dandiy666Avatar border
TS
dandiy666
(True Story) Sirnanya Cinta Suciku
Ini adalah kisahku, dimana aku sangat mencintai seorang gadis yang – kita sebut saja – bernama Mawar. Awal mula pertemuan kami, yaitu di Gazebo GKB 1, dimana terik matahari siang menjadi saksi bisunya. Aku masih sangat ingat, bahwa bulan itu tepat pada bulan Ramadhan, dimana aku berharap dia akan menjadi cinta suci-ku.

Terik matahari menyinari dengan sangat, terdapat 4 mahasiswa yang sedang asik bercengkrama sambil mengerjakan quiz. Sedang asik-asiknya mereka bercengkrama, tiba-tiba dikagetkan dengan hadirnya seorang mahasiswi yang datang dengan tergopoh-gopoh. Mahasiswi tersebut bernama Hevy. Dia adalah seorang gadis yang selalu riang hari-harinya, seakaan tak memiliki beban hidup. Aku suka kepribadiannya, karena dia bukan hanya pintar, tetapi sangat ringan tangan untuk membantu.

Bang, Dand!!! Kamu udah tau nggak kalau tadi kita dapat tugas dadakan?!” ujar Hevy dengan nafas yang masih terengah-engah.

Iya, udah tau kok. Kamu kenapa sampai heboh begini?

Aku capek ngejer kamu tau nggak, bang!

Lho, haha. Aku udah tau kok.

“Coba tau gitu aku nggak usah capek ngejer, pake adegan sinetron-sinetron segala lagi.”

Setelah itu, kami pun kembali melanjutkan tugas bersama. Tak lama kemudian, datanglah 2 orang mahasiswi, mereka adalah Diana dan Mawar. Mereka ingin bergabung bersama kami untuk mengerjakan quiz, kami pun mempersilahkan dengan senang hati.

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan seorang mahasiswi yang bernama Mawar. Dia adalah seorang gadis yang lahir di akhir bulan Oktober, pada tahun 1997. Dia lahir di Kota Banjarmasin, Kota yang terkenal dengan julukan 1001 Sungai. Mawar ialah seorang gadis yang berperawakan mungil dan berparas sangat cantik. Jika kamu tak menerima bahwa aku mengatakan dia sangat cantik, itu adalah urusan kamu.

Boleh ikutan gabung, nggak?” ujar Diana.

Boleh, cyin. Sini, yuk, gabung bareng kita-kita!” jawab Hevy dengan senang.

Diana pun ialah seorang gadis yang sangat cantik. Aku tak dapat membantahnya. Tetapi, mata ini lebih memilih untuk tetap berfokus pada seorang mahasiswi yang bernama Mawar tersebut. Mawar memiliki aura tersendiri, dan seketika itu pula aku pun menaruh hati padanya. Jatuh hati pada pandangan pertama. Mungkin sebagian kata orang, itu hanyalah omong kosong, tapi bagiku, ketika rasa telah menaruh hati pada orang yang kita sukai, seketika itu pula bumi seakan berhenti berotasi.

Diana mengerjakan quiz tersebut, dibantu oleh aku sendiri dan Mawar yang mencatat jawaban yang telah di submit pada quiz tersebut. Jujur, aku tak dapat berfokus pada waktu itu. Aku lebih memilih untuk menatap paras ayu Mawar hingga lebih lama, itu tak membuatku jenuh.

Setibanya malam hari, aku dibuat resah oleh bayang-bayang wajah Mawar. Aku tak dapat dibuat tidur atas apa yang terjadi sedari siang tadi. Aku pun mencoba menghubungi temanku untuk meminta contact line -nya Mawar, yang dimana temanku tersebut pernah sekelas di bangku SMA dengan Mawar. Temanku pun memberi dengan senang hati, tetapi hatiku lebih senang karena telah mendapatkan contact nya. Aku pun memberanikan diri untuk menghubunginya, memulai dengan percakapan klasik melalu messenger line.

Mawar, selamat malam. Maaf mengganggu. Aku Dandy.

Iya, Dandy siapa?

Benakku berkata, mengapa dia menjawab terlalu singkat? Aku pun tak diingat, padahal siang sebelumnya kita telah bertemu, bahkan mengobrol walaupun hanya sementara.

Dandy yang tadi siang, bantuin kamu dan Diana ngerjain quiz di Gazebo GKB 1.

Oh iya, kenapa?

Maaf kalau aku mengganggu, bolehkah aku meminjam catatanmu?

Catatan yang mana, ya?

Catatan yang tadi siang, pada saat kamu nyatat jawaban quiz.

Boleh. Besok, ya

Makasih, sebelumnya. Selamat tidur dan semoga larut dalam mimpi indah.

Aku berharap ucapan mimpi indah dapat membuat dia menjadi cair, ternyata tidak. Chat terahir ditutup hanya dengan simbol read dan bekas jawabannya yang sangat singkat. Aku pun tertidur dan tak sabar untuk menyambut hari esok untuk berjumpa kembali dengan Mawar.

Esok hari pun telah tiba, sepulang dari aplinet – sebuah pelatihan aplikasi internet untuk para mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Malang – aku pun menghubungi Mawar.

Bisa sekarang ketemu? Mau pinjam bukunya.

Chat tersebut hanya ditutup dengan simbol read. Aku kembali resah, apakah dia akan mengunjungiku untuk meminjamkan buku catatan tersebut? Aku hanya optimis dan tetap setia untuk menunggu. 1 jam berlalu, kemudian Mawar pun datang.

Kok kamu lama? Aku udah daritadi banget nunggunya.

Maaf, aku tadi habis makan. Ini bukunya. Aku duluan, ya. Mau ngabuburit diluar bareng teman soalnya.

Iya, makasih. Hati-hati, lho, ya.

Aku kembali suntuk dengan sikapnya yang sangat dingin. Hanya datang memberi pinjaman buku kemudian kembali berlalu. Aku pun bertekad untuk terus mengejarnya. Cinta tak hanya sebatas sama-sama suka, tetapi aku berprinsip bahwa cinta ialah dimana kita harus terus mengejarnya untuk bisa mempertahankan dan memperjuangkannya. “Cinta tak boleh sesederhana itu.” ujarku.

Hari-hariku berlalu hanya dengan mengingatnya, karena tiap kali aku membuka perbincangan melalui messenger line, dia hanya membalas singkat. Pada saat aku keluar untuk mencari sahur, aku berjalan sambil berujar dalam benak bahwa aku capek untuk terus mengejar yang tak ingin dikejar. Tetapi di tengah kesunyian malam itu, aku tiba-tiba bertemu dengan Mawar bersama 3 orang temannya. Seketika itu pula aku menepis apa yang telah aku katakan barusan. Aku pun berlari menuju Mawar dan 3 orang temannya dengan senyum kebahagiaan bagaikan seorang pria yang telah lama menunggu wanitanya.

Mawar! Kamu mau kemana?

Mau cari makan untuk sahur.

Kita boleh bareng nggak? Aku juga lagi cari makan untuk sahur.

Iya, boleh kok.

Kemudian kami singgah di warung Padang samping Sumber Rejeki atau yang lebih dikenal dengan sebutan SR – sebuah warung kopi dimana maba Ilmu Komunikasi menjadikannya sebagai basecamp tongkrongan, tempat bolos kuliah mapun shalat Jum'at, dan begadang hingga tengah malam – yang ternyata masih buka hingga menjelang imsak. Aku pun menarik kursi lalu kemudian mempersihkan Mawar untuk duduk di sampingku. Aku senang, karena Mawar tak menolak untuk duduk disampingku, atau mungkin aku yang kegeeran karena tempat yang lain telah diisi oleh temannya.

Kamu mau makan apa?” tanyaku kepada Mawar.

Aku ayam pop aja deh, tapi nggak pedes.

Kami pun berbincang sambil menyantap santapan sahur. Tak ada perbincangan mengenai perihal hati, hanya perbincangan biasa, selebihnya perbincangan Mawar dan temannya yang tak aku ketahui sedikitpun.

Beberapa hari kemudian, entah kenapa aku tiba-tiba ingin berkunjung ke alun-alun Batu untuk menikmati suasana malam. Aku pun mengajak kedua temanku, kemudian kami berangkat bersama. Pada saat asik memacu kendaraan motorku, aku tiba-tiba berkeinginan untuk mengajak Mawar untuk menikmati malam bersama di alun-alun Batu, aku mungkin menyebutnya dengan dating. Aku pun menghubunginya kembali melalui messenger line.

Kamu dimana?

Lagi di kost.

Aku boleh kesitu jemput kamu nggak? Kamu nggak kemana-mana, kan?

Chat ku tersebut sangat lama dibalas, sehingga kurang lebih 5 km lagi aku hampir sampai di alun-alun Batu, mungkin karena dia mengira bahwa aku adalah orang jahat yang tiba-tiba ingin menculik dan membawa kabur. Kemudian, hapeku bergetar dan muncul chat dari dia.

Iya, gak kemana-mana. Mau kemana emangnya?

Alun-alun Batu. Menikmati malam bersamaku. Boleh aku jemput? Kamu siap-siap, deh.

Iya, boleh. Aku siap-siap dulu, ya.

Holyshit!” ujarku dalam hati. Aku pun memutar kembali sepeda motorku untuk menjemput Mawar, padahal kurang sedikit lagi telah sampai di alun-alun Batu. Aku memacu sepeda motorku dengan sangat kencang, sehingga aku tak peduli, jika aku kecelakaan dan meninggal, aku telah tiada dengan perasaan yang berbahagia.

Beberapa saat kemudian aku pun tiba di depan kost nya dan menghubunginya bahwa aku telah tiba. Kemudian dia muncul dengan balutan cardigan hitam dan jilbab biru beserta jeans. Aroma wanginya membuatku serasa ingin melayang. Aku pun mempersilahkannya naik di atas sepeda motor, kemudian aku kembali memacu sepeda motorku. Kali ini, aku berangkat tak seperti pada saat aku ingin menjemputnya. Aku memacu sepeda motorku dengan hanya kecepatan 20 Km, sambil menikmati angin malam berdua dari atas sepeda motor.

Sesampainya di alun-alun, aku pun langsung memarkirkan sepeda motorku di tempat yang telah disediakan. Aku mengajak Mawar untuk mencari cemilan untuk mengganjal perut, setelah itu kita akan makan berdua. Tetapi ternyata, tak ada cemilan yang Mawar sukai. Mawar pun memberikan simbol bahwa tak usah, cukup membeli minuman saja. Mungkin karena Mawar telah kedinginan. Aku membeli dua botol susu, untukku dan untuk Mawar.

Tiba-tiba mawar berteriak! “Bang Dands, kita naik itu, yuk!” Mawar menunjuk sebuah Biang Lala. Awalnya aku agak sedikit risih, tetapi kemudian mengiyakan karena mungkin saja Biang Lala tersebut bisa menjadi saksi awal sebuah keromantisanku bersama Mawar.

Ternyata hanya dengan mengantongi 2 buah tiket dengan harga Rp 6.000, aku pun masuk bersama Mawar dengan perasaan yang berbunga-bunga. Dari atas Biang Lala, aku menikmati malam yang begitu indah bersama Mawar. Kami berbincang bersama dan dari perbincangan tersebut, aku akhirnya tahu bahwa dia ialah keturunan Arab. Pertanyaan dalam benakku akhirnya terjawab, mengapa alisnya begitu tebal dan mempesona. Sedang asiknya berbincang, Biang Lala pun berhenti dan kami dipersilahkan untuk turun. “Ah, sialan! Sangat mengganggu momen!” ujarku dalam hati.

Karena waktu telah menunjukkan pukul 21:45, aku pun mengantar Mawar untuk pulang karena kost-nya memiliki batas jam malam. Di tengah perjalanan pulang, aku kembali memperlambat laju sepeda motorku agar bisa menikmati malam dengan Mawar lebih lama lagi.

Malang kalau semakin malam makin dingin, ya?

Iya, bang. Dingin banget.

Mana jaketku masih pada di laundry-an, belum selesai. Enak kayaknya kalau dipeluk dari belakang, biar anget-anget gitu.

Mawar hanya merespon kodeku hanya dengan tertawa. Entah mengapa aku terlalu dini untuk mengatakan hal demikian itu. Setiba di kontrakan, aku pun kemudian membersihkan diri lalu kemudian menghempaskan tubuh ke atas kasur. Aku menutup hari-hariku yang melelahkan dengan senyum bahagia yang tersirat dari bibirku.

Hari-hariku berlanjut dengan Mawar yang semakin akrab denganku. Ketika dia kelaparan pada saat sahur, aku pun rela kedinginan untuk mengantarnya mencari santapan sahur. Tiba saatnya dia berpamit pulang kepadaku untuk kembali ke kampung halamannya, Banjarmasin. Pada saat itu juga, aku berencana untuk berlibur ke Kediri, sebelum balik ke Makassar.

Hubungan kami terus berlanjut, hari demi hari kami lalui walaupun hanya jarak jauh, melalui sms, line, whatsapp, dan video call. Tetapi itu semakin membuatku sangat nyaman dan tak kesepian. Aku sangat suka ketika kita menelfon berjam-jam hingga kantuk pun menghinggapi. Aku sangat suka ketika kita sedang asik ber-video call. Aku suka ketika melihat dia tersenyum. Aku suka ketika melihat dia tertawa terbahak-bahak. Aku tak pernah jenuh tuk mendengar keluh kesahnya, yang walaupun dalam sehari kadang sering diulang berkali-kali. Aku sangat suka dengan humor klasiknya, yang walaupun tak lucu sama sekali, aku tetap harus tertawa, itu karena aku sayang kepadanya.

Pada suatu ketika, Mawar tiba-tiba memberikan kabar yang membuat aku sedih dan kesal. Dia mengabarkan bahwa dia akan melakukan pendaftaran ulang untuk masuk di Universitas Brawijaya – salah satu universitas bergengsi di kota Malang – karena kedua orangtuanya sangat menginginkannya untuk masuk di Universitas tersebut.

Kenapa harus pindah? Kan, UMM juga bagus, kok.

Iya, bang. Aku juga gak mau pindah sebenarnya. Tapi mama papaku maunya aku masuk disana.

Tapi aku gak mau kalau kamu pindah. Aku takut kamu berubah.

Berubah gimana, bang?

Sikapmu terhadapku akan renggang.

Insya Allah tidak ya, bang.

Hari berlalu semakin cepat, sampai tiba hari yang dinanti, yaitu sebuah pengumuman kelulusan. Jujur, aku sebenarnya sangat tak ingin Mawar lulus, tetapi apa yang kuinginkan ternyata berbeda dengan kenyataan. Mawar lulus. Aku sedih.

Mawar terlalu sibuk dengan ospeknya sehingga hubungan kami pun mulai renggang. Apa yang aku khawatirkan selama ini menjadi kenyataan. Mungkin Mawar telah asik dengan teman baru ataupun senior-seniornya yang kece, sehingga dalam seharipun kadang tak menghubungiku. Aku memang bukan pacarnya Mawar, aku tak ada hak untuk melarangnya dekat kepada siapa pun. Aku tak pernah mengikatnya dengan status pacar. Tetapi aku telah mengungkapkan rasaku padanya, aku mencintainya, aku menyayanginya, aku akan ada untuknya selama aku bisa. Kita sama-sama saling suka dan sayang, aku percaya itu. Aku tak peduli apapun katamu, aku hanya menyayanginya.

Pada suatu saat, aku pun berangkat ke Malang. Setiba di Malang, sikap Mawar kepadaku masih tetap seperti itu, renggang. Mungkin sudah jenuh. Biarlah, aku mungkin hanya harus memberinya ruang untuk bergerak. Aku sempat berpikir untuk mendekati gadis lain, yang tak lain ialah teman dari temanku, Hevy. Nama gadis itu ialah Fela. Aku dan Fela memiliki kesamaan, yaitu cadel – tak bisa ngomong R –. Kami pun mulai dekat, tetapi rasaku terhadapnya tak seperti rasaku terhadap Mawar. Beberapa hari kita berhubungan, suatu waktu aku pun tiba-tiba menghilang darinya. Mawar pun masih tetap saja tak menghubungiku.

Suatu ketika, tiba-tiba Mawar menghubungiku. Aku senang gak karuan, kuambil handphone ku kemudian mengangkat telepon darinya.

Bang, dimana?

Di kost. Kenapa?

Aku laper.

Aku ke kost kamu sekarang. Kita keluar makan.

Aku pun kemudian menjemputnya. Kami makan malam di Ria Djenaka. Aku selalu memancing obrolan mengenai mengapa sikap dia terhadapku jadi berubah. Mengapa jarang menghubungi lagi. Tetapi jawaban yang keluar dari mulutnya hanyalah sibuk dengan ospek. Jujur, dalam hati aku tak dapat menerima alasan seperti itu. Apakah ospek dilakukan seharian penuh? Aku pernah kuliah di universitas negeri pada tahun 2013, dan pada saat ospek memang sibuk, tetapi selalu ada waktu luang. Entah itu pada saat istirahat ataupun malam tiba. Tetapi karena sayangnya aku terhadap Mawar, aku tetap saja menerima alasan klasiknya.

Setelah pertemuan kami malam itu, hubungan kembali renggang. Apakah aku hanya dihubungi pada saat dia dibutuhkan? Aku jengkel, iya. Tetapi pada saat dia membutuhkanku, aku akan selalu siap. Karena walaupun bukan aku orang yang pertama kali dia hubungi, aku akan siap selalu ada untuknya ketika dia membutuhkan. Itu karena besarnya aku menaruh rasa sayang kepadanya.

Di suatu senja, aku tiba-tiba sangat kangen kepadanya. Kutepis gengsiku untuk menghubunginya. Telfonku tak diangkat. “Mungkin emang nggak mau dihubungin lagi.” batinku. 5 menit sebelum masuk ke ruang kelas, Mawar tiba-tiba menghubungiku, segera kuangkat teleponnya.

Tadi kamu nelepon, bang?

Iya.

Ada apa?

Kamu lagi dimana?

Lagi di kost.

Nggak kemana-mana?

Nggak sih, kayaknya, bang.

Aku boleh main ke kost mu nggak?

Boleh kok, bang.

Aku pun berlari menuju parkiran dan meninggalkan mata kuliahku. Aku memacu sepeda motorku dengan sangat laju, karena rasa kangen yang sangat tak terbendung. Setibanya di kost, Mawar pun mempersilahkanku untuk masuk. Aku berdiam dihadapannya, tak banyak cakap. Tetapi dikepalaku sangat banyak pertanyaan mengapa yang menumpuk. Mawar pun membuka obrolan.

Kenapa diam aja, bang?

Aku kangen.

Kalau kangen, kenapa nggak kunjungin aku di kampus ataupun di kost?

Tiba suatu saat, di akhir bulan Oktober, Mawar berulang tahun. Aku tak menghubunginya. Aku sangat ingin, sebenarnya, tetapi karena setelah pertemuan terakhir di kostnya, kita jarang berhubungan lagi. Aku hanya mengucapkan doa yang terbaik untuknya dari jauh. Semoga kamu sehat selalu. Semoga kamu selalu dalam lindungan-Nya.

Sebuah Harapan

melupakanmu? Sudah ku mencobanya..
sulit tuk melupakanmu
apakah aku yang salah mencintaimu?
aku sadar kita tak mungkin bersama
apakah aku yang terlalu berharap?
iya, aku berharap tuk selalu mencintaimu

mencintaimu cukup dengan sesederhana ini
cukup mengirim sepucuk doa tuk dirimu
agar engkau selalu diberi kesehatan oleh-Nya
agar engkau selalu diberi bimbingan oleh-Nya
agar engkau senantiasa tersenyum, walaupun sedang sakit

aku tahu bahwa bukanlah aku orang yang akan pertama kali kau hubungi
tetapi aku siap tuk selalu ada disaat kau butuh
untukmu selalu…

dalam harapan kecilku..
ada sebauh rumah kecil untuk kita berdua
dimana kita bisa memadu kasih
dimana kita bersenda gurau
dimana kita akan membangun rumah itu tuk selalu tampak bahagia

tapi, abaikanlah..
itu hanyalah sebuah harapan kecilku
yang kutuangkan pada puisi kusam ini
karena ku tahu dirimu bukanlah tuk diri ini

semoga kau selalu berada dalam lindungan-Nya..


------------


Harapan hanyalah sebuah harapan. Entah itu harapan besar atau kecil, entah itu bakalan terwujud atau tidak. Jangan pernah berhenti berharap.

Hubungan kami telah berakhir, bagaikan balon yang terlepas dari tangan seorang bocah. Melayang semakin tinggi, semakin tinggi, lalu lenyap. Tidak ada yang bisa kulakukan selain melihatnya sirna. Meskipun begitu, aku tetap mencintai balon itu.

Sebuah buku catatan menjadi saksi bisu kenalku kepada dirimu. Aku ingin kamu selalu menjadi buku, dimana buku tersebut akan selalu aku simpan rapi di tempat yang spesial. Aku tak akan meminjamkannya kepada siapapun!

Aku sangat mencintaimu. Aku telah tahu sejak melihatmu. Bahwa, denganmu inilah aku ingin mengisi masa depanku. Hanya tahu begitu saja. Apakah itu tidak cukup? Abaikan saja yang lainnya, dan kau akan menyadari bahwa jantungku tetap berdenyut untuk mengaitkan diri denganmu.

Aku sangat ingin menemuimu pada hari senin, selasa, dan lagi, dan lagi, dan selamanya. Aku ingin mempercepat proses itu hingga kebagian kita terbangun berdampingan.

Aku ini milikmu, dan akan selalu menjadi milikmu. Semoga selalu berbahagia, mentariku yang hilang.
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.3K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan