintah digunakan untuk membayar bunga utang.

"Kalau pelebaran defisit itu tendesinya akan menyebabkan adanya keseimbangan prime deficit," kata Direktur Jenderal Anggaran (Dirjen Anggaran) Kementerian Keuangan Askolani kepada detikFinance, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

Askolani menjelaskan terjadinya defisit keseimbangan primer bila posisi defisit anggaran melebihi batas 1,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Terjadinya Defisit Keseimbangan Primer (DKP) kalau defisit anggaran sudah melampaui 1,2% dari PDB," ungkapnya.

Pada 2015, defisit anggaran mencapai 2,58% terhadap PDB dan 2016 juga diproyeksi akan berkisar pada level tersebut. Pada 2017 diasumsikan defisit anggaran 2,41% terhadap PDB.

"Kita coba simulasi ke depan keseimbangan primer akan kembali ke 0 kalau sudah mendekati 1,2% terhadap PDB. Nah sekarang kan defisit kita di atas 2% terhadap PDB. Maka pasti akan ada defisit keseimbangan primer," papar Askolani.

Defisit anggaran yang melebar tidak terlepas kebijakan belanja yang terlalu ekpansif. Sementara penerimaan, khususnya pajak tidak mampu terealisasi sesuai target. Sehingga menimbulkan defisit dan harus ditutupi utang. Askolani memastikan ini akan dikelola dengan baik ke depannya.

"Kan setiap apa item itu punya risiko punya tantangan. Pajak juga ketinggian juga punya risiko, belanja juga risiko. Jadi hanya defisit keseimbangan primer adalah part dari APBN secara total. Setiap item itu ada tantangan. itu pasti kita manage," tegasnya.


http://m.detik.com/finance/read/2016/08/18/113802/3277841/4/ri-berutang-untuk-bayar-bunga-utang-kemenkeu-karena-defisit-anggaran-melebar



Tutup lobang gali lobang